Apabila organisasi itu menganggap Rainie sudah tidak ada gunanya lagi, dan apa yang mereka lakukan tidak bisa ditutupi lagi, tidak menutup kemungkinan Rainie memang dibunuh oleh mereka. Akan tetapi … Chermiko merasa tetap saja ada yang aneh dari semua kejadian ini. Jika diingat-ingat kembali setiap detailnya, bahkan pelariannya dari lab itu juga dirasa terlalu mudah. Sebelumnya Chermiko sempat memikirkan berbagai macam cara untuk melarikan diri, tapi tidak ada yang berhasil. Namun saat Chermio berhasil melarikan diri hari itu, semuanya terasa sangat mudah. Begitu mudahnya sampai Chermiko masih tidak percaya kalau dia benar-benar sudah bebas, dan dia baru akhirnya bisa menerima fakta tersebut beberapa hari terakhir ini.Selain itu ada juga Shane yang membantu Chermiko melarikan diri. Lantas, apakah organisasi tidak menyadari hal itu? Kalau mereka menyadarinya, maka apa yang terjadi pada Shane, dan apa alasan Shane membantunya? Kalau Shane membantu atas ketulusan hati, kenapa dia tidak l
Untuk sementara waktu Yuna masih tidak bisa ke mana-mana. Atau lebih tepatnya, kalaupun sekarang dia pergi, tidak banyak yang bisa dia lakukan juga. Darah yang Yuna ambil melalui jarumnya sudah melalui proses analisis laboratorium, tapi untuk meneliti lebih jauh zat-zat yang terkandung di dalamnya membutuhkan lebih banyak waktu. Penyakit yang Edgar alami baru akan bisa sembuh setelah diberi obat yang memang sesuai dengan gejalanya.Meski dalam situasi ini segalanya berjalan sangat cepat, Bella tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Bagaimanapun juga, Edgar adalah orang yang memiliki jabatan tinggi. Setiap hari ada banyak sekali orang yang ingin menemuinya, dan pekerjaan yang harus dia kerjakan juga sudah menumpuk. Seorang gadis biasa seperti Bella mustahil bisa mengerjakan semua itu. Dua hari pertama absen dengan alasan sakit mungkin masih masuk akal, tapi lama kelamaan, orang-orang pasti akan curiga.“Untuk sementara waktu aku lagi nggak bisa ke sana,” jawab Yuna.“Kalau begitu … kira-k
“Siap, Non!”Saat pelayan itu baru saja mau pergi, tiba-tiba mereka mendengar suara keributan yang berasal dari lantai bawah. Dari suara langkah kaki yang ramai, tampaknya tidak hanya satu orang saja yang datang.“Non Bella?!” Pelayan itu spontan menatap Bella meminta arahan darinya. Bella juga terkejut, tetapi dia berusaha untuk tidak menunjukkannya. Bella hanya mengayunkan tangannya dan berkata, “Ayo ikut aku ke bawah!”Bella berjalan di depan, dan ketika dia sampai di ujung tangga, dia melihat di sana sudah ada belasan pria bertubuh tinggi besar. Di tengah keramaian orang itu Bella mendengar salah satu pelayan rumah lainnya berkata, “Pak Fahrel, ini sudah melanggar aturan. Pak Edgar lagi sakit.”“Kalau begitu suruh dia yang turun dan tegur aku!” bentak Fahrel. “Aku nggak peduli dia bakal memukulku atau apa, tapi pertama-tama biarkan aku ketemu sama dia dulu!”“Non Bella ….”“Oh, kukira ada apa ribut-ribut, ternyata Om Fahrel yang datang,” ujar Bella seraya menuruni tangga. Sontak, p
Gelas yang terjatuh itu pecah dan menimbulkan suara yang cukup nyaring, sampai pelayan yang menunggu di luar langsung datang dengan rasa khawatir. Akan tetapi untungnya Bella baik-baik saja dan meminta mereka untuk keluar. Kemudian, dengan sikap yang tenang dan tidak tergesa-gesa, Bella bertanya kepada pamannya, “Om Fahrel, apa maksudnya itu?”“Kamu masih tanya apa maksudnya? Hari ini Rainie dimakamkan, sedangkan dan papa kamu bahkan nggak nanya apa-apa. Selain itu, beberapa hari terakhir papa kamu juga nggak menjawab teleponku. Kenapa?”“Papaku lagi nggak enak badan dan butuh istirahat. Kalau Om butuh apa-apa, tunggu sampai papaku baikan. Tapi kalau Om bertanya masih dengan nada seperti ini, aku nggak tahu gimana reaksi Papa nanti. Om juga sudah tahu kalau papaku lagi sakit. Yang namanya orang lagi nggak enak badan, suasana hatinya juga pasti nggak bagus.”Reaksi Fahrel jelas menunjukkan rasa takutnya terhadap Edgar. Hanya saja Fahrel sempat lupa dengan rasa takutnya itu untuk sesaat
