Kembali... Masa pemulihan itu, diriku membuka mata perlahan-lahan dan terkejut telah berada di rumah sakit. Ibu dan sister menemaniku selama ini. Dalam masa pemulihan di rumah sakit ini, aku mendapatkan ponselku kembali dan menerima kabar dari seseorang penerbit. Kabar menggembirakan ceritaku yang di publish di sebuah aplikasi mendapatkan banyak respon setelah seorang pria terkenal, ternama, terhormat dan kaya raya menyukai cerita yang kubuat. Keberuntungan ini membawa sesuatu yang tidak terduga, aku mendapatkan penghasilan yang bagus dari hasil menulis sebuah novel. Aku juga mendapatkan kabar tidak terduga lainnya, yakni aplikasi tempatku menulis mengajakku untuk kontrak dan menerbitkan buku novel itu. Aku segera dikirimkan lembaran kertas kontrak naskah, saat masa pemulihan aku membaca seluruh isi kontrak dengan teliti dan menyetujui penerbitan buku. Hingga waktu berselang, buku novelku terbit dengan cepat dimana bertepatan aku keluar dari rumah sakit. Ini adalah penerbitan buku ya
Tidak lama kemudian aku telah siap untuk pergi, aku segera keluar dari kamar dan berpamitan dengan ibu dan sister. Aku mengambil roti dan langsung pergi. Matahari telah bersinar terang, dan hari ini ada acara spesial di kampus. Berjalan menuju keramaian, menunggu lampu merah menyala dan seketika itu aku dan pengguna jalan lainnya mulai menyeberangi jalan. Berjalan di kerumunan orang-orang, diriku sempat mendengar tentang seorang pria. “Kabar hangat hari ini, kamu tahu seorang pria muda baru saja diangkat sebagai direktur utama. Hebat sekali, pria ini juga masih jomblo. Kata majalah, he sangat dingin dan oh....ya ampun! Lihat ini, tubuhnya kekar. He benar-benar tampan. Sangat beruntung sekali jika menjadi pacarnya!” ucap seorang perempuan pada teman disampingnya. “Ya benar, aku juga merasa demikian. Tapi ada humor tentang pria itu, katanya pria itu telah menyukai seorang gadis diam-diam. Tapi siapa ya? Tidak ada ciri-ciri cewek yang he suka!” “Hah, jika soal cwek sudah pasti nih cowo
Kami pun segera membeli minuman dan makanan di jalanan. Kami membeli cemilan dan buah-buah segar. Lalu membawa belanjaan menuju taman. Kami duduk di bangku taman bertepatan dibawah pohon yang rindang. Meletakan belanjaan tepat di tengah kami berdua. “Banyak sekali! Apa kita tidak salah membeli sebanyak ini?” tanyaku. “Ya, tidak kok! Semua ini akan kita habiskan berdua. Bagaimanapun harus habis!” ucapnya. Angin berhembus sejuk menerpa dedaunan dan membuatnya jatuh ke tanah. Matahari tampak bersinar terang, dan sedikit awan dengan penuh kejutan. “An, apakah kamu tidak sibuk? Mengapa mau berteman denganku yang baru kamu kenal?” ucap Aresha sembari meminum minuman dingin. Aku tersenyum dan melihat langit cerah, cahaya matahari tidak menembus ke pohon ini sehingga kami dapat berteduh dan tidak banyak orang ada di taman ini. “Apakah aku harus memilih-milih orang sebagai temanku? Memang siapa dirimu? Kamu adalah manusia sama sepertiku!.” “Ya benar juga, tapi bagaimana jika aku memiliki
“Oh begitu! Tolong jangan libatkan aku jika brother kamu memarahimu ya? Aku tidak mau bertanggung jawab, kecuali menjagamu!” “Haha...iya, pasti karena ini kemauanku sendiri! An, tinggal dimana sekarang?” “Aku tinggal bersama ibu dan sister” jawabku yang perlahan-lahan kami selalu bicara hingga menjelang sore kami berada di taman ini. Angin sore berhembus, aku sangat menyukai angin segar ini dan dilangit matahari telah condong ke barat. Awan mulai berwarna cerah yang penuh warna indah. Aku melihat jam di ponselku, sekarang telah jam 18.00. Kami masih disini, aku mengantuk dan bosan. Sementara Aresha sibuk membaca buku novelnya. Kami telah menghabiskan makanan dan minuman yang kami beli bersama. Aku melihat ke berbagai arah taman, hingga diriku melihat ada sekumpulan pria mengenakan pakaian rapi berjas berjalan mendekati kami. “Aresha, ada orang!” ucapku yang membuat gadis itu berhenti membaca dan menoleh ke depan. Aresha pun segera menyimpan buku novelnya ke dalam tas. “Hah, merek
