"Mas Gevan?!" Aluna benar-benar kaget saat Gevan tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang periksa kebidanan, dan sontak ia pun menjerit. Gimana nggak kaget? Masalahnya tadi itu sebenarnya Aluna dan Gevan sudah mencapai sebuah kesepakatan, kalau yang akan masuk ke dalam ruang periksa dokter ini hanyalah Aluna. Sedangkan Gevan hanya akan menunggunya di luar hingga kandungan Aluna selesai diperiksa. Aluna bahkan sudah merekam diam-diam semua percakapannya dengan dokter kandungan dengan menggunakan ponselnya. Tujuannya adalah agar Gevan dan Bunda bisa mendengar langsung kondisi anak yang ada di kandungan Aluna. Tapi kenapa lelaki ini malah tidak melakukannya sesuai kesepakatan?Aluna pun mendelik menatap Gevan yang dengan santainya berjalan masuk ke dalam, lalu pria itu melemparkan senyum datar pada dokter wanita yang sedang memeriksa Aluna. "Permisi dokter, saya adalah ayah dari janin yang dikandung Aluna. Gimana kondisi anak saya?" Tanya Gevan sambil berjalan ke arah Aluna yang berbar
'Apartemen Mas Gevan besar banget.'Aluna melangkah masuk dengan ragu, namun ia tak bisa menampik kekagumannya pada unit milik calon suaminya itu. Gevan membawanya masuk dan duduk di ruang tamu yang didominasi warna-warna monokrom--mirip seperti ruang kerjanya. Namun yang Aluna sukai di apartemen ini adalah hiasan dinding berupa lukisan-lukisan abstrak aneka corak warna yang membuat suasana jauh lebih hidup.Aluna tampak tertarik dan terus berdiri memandangi sebuah lukisan abstrak berwarna perpaduan kuning, putih dan abu-abu. "Kamu suka sama yang itu?" Tanya Gevan yang baru datang dari dapur membawa jus alpukat untuk Aluna, dan ia meletakkannya di atas meja tamu.Aluna mengangguk pelan dengan mata yang masih tertuju pada lukisan itu. "Suka banget sama warnanya. Meskipun bentuknya mirip tumpahan cat, tapi kelihatan artistik banget," komentarnya.Dengus tawa pun terdengar dari Gevan. 'Tumpahan cat, katanya? Belum tahu aja si Aluna kalau lukisan itu pernah ditawar seharga mobil SUV.'"
"Aku nggak bisa tidur karena baru kali ini berada dalam satu apartemen dengan wanita, namun dengan kamar yang berbeda," jawabnya dengan suara seraknya yang terdengar sangat seksi di telinga Aluna.Nada maskulin Gevan membuat Aluna sejenak terpana.Namun ketika sebuah kenyataan kembali datang untuk menghantamnya bagai petir yang menyambar, gadis itu pun baru tersadar. Sambil melipat tangan di dada, Aluna menatap Gevan dengan kedua alis terangkat menghakimi."Baru kali ini berada dalam SATU apartemen dengan wanita, namun dengan kamar yang BERBEDA?" ulang Aluna dengan nada sarkas. "Wow. Aku nggak nyangka kalau Mas Gevan yang datar dan dingin ini ternyata palyboy juga," sindirnya.Dengus tawa terdengar pelan dari bibir pink pucat Gevan. "Playboy sih engak, cuma yaa.. gitu deh," ucapnya menggantung tak pasti. "Kenapa? Cemburu? Jangan khawatir, aku tipe yang serius kalau sudah berkomitmen, kok. Toh aku juga nggak mempermasalahkan dan malah menerima masa lalu kamu, kan?" cetusnya sambil me
Saat pagi harinya, Gevan pun terbangun ketika cahaya matahari yang masuk melalui celah gorden terasa menusuk matanya. Sambil mengerjap pelan dan memicingkan mata, ia menatap jam berbentuk bulat berwarna hitam yang menempel di dinding, lalu terkesiap kaget saat mengetahui bahwa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi!Pukul tujuh pagi??Gevan masih bengong karena baru kali ini dirinya bangun pagi sesiang ini. Kepalanya pun sontak menunduk untuk menatap seraut wajah cantik di dalam dekapannya yang masih terlelap damai dalam tidur.Aluna. Seulas senyuman lembut tanpa sadar kemudian tercetak di bibirnya, saat menyebut nama itu di dalam hatinya dengan penuh memuja. Gevan merasakan secercah perasaan asing yang kini tengah menyeruak di dalam batinnya. Rasanya seperti... ... mendengar suara pelan dari debur ombak. Seperti berbaring di atas pasir pantai yang lembut dan hangat. Seperti bergelung di dalam selimut tebal yang sangat nyaman. Seperti sebuah perasaan damai, dan juga terpenuhi..