“Apaan! Untuk apa aku mempermainkan Om, apa untungnya buatku?” ucap Bella terkekeh. Dia kemudian memandang semua orang-orang yang Fahrel bawa ke rumah ini dan berkata, “Aku bisa mengerti perasaan Om, tapi tujuan Om datang bawa begitu banyak anak buah untuk apa? Kalau hari ini papaku sehat-sehat saja, memangnya Om pikir bisa masuk ke rumahku seenaknya? Dan juga kalau aku berbohong, sebentar lagi Papa juga pasti akan pulang. Kalau dia tahu Om datang membuat keributan di rumah ini, apa Om bisa membayangkan gimana jadinya nasib Om nanti?”Cukup dengan sedikit ancaman saja sudah cukup untuk membuat Fahrel merinding ketakutan. Fahrel langsung terbayang tatapan mata Edgar yang sangat mengerikan itu. “Papa kamu beneran lagi sakit? Sakit apa memangnya/”“... cuma terlalu capek saja. Badannya jadi lemah dan perlu lebih banyak istirahat.”“Masa? Sudah coba dibawa ke rumah sakit? Rumah sakit mana? Dokternya bisa dipercaya? Atau perlu ganti rumah sakit saja sekalian supaya penanganannya bisa lebih
Fahrel juga melirik ke bawah mengikuti pergerakan Bella, kemudian dia kembali menatap ke depan dan bertanya, “Kenapa, memangnya nggak boleh?”“Bukannya nggak boleh, tapi Om bawa banyak orang begitu kemari tujuannya mau ketemu Papa atau mau mengancamnya? Aku nggak akan berasumsi apa-apa karena Om Fahrel adalah omku, tapi aku nggak tahu apa yang akan Papa pikirkan nanti,” kata Bella dengan sikap yang tenang, yang membuat Fahrel tidak yakin.Mendengar itu, Fahrel sekali lagi menatap kamar di mana Edgar seharusnya berada. Dia lalu mendekat ke Bella dan berbisik di telinganya, “Bella, Om mau kamu jawab yang jujur. Apa papa kamu benar ada di rumah?”“Semua orang juga tahu papaku cuti kerja. Kalau dia nggak pergi kerja, berarti sudah pasti ada di rumah. Kalau nggak, mau ke mana lagi?” jawab Bella terkekeh.“.…” Fahrel berdeham dan kemudian berkata kepada para anak buahnya, “Kalian semua pergi dulu, tunggu aku di luar.”Begitu mendengar perintah, mereka pun satu per satu pergi dari rumah Bella
“Om Fahrel kenapa nggak jadi masuk? Papa lagi istirahat di dalam, lho,” kata Bella seraya mempersilakan pamannya masuk. Wajahnya tersenyum tipis dan membuat Fahrel curiga ada sesuatu yang aneh.Akan tetapi karena sudah sampai di sini, jika Fahrel tidak masuk, pertanyaan yang selama ini menghantuinya tidak akan terjawab dan dia juga malah terlihat seperti seorang pengecut. Oleh karena itu, Fahrel menguatkan dirinya dan berjalan masuk seraya berkata, “Kak Edgar, aku dengar Kakak lagi sakit, jadi aku datang untuk … menjenguk ….”Sebelum Fahrel selesai berbicara, Bella juga ikut masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya.“Ka-Kak Edgar …?”Fahrel tercengang, karena Edgar memang benar ada di dalam kamar itu, tetapi … dia hanya terbaring di atas ranjang dan tidak bergerak sedikit pun.“Kak Edgar?” Sekali lagi Fahrel memanggilnya, tetapi Edgar masih tidak menunjukkan tanda-tanda apa pun yang memperlihatkan kalau dia mendengar suara Fahrel. Bahkan kelopak matanya juga tidak bergerak sama sekali
“Iya!” angguk Bella. “Apakah papaku terkena virus atau nggak, itu sudah nggak diragukan lagi. Tapi … masa Om nggak tahu kalau papaku kena virus?”“Aku mana tahu! Memangnya kamu pikir aku yang masukkin virusnya ke dalam badan dia?!”Fahrel tampak begitu marah mengira dirinya dituduh mencelakai Edgar, tetapi dari sorot matanya tidak terlihat ada tanda kalau dia berusaha untuk menghindari tuduhan tersebut. Maka Bella pun berpikir, saat Rainie masih muda saja dia sudah bisa meracuni dirinya untuk waktu yang sangat panjang tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Berarti bisa jadi Rainie memasukkan virus atau racun itu ke dalam tubuh Edgar tanpa sepengetahuan Fahrel juga.Selama ini Bella selalu menyalahkan diri sendiri yang kurang menaruh perhatian kepada ayahnya. Jelas-jelas dia sudah tahu kalau Rainie berbahaya dan tidak bisa dipercaya, tetapi dia masih saja lalai dan membiarkan ayahnya terkena jebakan Rainie. Namun mau menyesal juga sudah tidak ada gunanya. Waktu tidak akan berjalan mund