Bella mengedarkan pandangannya, dan terlihat jelas dirinya berada di rumah sakit.
"ISABELLA SWAN!!!"
Bella mendengar jelas, suara ibu yang meneriaki nama lengkapnya. Itu tanda, bahwa ibu benar-benar marah.
Bella memalingkan kepalanya ke arah asal suara tadi. Dirinya melihat, ibu melihatnya dengan raut wajah begitu marah. Apa yang terjadi dengan wajah ibu? Wajah ibu hampir separuh tertutup lebam, bahkan salah satu mata ibu begitu merah.
"A-apa yang terjadi terhadap Ibu?"
Tanya Bella, dirinya bahkan kesulitan mengenali suaranya sendiri. Suaranya saat ini, terdengar begitu lemah dan serak. Untuk mengucapkan satu kalimat tadi, membuat tubuhnya berkeringat dingin.
Di samping ibu, Ellena melihat Crystal yang seperti biasa, selalu terlihat tidak peduli.
"Kau ...! Kau anak durhaka!"
Cecar ibu kepada Bella, ini pertama kalinya Bella melihat ibu begitu marah.
"Sudahlah, Bu! Ayah pantas menerima hukuman itu. Lihat apa yang dilakukan Ayah kepada Ibu. Jika, polisi tidak datang tepat waktu, mungkin sesuatu yang lebih buruk akan terjadi pada Ibu."
Crystal mencoba menenangkan Sang Ibu. Ini juga pertama kalinya, Crystal membela dirinya.
"Kalian anak bodoh! BODOH!!!"
"Jika, Ibu ingin ayahmu mendekam di penjara, Ibu juga bisa melaporkannya sendiri!"
"Alasan Ibu bertahan selama ini adalah Ibu tidak ingin kalian menjadi anak yatim! Ibu, bisa pergi dari rumah itu kapan saja. Namun, Ibu selalu bertahan demi kalian berdua!"
Ibu mengutarakan isi hatinya sambil meneteskan air mata.
"Sudahlah, Bu! Setidaknya, di penjara Ayah tidak lagi dapat minum dan memiliki waktu memikirkan kesalahannya." Crystal kembali berkata. Terlihat jelas, Crystal sangat tidak menyukai ayahnya itu.
"Alasan lainnya, Ibu tidak ingin kalian memiliki Ayah seorang narapidana!"
Nyonya Swan melanjutkan perkataannya, hal yang paling ditakuti akhirnya terjadi.
"Kalian berdua akan kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan ayah seorang narapidana! Kalian akan sulit bersosialisasi, jika orang-orang tahu ayah kalian adalah narapidana!!!"
Seketika, perkataan Nyonya Swan, ibu mereka, seakan menampar kesadaran kedua saudari itu.
Saat itulah, raut wajah khawatir muncul di wajah mereka berdua.
Nyonya Swan tidak lagi tahan dan berbalik pergi meninggalkan mereka berdua. Crystal menatap Bella dan berkata dengan sinis, "Aku kira, kamu akhirnya melakukan sesuatu yang hebat! Namun, kamu menggali lubang kuburan untuk kita semua!"
Setelah berkata seperti itu, Crystal juga berbalik pergi meninggalkan dirinya.
Bella menelan ludah, jantungnya kembali berdegup begitu kencang. Benar, saat ini rasa takut menyelimuti dirinya. Hal itu, membuat Bella tidak memperhatikan seseorang yang sedari tadi duduk di kursi samping ranjangnya.
"Apa yang kamu lakukan sudah tepat! Jika, kami datang terlambat, mungkin ibumu sudah tidak dapat diselamatkan!"
Suara seorang pria menyadarkan Bella dari rasa takutnya. Bella memalingkan wajahnya dan menatap sosok pemilik suara itu.
Seorang pria dengan balutan seragam kepolisian. Pria itu masih cukup muda dan memiliki postur tubuh tinggi, serta wajah yang cukup tampan.
"Perkenalkan, saya Inspektur David Baker! Kemarin, kamu berlari ke kantor pos jaga kami. Beruntung kamu pingsan setelah menceritakan semuanya. Hal itu membuat kami dapat tiba tepat waktu dan mengamankan Tuan Swan."
Inspektur David, tidak menceritakan bagaimana Tuan Swan hendak menghunuskan pisau dapur ke arah Nyonya Swan. Beruntung mereka tiba dan menghentikan hal gila tersebut. Dirinya tidak yakin apakah gadis itu dapat menerima informasi itu.
Bella mengangguk seakan mengerti, tetapi sebetulnya dirinya belum dapat mengingat kejadian kemarin secara lengkap.
David mengeluarkan secarik kartu nama dan meletakkan di atas telapak tangan Bella.
