Share

8. Memory

Nova berpikir, sikap kemarin sudah keterlaluan, mengusir sekretaris baru dengan tidak sopan. Bukannya menyesal telah membentak, tetapi Nova tersenyum miring. Lelaki itu senang, sudah dipastikan ketika datang ke kantor—sekretaris barunya sudah tidak ada lagi dan sudah mengundurkan diri.

Pagi ini Nova pergi ke kantor dengan ceria, pintu lift terbuka, saatnya masuk ke ruangan miliknya dan Nova kaget melihat Liana di sana. Ternyata pikiran Nova mengenai sekretaris barunya akan mengundurkan diri, itu salah. “Okay, tenang. Baru satu hari,” batin Nova.

“Selamat pagi, Pak Nova,” sapa Liana.

Nova tetap mengacuhkan. Hari kedua, Nova melihat Liana di meja kerja. Hari-hari berikutnya, Nova tidak menggublis Liana, Liana menyapa Nova dengan sopan. Nova pikir dengan mengacuhkan Liana, Liana akan menyerah untuk menjadi sekretarisnya. Karena kesal, dia menyuruh Liana masuk.

“Masuk dan bawa CV kamu.”

Liana sempat tidak percaya dan mungkin salah dengar. Tidak! Liana tidak salah dengar. Dia menurut dengan perasaan senang mengekori Nova dari belakang. Bagaimana pun juga dia harus menjadi sekretaris tetap di sini, bukan hanya gajinya yang besar. Namun para Direktur Andromeda Company sangatlah tampan. Apalagi, manager pemegang saham, Direktur Evan. Pokoknya Evan, top banget deh. Berbeda dengan Nova, dia Direktur paling bar-bar dan pemalas.

Nova duduk di belakang meja besar, menompangkan dagunya. Sedangkan mata Liana mengedarkan pandangan seisi ruangan tersebut. Beginikah rasanya bekerja di kantor perusahaan, apalagi menjabat sekretaris Direktur. 

Liana meletakkan CV di meja Nova. Lelaki itu mengambil CV Liana dan membacanya sebentar, hanya memeriksa.

“Lyn Liana, 24, Sarjana Manajemen Bisnis?” tanya Nova.

Ucapan dari Nova itu membuat Liana mengangguk seraya berkata, “Iya, Pak,” jawab Liana sopan.

Nova menatap Liana dengan saksama dan tidak berkedip. “Aku baru sadar. Sepertinya kita pernah bertemu? Wajahmu tidak asing bagiku."

“AH! Sial,” umpat Liana dalam hati. Dia harap-harap cemas. Tangan meremas garis rok ketatnya bertanda dilanda gelisah.

Liana sudah berharap. Nova tidak akan mengenalinya. Ternyata harapan Liana sirna. Nova ingat, kejadian tiga bulan lalu dan satu tahun lalu.

Liana tertawa kecil, “Tidak mungkin, Pak. Kemarin baru bertemu dengan Pak Nova untuk pertama kali.” Liana mencoba menyakinkan Nova.

Nova menggelengkan kepala. “Aku tidak lupa, Lyn. Jangan membohongi bossmu,” tegur Nova dengan suara dingin. “Kejadian tiga bulan lalu dan satu tahun yang lalu?”

“Mati aku!” Liana menelan ludah dengan susah payah. “Maaf ....” 

Nova mengetuk-etuk jari telunjuk di meja, matanya menatap Liana dengan lekat. “Kamu masih ingat denganku?” tanyanya sarkasme. “Kejadian tiga bulan lalu. Kamu mengatakan aku sebagai lelaki brengsek dan kejadian satu tahun lalu kamu melempar kaleng minuman hingga mengenai dahiku.”

Liana mengangguk kaku. Memorynya terputar kejadian tiga bulan lalu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status