“Hah, kenapa kamu memilih An? Bukankah sudah cukup jelas hubungan An dengan Raja Akira bahwa mereka saling menyukai. Tidakkah kamu melihat diriku yang menyukaimu? Mengapa kamu memaksakan cintamu, An hanya lah memanfaatkanmu. She mengerti keadaannya jika menolakmu. She adalah gadis yang berusaha menghindari adanya perang diantara kalian berdua. Sekarang perang terjadi, gadis itu pasti sangat kecewa.” Pangeran Kim yang diobati tiba-tiba mulai sadar, he melihat putri Aresha ada disini. He segera bangun dan merasakan sakit di tubuhnya. Putri Aresha terkejut melihat pangeran Kim telah sadar, she melangkah mundur. “Terima kasih sudah menyelamatkanku, putri Aresha. Hah, tapi kenapa? Bukankah kerajaan kita saling bermusuhan?” tanya pangeran Kim. “Aku tahu kerajaan kita bermusuhan, tetapi tidak ada kaitannya denganku. Aku menyelamatkanmu karena......aku menyukaimu. Aku ingin kamu melihatku, tidak melihat An. Kamu sudah melihat gadis itu menjadi milik pria lain. Bisakah kamu melupakannya? Da
Pangeran Yasashi bertemu dengan Aresha di depan pintu kamar raja Akira. “Raja Akira dimana? Apa he baik-baik saja?” “Ya tentu, sangat baik. Ada apa? Kamu tampak terburu-buru!” ”Para assassin dari kerajaan Kimimoon bergerak” “Hah, jadi hanya karena masalah itu kamu melapor pada raja Akira?” “Mereka lebih kuat dari yang kamu duga” “Oh baiklah, sepertinya sangat mendesak. Mari masuk!” Aresha dan Pangeran Yasashi masuk ke kamar. Mereka memberi hormat. “Maaf yang mulia, kami mengganggu waktumu. Tetapi sudah waktunya. Kita tidak memiliki banyak waktu” ucap Aresha. “Ya aku mengerti!” jawab Akira yang kemudian bicara padaku. “An, kamu pergilah bersama Aresha. Apapun yang terjadi jangan pernah kembali kemari.” “Tapi....” “Tidak ada kata tapi, pergilah. Jika kamu disini kami semua akan membunuhmu. Sebentar lagi kegelapan akan menguasai seluruh negeri ini dan kami para vampire akan kehilangan kendali. Saat itulah aku tidak mengenalimu. Kamu pergilah bersama Aresha. Meski gadis itu jug
Kembali... Masa pemulihan itu, diriku membuka mata perlahan-lahan dan terkejut telah berada di rumah sakit. Ibu dan sister menemaniku selama ini. Dalam masa pemulihan di rumah sakit ini, aku mendapatkan ponselku kembali dan menerima kabar dari seseorang penerbit. Kabar menggembirakan ceritaku yang di publish di sebuah aplikasi mendapatkan banyak respon setelah seorang pria terkenal, ternama, terhormat dan kaya raya menyukai cerita yang kubuat. Keberuntungan ini membawa sesuatu yang tidak terduga, aku mendapatkan penghasilan yang bagus dari hasil menulis sebuah novel. Aku juga mendapatkan kabar tidak terduga lainnya, yakni aplikasi tempatku menulis mengajakku untuk kontrak dan menerbitkan buku novel itu. Aku segera dikirimkan lembaran kertas kontrak naskah, saat masa pemulihan aku membaca seluruh isi kontrak dengan teliti dan menyetujui penerbitan buku. Hingga waktu berselang, buku novelku terbit dengan cepat dimana bertepatan aku keluar dari rumah sakit. Ini adalah penerbitan buku ya
Tidak lama kemudian aku telah siap untuk pergi, aku segera keluar dari kamar dan berpamitan dengan ibu dan sister. Aku mengambil roti dan langsung pergi. Matahari telah bersinar terang, dan hari ini ada acara spesial di kampus. Berjalan menuju keramaian, menunggu lampu merah menyala dan seketika itu aku dan pengguna jalan lainnya mulai menyeberangi jalan. Berjalan di kerumunan orang-orang, diriku sempat mendengar tentang seorang pria. “Kabar hangat hari ini, kamu tahu seorang pria muda baru saja diangkat sebagai direktur utama. Hebat sekali, pria ini juga masih jomblo. Kata majalah, he sangat dingin dan oh....ya ampun! Lihat ini, tubuhnya kekar. He benar-benar tampan. Sangat beruntung sekali jika menjadi pacarnya!” ucap seorang perempuan pada teman disampingnya. “Ya benar, aku juga merasa demikian. Tapi ada humor tentang pria itu, katanya pria itu telah menyukai seorang gadis diam-diam. Tapi siapa ya? Tidak ada ciri-ciri cewek yang he suka!” “Hah, jika soal cwek sudah pasti nih cowo