"Ingat hubungi diriku, jika butuh bantuan! Atau kamu bisa langsung datang ke kantor polisi!"
"Istirahatlah! Telapak tanganmu mendapat 5 jahitan, akibat luka dari pecahan kaca. Untuk kaki, tidak ada luka serius, hanya luka lecet karena kamu berlari tanpa alas kaki."
Inspektur David, mencoba menjelaskan kepada Bella.
"Ah! L-luka ..., luka ini bukan disebabkan oleh ayahku! A-aku tidak berhati-hati saat membersihkan pecahan mangkuk sayur," Bella mencoba menjelaskan dengan terbata-bata. Dirinya berharap, ayah tidak perlu mendekam di balik jeruji besi.
"Kami tahu! Bukan karena alasan itu Tuan Swan di tahan, tetapi dari apa yang kami saksikan saat masuk ke dalam rumah Keluarga Swan. Bukti di sana, beserta luka ibumu, cukup membuat Tuan Swan mendekam di balik jeruji, untuk merenungkan kesalahannya!" Inspektur David tidak ingin gadis itu tenggelam dalam rasa bersalah.
Perkataan pria itu, sedikit membuat hatinya merasa tenang.
"Istirahatlah! Besok, kamu baru diizinkan pulang."
Setelah berkata seperti itu, Inspektur David berbalik pergi meninggalkan Bella sendirian di dalam kamar rumah sakit uang yang sempit ini.
Barulah Bella memperhatikan sekujur tubuhnya. Sebelah tangannya diperban cukup tebal, dan sebelah lagi hanya ada beberapa plester. Di lengannya juga terpasang jarum infus. Bella mencoba menggerakkan kakinya dan semuanya terasa baik-baik saja, hanya telapak tangannya yang agak terasa sakit.
Bella tidak tahu apa yang telah dilakukannya dapat berpengaruh seperti itu.
"Kamu sudah bangun?" tanya seorang perawat yang baru memasuki kamar rawatnya.
"Benar."
Bella menjawab dengan suara serak.
Perawat menaikkan sandaran ranjang Bella dan menghampirinya dengan segelas air putih beserta sedotan.
"Minumlah sedikit," pinta perawat itu dan menyodorkan sedotan tepat di depan bibir Bella yang kering.
Bella menyeruput sedikit air putih itu dan tenggorokannya terasa jauh lebih baik. Lalu, Bella kembali menyeruput lebih banyak air dari gelas itu.
"Pelan-pelan."
Perawat itu memperingati Bella, agar dirinya tidak tersedak karena minum begitu cepat.
"Sebentar lagi, aku meminta untuk diantarkan semangkuk bubur untukmu. Ingat, makan yang banyak jika kamu ingin segera pulang."
Bella menatap perawat itu, ada sedikit rasa enggan untuk kembali ke rumahnya. Dirinya tidak yakin bagaimana menghadapi ibu dan kakaknya. Setelah apa yang dilakukannya, menyebabkan ayah meringkuk di balik jeruji.
"Jangan berpikir terlalu banyak. Kamu sudah menyelamatkan nyawa ibumu. Luka-luka Nyonya Swan tidaklah ringan, aku tahu karena aku yang membantu membersihkan lukanya. Jadi, pulanglah dengan kepala tegak, apa yang kamu lakukan sudah tepat."
Bella mengangguk, dirinya yakin permasalahan Keluarga Swan sudah menarik perhatian banyak orang. Saat ini, Bella hanya dapat berharap agar semuanya akan kembali seperti semula.
***
Keesokan harinya, Bella bangun pagi-pagi sekali. Perawat itu datang untuk melepaskan jarum infus dan membantunya mandi serta berganti pakaian. Pakaiannya yang dikenakan waktu itu, sudah bersih dan terlipat rapi. Apakah ibu yang mencucinya? Namun, mengapa ibu tidak mengambil pakaian ganti saja? batinnya.
"Aku mencucinya untukmu! Ada bercak tanah dan darah di pakaianmu." Perawat itu menjelaskan.
Setelah selesai berganti pakaian, sarapan sudah dihidangkan saat Bella keluar dari kamar mandi. Dirinya makan dengan lahap, walaupun tidak yakin seperti apa rasa makanan itu.
Bella duduk di ranjang kamar itu dan menunggu sampai lewat tengah hari, tetapi ibu ataupun kakaknya tidak ada yang datang untuk menjemputnya. Hal itu, membuat Bella cemas, apakah ibu masih marah padanya dan tidak ingin dirinya pulang? batin Bella.
"Selamat siang!"
Suara seseorang yang menyapa, membuat Bella tersadar dari lamunannya. Dirinya berbalik dan menatap ke arah pintu.
"S-selamat siang," balas Bella terbata-bata kepada Inspektur David.
