Drrtt ... Drrtt ....
Ponsel Ainsley berdering saat Ainsley tengah mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer. Ainsley mematikan dulu hair dryer tersebut lalu mengangkat telepon masuk dari Emily.
"Hallo, Emily sayang. Ada apa pagi-pagi menelponku?"
"Ainsley, apa kau ada waktu hari ini? Ayo kita bertemu, aku merindukanmu. Biasanya kita selalu melakukan apapun berdua, tapi sekarang aku hanya melakukan semuanya sendiri saja. Itu sangat membosankan, Ainsley," kata Emily merajuk.
"Aku bilang juga apa, cepat selesaikan kuliahmu, lalu kau akan menjadi asistenku dan
Freddy mendengarkan nada sambung sambil menunggu telepon terhubung. Namun betapa terkejutnya Freddy ketika dia mendengar suara lelaki sebagai penerima telepon."Hallo," suara laki-laki di seberang sana."Siapa kau?" tanya Freddy dengan perasaan terkejut, takut dan cemas bercampur menjadi satu.Bagaimana jika Ainsley diculik? Bagaimana jika Ainsley dalam bahaya? Pikiran Freddy sudah liar kemana-mana."Paman Freddy, ini aku, Dixon.""Astaga, Dixon. Aku pikir kau adalah seo
"Permisi, ada kiriman bunga untukmu, Nona Ainsley." seorang pelayan datang untuk menyerahkan kiriman bunga mawar merah untuk Ainsley."Bunga? Siapa yang mengirimnya?" tanya Ainsley mengerutkan kening. Sebelumnya dia tidak pernah menerima kiriman bunga dari siapapun."Dari tuan Hamilton. Jika Nona ingin menemuinya dia masih ada disana," jawab pelayan itu."Hamilton?" tanya Ainsley."Maksudnya Dixon?" imbuh Emily.Kemudian Ainsley dan Emily sama-sama mencari keberada
"Apakah sudah masuk pada tahap produksi? Kapan kira-kira produk kita akan launching?" tanya Freddy lagi. "Tahap produksi sudah sampai sekitar 40%. Kita berharap semuanya lancar. Target kita bulan depan sudah akan launching, mungkin pertengahan bulan. Karena sebelum memasarkannya kita harus melakukan uji coba terlebih dahulu, melakukan demo baru kita pasarkan ke masyarakat. Aku membayangkan orang-orang memakai produk kita dan mereka puas sehingga akhirnya mereka ketagihan," jelas Ainsley. "Hm, daddy juga jadi tidak sabar menantikannya," kata Freddy. "Baiklah, sudah malam, kau istirahatlah. Jangan tidur larut-larut malam, itu tidak akan bagus untuk kesehatanmu dan juga kesehatan kulitmu," lanjut Freddy. "Baikl
Ainsley sudah mencoba memejamkan mata tetapi ia tidak bisa. Dia yang tadinya mulai mengantuk jadi tidak mengantuk lagi setelah menerima telepon dari Dixon."Dasar tidak waras! Apa sebenarnya yang dia inginkan? Mengapa dia membuatku terus memikirkannya? Tidak benar, ini tidak benar," lirih Ainsley."Ya Tuhan. Mengapa aku terus terpikirkan dia? Tidak tidak, pergilah dari kepalaku. Kau tahu, aku sangat membencimu. Aku sudah merasa kesal setiap kali aku bertemu denganmu dan sekarang kau mengikutiku sampai kesini, terus membayang-bayangiku. Apa yang kau inginkan, hm? Pergilah! Pergi sana. Aku ingin istirahat." Susah payah Ainsley mengusir bayangan itu namun dia sama sekali tidak berhasil.
"Jangan berbuat macam-macam. Jangan lakukan hal buruk pada klien penting kita, kau mengerti? Jangan campurkan apapun pada minumannya, ingat itu!" bisik Mattew.'Ck, aku tidak akan melewatkan kesempatan emas ini.' batin Jennifer yang berniat untuk berbuat licik."Aku permisi." kata Jennifer.'Aku ingin lihat kemampuanmu, Tuan Ashton. Apakah semempesona ketampananmu?'***Jennifer turun ke dapur sendiri. Ini kesempatan bagus baginya.
"Dia benar-benar membuatku tidak sabar. Apa dia tidak punya ponsel untuk menelpon jika dia tidak bisa datang? Sungguh, aku tidak bisa memahami perempuan," gerutu Dixon yang sangat merasa kesal.Sudah lima jam lebih Dixon berada disana, menunggu kedatangan Ainsley, bahkan ia sampai rela melewatkan makan siangnya hanya demi menunggu kedatangan Ainsley. Dan akhirnya Ainsley tidak datang.Ya, katakan saja Dixon ini bodoh. Kenapa juga dia tidak mengunjungi kantornya saja? Mereka adalah klien, bukan? Tak akan jadi masalah jika Dixon datang ke Emperor.Namun semuanya sudah terlambat. Dia sudah menghabiskan waktunya untuk menunggu.
"Ainsley, aku rasa kau membuat masalah besar," kata Emily tiba-tiba. Emily melihat kedatangan Dixon dengan wajah garangnya."Masalah apa? Sudah kubilang aku tidak sengaja melakukannya kan?" balas Ainsley acuh tak acuh."Apa kau puas mempermainkan aku?" tanya Dixon tajam."K-kau?" Ainsley nampak terkejut dengan kedatangan Dixon yang tiba-tiba. Tapi bagaimana dia tahu Ainsley sedang berada di sini?"Apa yang kau pikirkan? Apa kau pikir ini lelucon? Jika kau ingin bermain-main tolong jangan dengan urusan pekerjaan. Apa kau tidak mengerti itu? Apa ayahmu tidak men
"Ikutlah denganku!"Ainsley menatap seorang yang menarik tangannya itu dengan tatapan benci."Aku tidak akan pergi kemanapun! Lepaskan tanganku sekarang juga!" sentak Ainsley."Tidak! Kau harus ikut denganku " kata seorang itu.Dia adalah Dixon. Ya, Siapa lagi yang bisa membuat Ainsley langsung marah jika bukan dia?Dixon langsung menarik tangan Ainsley dan membawanya pergi."Emily, maaf, aku harus membawa Ainsley. Maaf jika aku merusak pertemanan kalian," kata Dixon."Tidak tidak. Kalian Pergilah. Kami masih bisa bertemu lain kali," kata Emily mendukung Dixon membawa pergi Ainsley."Terima kasih atas pengertianmu," kata Dixon yang langsung membawa Ainsley pergi."Emily!" sentak Ainsley."Daaah, Ainsley sayang," kata Emily dengan senyum puas. Ainsley mengepalkan tangannya kuat menahan emosi.'Emily, sahabat macam apa kau? Awas kau