Kedatangan mereka pun disambut hangat oleh kedua orang tua Aluna yang bernama Bagas dan Anggita. Pertama-tama Aluna mengenalkan Andromeda dan Desti kepada Papa dan Mamanya, lalu kemudian mengenal Gevan sebagai calon suaminya.Pada awalnya mereka semua saling bertegur sapa dan berbincang santai, sebelum kemudian tibalah waktunya untuk Aluna mengatakan hal yang terpenting.Gadis itu pun menunduk sedalam-dalamnya untuk menguatkan hati, sementara Gevan menyunggingkan senyum tipis yang terkesan resmi di hadapan kedua orangtua Aluna.Andromeda dan Desti telah menyampaikan tujuan dan maksud kedatangan mereka, dan selanjutnya mereka tinggal menunggu keputusan dari Bagas dan Anggita--orang tua Aluna. "Pa... Ma... sebelumnya ada hal yang ingin Aluna sampaikan kepada kalian," ucap Aluna dengan suara bergetar dan mata yang mulai terasa lembab karena dipenuhi air mata.Anggita mengerutkan kening heran menatap putrinya. "Ada apa, Nduk?" Tanya Mamanya Aluna dengan bingung melihat kegundahan di wajah
Aluna sedang membawakan camilan dan minuman ke taman belakang, sambil menunggu Gevan yang sedang membersihkan diri di kamarnya di lantai atas. Sore-sore begini, memang paling enak minum teh sambil menikmati suasana kebun belakang di rumah masa kecil Aluna yang asri dipenuhi aneka warna bunga. Sejak dulu Anggita memiliki hobi bercocok tanam, sehingga ibunda Aluna tersebut membuat kebun belakang rumah menjadi tempat yang indah dan nyaman untuk bersantai sembari menikmati alam.Aluna menaruh baki berisi cake lemon oleh-oleh dari Desti serta teh hangat di atas meja kayu, lalu ia pun duduk di sana menunggu Gevan sambil bermain ponsel.Saat hendak mengecek pesan, Aluna mendapati Flora yang mengirimkan beberapa pesan untuknya.[Lun, selamat yaa. Nggak nyangka kalau ternyata kamu adalah wanita yang berhasil mendapatkan hati CEO kita yang ganteng itu. Anyway, kalian tinggal bareng kan? Dia hot nggak di ranjang?][Terus-terusss... giimana, suka nggak sama pilihan baju untuk kamu?]Ah ya... Al
Saat makan malam, Bagas dan Gevan banyak berbincang tentang berbagai hal. Bagas yang telah pensiun sebagai pilot di sebuah maskapai nasional, banyak bertanya pada Gevan mengenai bidang pekerjaan calon menantunya itu yang bergerak di jasa telekomunikasi.Bagas cukup senang mengetahui kalau Gevan adalah seorang CEO dari Samudra Corp. Bukan karena materialistis, tapi lebih untuk kesejahteraan Aluna serta cucu-cucunya kelak. Papanya Aluna itu juga bisa merasakan jika Gevan adalah pria yang cukup baik, dilihat dari bagaimana ia memperlakukan Aluna dengan lembut, serta sikap hormat yang ditunjukkannya kepada Bagas dan juga kepada Anggita.Sementara itu, Aluna dari tadi hanya bisa mencuri-curi pandang pada Gevan tanpa berani ikut terlibat dalam pembicaraan. Ia sedikit gentar setelah apa yang terjadi di kebun belakang tadi sore, ketika Tommy meneleponnya.Aluna pun hanya bisa mengerang dalam hati ketika mengingat apa yang terjadi setelah Gevan menutup telepon dari Tommy. Tadinya gadis itu
"Bibir kamu nikmat sekali Al," guman Gevan dengan suara beratnya yang serak. Aluna memekik kecil saat Gevan kini telah melepas pagutannya di bibir, lalu kepala pria itu menunduk untuk menghisap kuat leher Aluna. Menciptakan sensasi letupan-letupan kecil yang menggelitik di dalam perutnya.Sementara itu satu tangan Gevan mulai bergerak dengan nakal memasuki kaus oversize bergambar Hello Kitty, untuk meraup salah satu dari bukit kembar yang lembut di dalamnya. Dengan mahir, jemari pria itu mengelus puncaknya dengan sentuhan seringan bulu dari balik bra."M-Mas..." desah Aluna dengan wajah merona dan napas yang memburu, serupa napas Gevan yang berhembus di leher gadis itu. Ia merasa seperti akan meledak akibat sensasi panas yang dibangkitkan oleh sentuhan bibir Gevan yang sensual. Akal sehat dan kontrol diri yang selama ini ia gunakan bila berada di dekat lelaki, sekarang hilang entah kemana. Mungkin kening Gevan harus ditempel stiker bertuliskan, "benda panas dan berbahaya! jangan