"Ayo, aku antar pulang!" ujar Inspektur David dengan senyum di wajahnya.
Bella ragu sejenak, dirinya ingin menunggu ibu atau kakak datang menjemputnya.
Nnn"Nyonya Swan tidak bisa menjemput dirimu. Jadi, aku menyempatkan waktu untuk mengantarmu pulang."Inspektur David mencoba menjelaskan. Sebetulnya, dirinya hanya kebetulan lewat dan memastikan apakah gadis itu sudah pulang. Namun, informasi yang di dapat dari perawat, sama sekali tidak ada keluarga gadis itu yang datang hari ini. David sendiri tahu jelas, ibu gadis itu sangat marah karena keberaniannya melapor kepada polisi dan hal yang diucapkan Sang Ibu juga masuk di akal. Kedepannya Keluarga Swan akan sulit menghadapi para tetangga dan warga sekitar.Bella mengangguk dan berdiri, lalu berjalan mendekati Inspektur David."B-bagaimana dengan biaya rumah sakit?" tanya Bella. Dirinya memiliki tabungan, tetapi tidak banyak dan disimpan di rumah."Kantor sudah membayarnya!" jawab Inspektur David singkat. Dirinya pribadi membayar tagihan rumah sakit gadis itu, karena rasa iba.Bella tidak lagi berkata-kata, dirinya patuh mengikuti Inspektur David d
"Itu pantas! Ayah sudah mengkalkulasi, kami akan mengambil cicilan untuk 10 tahun. Jadi, uang muka tidak terlalu berat," ujar Tuan Hall tersenyum bahagia."Tapi-"Nicholas tidak memiliki kesempatan untuk mengutarakan keberatan, karena ibunya lanjut berkata, "Turuti perkataan orang tuamu! Itu akan membuat dirimu lebih dipandang tinggi!""Namun, kami masih kekurangan sedikit untuk pembayaran uang muka! Bella, apakah kamu mau membantu Nicholas? Aku yakin, kamu tidak akan keberatan!" ujar Nyonya Hall menatapnya tajam.Bella menelan ludah. Dirinya memiliki sedikit tabungan, tetapi itu untuk biaya kuliahnya tahun depan."Ayolah, Bu! Jangan merepotkan Bella, dirinya sendiri harus-"Kembali ucapan Nicholas terpotong, tetapi kali ini oleh Bella yang buru-buru berkata, "Tentu! Aku akan membantu Nicholas!"Seketika senyum merekah di wajah Tuan dan Nyonya Hall. Hal itu membuat Bella merasa sedikit tenang, walaupun itu artinya dirinya akan kehilang
"Kita akan melewati ini semua bersama," bisik Nicholas.Bella merasa matanya hangat, begitu juga dengan hatinya. Saat ini, Bella merasa sangat beruntung dengan keberadaan Nicholas di sisinya.Bella melangkah masuk melewati pagar rumah dan kembali berbalik menatap Nicholas yang masih menatap dirinya."Pulanglah!" ujar Bella sambil menggerakkan tangannya meminta pria itu segera pergi."Selamat malam," ujar Nicholas sambil melambai pada Bella.Bella menunggu sampai Nicholas menghilang baru membuka pintu rumah. Namun, tangannya yang diletakkan di kenop pintu terhenti, saat sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah mereka.Bella berbalik dan melihat seorang pria berpakaian rapi keluar dari pintu pengemudi, berjalan ke arah pintu penumpang bagian belakang dan membuka pintu itu. Bella melihat sepertinya pria itu adalah seorang supir, jika dilihat dari pakaiannya yang terlihat seperti seragam.Crystal turun dari mobil da
Setidaknya, hari ini Bella dapat melihat ibunya tersenyum dan dirinya berterima kasih karena kedatangan Nicholas.Hari-hari berlalu dengan cepat, tidak terasa tiga tahun sudah berlalu. Saat ini, Bella berusia 20 tahun. Enam bulan lagi, ayahnya akan dibebaskan. Karena kelakuan ayah yang baik, beliau mendapatkan remisi.Bella tidak lagi kuliah. Keuangan keluarga mereka sangat buruk. Uang yang di dapat dari menjahit boneka tidak seberapa. Terlebih, Bella masih harus ikut membayar cicilan kendaraan Nicholas. Namun, Bella tidak keberatan. Nicholas tumbuh menjadi pemuda yang begitu memukau dengan otak brilian.Terkadang, Bella akan merasa berkecil hati saat bersama dengan Nicholas. Banyak hal yang tidak lagi dapat mereka bicarakan, bisa dikatakan jenjang sosial mereka sudah berbeda. Bahkan, Bella sudah jarang pergi ke rumah keluarga Hall. Orang tua Nicholas beberapa kali secara terang-terangan menolak kehadirannya, dengan mengabaikan deringan bel yang dibunyikan olehnya.