Kami pun segera membeli minuman dan makanan di jalanan. Kami membeli cemilan dan buah-buah segar. Lalu membawa belanjaan menuju taman. Kami duduk di bangku taman bertepatan dibawah pohon yang rindang. Meletakan belanjaan tepat di tengah kami berdua. “Banyak sekali! Apa kita tidak salah membeli sebanyak ini?” tanyaku. “Ya, tidak kok! Semua ini akan kita habiskan berdua. Bagaimanapun harus habis!” ucapnya. Angin berhembus sejuk menerpa dedaunan dan membuatnya jatuh ke tanah. Matahari tampak bersinar terang, dan sedikit awan dengan penuh kejutan. “An, apakah kamu tidak sibuk? Mengapa mau berteman denganku yang baru kamu kenal?” ucap Aresha sembari meminum minuman dingin. Aku tersenyum dan melihat langit cerah, cahaya matahari tidak menembus ke pohon ini sehingga kami dapat berteduh dan tidak banyak orang ada di taman ini. “Apakah aku harus memilih-milih orang sebagai temanku? Memang siapa dirimu? Kamu adalah manusia sama sepertiku!.” “Ya benar juga, tapi bagaimana jika aku memiliki
“Oh begitu! Tolong jangan libatkan aku jika brother kamu memarahimu ya? Aku tidak mau bertanggung jawab, kecuali menjagamu!” “Haha...iya, pasti karena ini kemauanku sendiri! An, tinggal dimana sekarang?” “Aku tinggal bersama ibu dan sister” jawabku yang perlahan-lahan kami selalu bicara hingga menjelang sore kami berada di taman ini. Angin sore berhembus, aku sangat menyukai angin segar ini dan dilangit matahari telah condong ke barat. Awan mulai berwarna cerah yang penuh warna indah. Aku melihat jam di ponselku, sekarang telah jam 18.00. Kami masih disini, aku mengantuk dan bosan. Sementara Aresha sibuk membaca buku novelnya. Kami telah menghabiskan makanan dan minuman yang kami beli bersama. Aku melihat ke berbagai arah taman, hingga diriku melihat ada sekumpulan pria mengenakan pakaian rapi berjas berjalan mendekati kami. “Aresha, ada orang!” ucapku yang membuat gadis itu berhenti membaca dan menoleh ke depan. Aresha pun segera menyimpan buku novelnya ke dalam tas. “Hah, merek
“Perkenalkan ini tante Aira. Tante Aira, ini adalah An. She adalah anak kedua saya. An, kamu masih ingat nggak sama tante Aira?” ucap ibu membuka perbincangan. “Ya ma, aku masih ingat kok sama tante Aira. Teman masa kecil ibu. Kapan tante Aira tiba disini?” jawabku. “Baru saja, saya mencari ibumu ini lama sekali dan baru dapat bertemu hari ini. Kamu sudah besar ya? Tante dengar kamu sempat mengalami kejadian yang buruk, kamu baik-baik saja kan? Tante khawatir sekali dan juga tante tidak menyangka ternyata kamu lah yang menulis novel bagus itu. Kamu tahu, anak pertama dan kedua tante menyukai karyamu itu” ucap tante yang membuatku terkejut. Tante Aira telah melakukan banyak hal untuk kembali bertemu dengan ibuku. She mendapatkan informasi mengenai keluargaku yang ada di berita koran dan she menemukan hal yang sama yakni pada profil penulis di buku novel marriage of the vampire king. “Tante, aku baik-baik saja. Kata ibuku dan sister, mereka ditolong oleh seorang perempuan. Kami bersy
Malam ini aku menemani tante Aira di resto ini. Sambil menunggu pesanan kami datang, kami berbincang. “Tante, kenapa tante tadi sedih sih? Bukannya tante orang kaya ya, kenapa sedih?” ucapku. Tante Aira tersenyum, “Tetapi semuanya tidak tampak seperti yang kamu ketahui. Nasib saya buruk sekali!” “Hah, tante. Tetapi ini tidak seburuk zaman kerajaan kan? Sekarang semua perempuan setara dengan laki-laki. Jadi kenapa tante sedih? Tante cerita sama aku dong, sedikit aja!” ucapku sembari merangkul tante yang ada di dekatku seperti seorang teman. Tante tersenyum sedih, “Tante hanya ingin anak tante menemani tante, anak tante selalu sibuk bekerja. He bahkan selalu menolak kencan buta yang sudah tante rencanakan. Hah, aku ini mama yang tidak berguna!” “Tante, apa yang tante katakan sih! Tante punya ada berapa?” “Tante punya anak dua, anak pertama tante namanya Akira dan anak kedua bernama Aresha. Kami baru pindah kemari” “Lalu kenapa tante sedih? Apakah anak tante dua-duanya sibuk beker