“Perkenalkan ini tante Aira. Tante Aira, ini adalah An. She adalah anak kedua saya. An, kamu masih ingat nggak sama tante Aira?” ucap ibu membuka perbincangan. “Ya ma, aku masih ingat kok sama tante Aira. Teman masa kecil ibu. Kapan tante Aira tiba disini?” jawabku. “Baru saja, saya mencari ibumu ini lama sekali dan baru dapat bertemu hari ini. Kamu sudah besar ya? Tante dengar kamu sempat mengalami kejadian yang buruk, kamu baik-baik saja kan? Tante khawatir sekali dan juga tante tidak menyangka ternyata kamu lah yang menulis novel bagus itu. Kamu tahu, anak pertama dan kedua tante menyukai karyamu itu” ucap tante yang membuatku terkejut. Tante Aira telah melakukan banyak hal untuk kembali bertemu dengan ibuku. She mendapatkan informasi mengenai keluargaku yang ada di berita koran dan she menemukan hal yang sama yakni pada profil penulis di buku novel marriage of the vampire king. “Tante, aku baik-baik saja. Kata ibuku dan sister, mereka ditolong oleh seorang perempuan. Kami bersy
Malam ini aku menemani tante Aira di resto ini. Sambil menunggu pesanan kami datang, kami berbincang. “Tante, kenapa tante tadi sedih sih? Bukannya tante orang kaya ya, kenapa sedih?” ucapku. Tante Aira tersenyum, “Tetapi semuanya tidak tampak seperti yang kamu ketahui. Nasib saya buruk sekali!” “Hah, tante. Tetapi ini tidak seburuk zaman kerajaan kan? Sekarang semua perempuan setara dengan laki-laki. Jadi kenapa tante sedih? Tante cerita sama aku dong, sedikit aja!” ucapku sembari merangkul tante yang ada di dekatku seperti seorang teman. Tante tersenyum sedih, “Tante hanya ingin anak tante menemani tante, anak tante selalu sibuk bekerja. He bahkan selalu menolak kencan buta yang sudah tante rencanakan. Hah, aku ini mama yang tidak berguna!” “Tante, apa yang tante katakan sih! Tante punya ada berapa?” “Tante punya anak dua, anak pertama tante namanya Akira dan anak kedua bernama Aresha. Kami baru pindah kemari” “Lalu kenapa tante sedih? Apakah anak tante dua-duanya sibuk beker
Perlahan-lahan bintang dan bulan pergi meninggalkan malam. Waktu telah menjelang pagi buta. Diriku tidak kunjung pergi tidur, pikiranku terus memikirkan tindakan laki-laki itu dan membuat terus emosi. Hingga matahari terbit dan memancarkan cahayanya memasuki kamar ini. Aku merasa enggan untuk bangun, tetapi aku harus bangun dari tempat tidur ini. Aku segera mendekati cermin dan melihat wajahku yang sebam. Aku tidak terima dan menangis sepanjang malam.“Huh, gara-gara malam itu mataku jadi kek gini?!” keluhku yang kemudian pergi ke kamar mandi.Tidak lama kemudian, aku telah siap memulai aktivitas pagi ini. Aku segera menemui ibu dan sister yang berada di ruang makan. Ibu dan sister tampak senang hari ini. Aku segera duduk di kursi berdekatan dengan sister.“Pagi, ada yang senang hari ini. Ada apa?” ucapku yang kemudian meminum segelas susu yang telah ada di depanku.“Ya tentu saja, dan ada sesuatu juga yang ingin kami bicarakan denganmu” jawab sister.“Apa itu?”“Saya akan menikah dal
Sopir pribadi tuan muda Akira mendengar apa yang telah dibicarakan hingga he berucap, “Tuan muda....!.”Tuan muda Akira mengangkat satu tangannya dan berucap “Tidak apa, she adalah gadis yang menarik. Memang yang telah kulakukan tidak bisa dimaafkan begitu saja. Ibuku memilih seorang gadis cantik, dan menarik. Aku rasa ibuku memilih gadis yang tepat kali ini. Tolong cari tahu siapa gadis itu, dapatkan sebelum kencan buta di mulai. Aku tidak mau kalah dalam perbincangan.”“Baik, tuan muda!”“Kita pergi ke kantor sekarang” pinta tuan muda Akira.“Baik, tuan muda!” jawab sopir yang mulai mengemudikan mobil.Mobil ini melaju menuju kantor perusahaan, tempat dirinya bekerja.Berjalan dengan kekesalan, ya itulah aku. Aku sangat ingin memukul pria itu, mengesalkan sekali. Aku perlu minuman dingin sekarang karena emosiku membuatku panas dan gerah. Aku pun berhenti di pedagang kaki lima yang menjual berbagai minuman. Pedagang adalah seorang perempuan yang disebut sebagai bibi.“Bibi, kamu puny