"Apa yang membawamu kemari sepagi ini?" tanya Bella yang segera menghampiri Nicholas.Nicholas tidak menjawab pertanyaan itu. Dirinya tahu, setiap hari Sabtu pagi Bella akan ditinggal sendirian oleh ibunya dan karena alasan itulah dirinya datang ke sini pagi-pagi sekali.Bella menatap lekat ke arah Nicholas. Setelah mengenal pria itu begitu lama, Bella tahu ada yang mengganggu pikiran pria itu."Ada apa?" tanya Bella cemas.Nicholas menyentuh wajah Bella dan berpikir, Bella begitu berbeda dengan saudarinya itu. Bella tidak memiliki kecantikan Crystal, tetapi senyum Bella dapat menerangi hatinya. Bahkan, pakaian yang dikenakan adalah pakaian itu-itu saja. Kaos dan celana jeans lusuh. Tidak ada riasan apapun di wajah manis Bella dan itu dulu yang disukainya, saat dirinya belum memiliki pergaulan seluas sekarang. Nicholas akan mulai membandingkan penampilan Bella dengan kenalan wanita lainnya dan itu membuat Nicholas merasa begitu buruk.
Bella meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya. Kecewa, benar dirinya merasa kecewa. Namun, itu hanya ditelannya sendiri dan tidak diutarakan kepada kekasihnya itu. Bella menghela napas dan kembali duduk di ruang tamu, kembali menjahit mata boneka. Perlahan, air mata mulai membasahi wajahnya. Di lubuk hatinya, Bella tahu Nicholas malu akan dirinya. Namun, ada rasa berhutang yang membuat pria itu tetap bertahan di sisinya.Seharusnya, waktu itu Bella tidak menyerahkan kesuciannya kepada Nicholas. Hal itu, malah akan membuat Nicholas terikat padanya. Namun, rasa takut ditinggalkan membuat Bella menyerahkannya.Impiannya yang tersisa, tinggal satu. Hanya satu, yaitu menjadi istri Nicholas Hall. Hanya pria itu yang dimilikinya. Jika, Nicholas meninggalkannya maka dirinya tidak lagi memiliki harapan dan impian. Jadi, karena alasan itulah Bella bersedia menyerahkan kesuciannya, pagi itu. Saat ini, dirinya hanya berharap mengandung dan Nicholas segera meminang
"Crystal, kemarilah!" Tuan Mark Adams meminta Crystal duduk di sofa yang ada di hadapannya. Tentu, malam ini pria itu akan menjaga sikap di hadapan calon tim hukum perusahaannya."Silahkan duduk!" kembali Tuan Mark Adams mempersilahkan mereka.Mereka membahas masalah bisnis dan ternyata Tuan Adams cukup profesional. Begitu juga dengan Crystal, yang sangat cerdas dan kembali membuat Nicholas merasa kagum.Pertemuan mereka berjalan lancar. Pertemuan ditutup dengan jabatan tangan dan senyuman di wajah mereka masing-masing. Tuan Mark Adams tergila-gila dengan Crystal, jadi apapun yang dikatakan oleh wanita itu akan didengarkan dan dipatuhinya.Nicholas merasa semua berjalan begitu lancar dan hal itu membuat rasa percaya dirinya semakin kuat. Setelah selesai membahas bisnis, Tuan Mark Adams menjamu mereka dengan anggur yang mahal. Nicholas minum satu gelas, dirinya tidak pernah minum minuman beralkohol. Pengecualian untuk malam ini, dirinya
Bella bangun saat langit masih gelap. Dirinya membantu menyiapkan sarapan dan ibu sibuk mencuci pakaian. Itulah rutinitas mereka sehari-hari. Crystal di kamar, selesai mandi dan sibuk merias diri dan berganti pakaian.Tok Tok Tok!Pintu diketuk dan itu membuat Crystal keluar dari kamar."Bella, buka pintu!" seru Crystal."Siapa yang datang sepagi ini?" gerutu ibu yang sedang mengepel lantai."Entahlah!" jawab Bella dan berjalan ke arah pintu, diikuti oleh Crystal.Bella membuka pintu."Selamat pagi!" ujar dua orang pria bertubuh tegap di depan pintu.Dari postur dan cara berpakaian, Crystal tahu mereka adalah polisi."Pagi!" sapa Bella kembali."Mobil itu milikmu?" tanya salah satu pria itu."Iya! Itu miliknya!" jawab Crystal."Siapa kalian?" tanya Crystal kemudian."Kami kepolisian bagian Barat kota! Ada kecelakaan di persimpang