Share

[3] WE HAVE A DEAL

"Sosial media gak akan ada habisnya. Jangan sampai lo yang diatur oleh sosial media."

-It's Ours 

🎀

Jasmine sedang menikmati minuman teh kotaknya sambil duduk di lantai di ruangan osis bersama dengan Shyla. Mereka sedang menunggu Akbar menyelesaikan tugasnya sebagai wakil ketua osis. Jika Shyla yang menunggu Akbar mungkin masih terlihat normal. Tapi jika Jasmine? Dia pasti akan di cap sebagai pelakor. Yah, Jasmine tidak mau dirinya di cap seperti itu.                     

"Gue keluar dulu, ya. Kali aja gue ketemu Bima di jalan." Ucap Jasmine, mulai berdiri dari lantai, meninggalkan tasnya bersama Shyla. Jasmine mengedipkan satu matanya kepada Shyla sambil tertawa.

"Lupain aja lah, Jas. Gak penting juga, gue denger dia lagi ngegebet kakak kelas. " Ucap Shyla, memberikan informasi terbaru kepada Jasmine yang tentunya belum ia tahu. Dang, dia kurang update lagi.

Jasmine menggeleng kepalanya, berjalan keluar dari ruangan. Dia berjalan mengikuti langkah kakinya, tidak peduli kemana dia akan menepi, yang penting dia keluar dari ruang osis. Jasmine masih menyedot minuman teh kotaknya dengan satu tangan. Di sisi lain, tangan satunya memegang ponsel.

Tak selang beberapa lama Jasmine berjalan di koridor sekolah, ponselnya berdering, menandakan ada notifikasi yang masuk. Tentu saja seorang Jasmine harus melihatnya. Saat Jasmine melihat itu adalah sebuah notifikasi dari instagram, dia melihatnya lebih dalam. Sebuah tag di instagram. Tapi seingatnya dia belum mengambil gambar dengan siapapun untuk seseorang menandainya dalam sebuah foto.

Karena rasa ingin tahunya lebih besar, Jasmine menghentikan langkah kakinya dan mencari tempat untuk duduk. Sepertinya dia harus duduk untuk hal ini.

Jasmine menghiraukan hal lain selain mengecek akun seseorang yang menandainya itu. Jarinya dengan lihai menyentuh layar ponsel. Lalu layar tersebut memperlihatkan sebuah foto yang sangat familiar, justru masih diingat dengan Jasmine.

Foto itu!

Lalu matanya Jasmine membaca caption yang melengkapi foto tersebut. Matanya membulat terkejut.

Life is just perfect💕

"Gray Nicklaus." Jasmine membaca nama akun tersebut. Dia masih ingat kalau cowok itu bernama Gray, seperti yang ia dengar. "268k followers?!" Jasmine terkejut bukan main melihat angka yang tertera di pengikut akun Gray. Dia bahkan tidak menyangkan kalau cowok itu akan sepopuler itu.

"Impressive, huh?" Lagi-lagi Jasmine dibuat terkejut, tapi kali ini ponselnya lah yang menjadi taruhannya. Karena ponselnya hampir terselip dari tangannya.

Jasmine mendongakkan kepalanya dan melihat Gray sedang berdiri didepannya. Dia bahkan tidak tahu kalau ada seseorang yang sudah berdiri didepannya. Gray sangatlah diam, itu yang membuat Jasmine tidak mendengar kedatangan Gray.

"Lo belum pulang? Apa jangan-jangan lo lagi nyari gue buat mohon-mohon dapetin fotonya, iyakan?" Gray menebak/menuduh. Sepertinya senyuman miring itu tidak akan pernah hilang dari bibirnya, bukan? Itu membuat Jasmine kesal.

"Mimpi lo." Balas Jasmine dengan judes. Seenaknya saja Gray berkata seperti itu. Ya, Jasmine memang ingin memiliki foto itu, tapi tidak sampai memohon-mohon juga. Gila apa isi otaknya Gray?

"Oke." Dengan santai dia menuturkan, tapi senyum miring itu masih belum hilang. "Tapi lo mau ini kan?" Gray mengeluarkan foto mereka berdua dari saku celana belakangnya. Gray berkata masih dengan percaya diri yang tinggi.

Melihat itu, Jasmine jadi tidak mau kalah. Dia tidak akan mengakui itu begitu saja. Tidak akan.

"Enggak. Tapi gue mau buat kesepatakan sama lo." Jasmine berkata. Kali ini dia yang menatap Gray dengan menantang. Kalau Gray setuju dengan kesepakatan ini, cerita ini akan tambah menarik saja. Lagi pula, kesepakatan ini akan menguntungkan bagi kedua belah pihak, tidak ada yang dirugikan.

"Kesepakatan apa?"

"Gue bakal kasih tau setelah lo jawab iya atau enggak. Percaya sama gue, gak akan ada yang dirugikan sama sekali dari kesepakatan ini." Jasmine memperjelas. Berusaha untuk membuat Gray terhasut.

Gray memincingkan matanya, menatap Jasmine dengan tatapan menyelidik. "Lo...... mau ngajakin gue mojok, ya?"

"Enak aja!" Bantah Jasmine tanpa berpikir dua kali. Apa pikiran anak cowok semuanya seperti itu? Jasmine bahkan tidak berucap kata yang menyimpang.

"Terus apa?"

"Lo setuju apa enggak?" Jasmine masih tetap bertahan pada pendiriannya yang tidak mau memberitahu Gray apa kesempatan yang ia tawarkan sebelum Gray setuju.

Gray nampak berpikir sejenak. Dia agak ragu dengan tawaran Jasmine. Bagaimana jika nanti dia malah akan menyesalinya? Apa itu akan membuat reputasinya jelek?

"Gray." Jasmine memanggil Gray yang diam melamun. Setelah berpikir, jika ia menolak atau menerima tawaran Jasmine, dia tetap akan menyesalinya nanti.

"Iya, gue terima."

Jasmine dengan sangat amat susah menutupi kesenangannya saat ini. Jika ia berteriak, pasti Gray akan berpikir bahwa dirinya memang menginginkan ini. Jika ia tersenyum secara terbuka, Gray akan berpikir kalau dirinya sudah merencanakan ini semua.

"Lo boleh simpan foto itu, karena kita akan terus mengambil foto seperti itu. Jadi, gue gak butuh yang itu." Gray mengerutkan dahinya, masih belum mengerti kemana arah pembicaraan Jasmine.

Perlahan, setelah ia menelaah ucapan Jasmine, sepertinya dia mulai mengerti. "Lo mau gue jadi pacar sosial media lo?"

"Gak harus jadi pacar gue, tapi kita hanya akan banyak foto bareng seolah kita deket. Lo pasti mau dong followers lo nambah?" Gray tanpa sadar mengangguk. Tentu saja dia mau, dia tidak akan hanya stuck di angka segitu.

"Kalo gitu percaya sama gue, kalo kita posting foto berdua secara berkala, orang akan tertarik dengan post-an kita dan followers kita akan bertambah. Secara di instagram itu yang paling banyak dicari couple-couple gitu, lo tau kan? Anak milenial sekarang pada bucin semua.”

Gray mengelus dagunya menggunakan ibu jari dan telunjuk. "Bener juga." Dia setuju dengan pendapat Jasmine. Jika dipikir lagi, beberapa foto dia bersama cewek paling mendapat like terbanyak. Kesepakatan ini ternyata tidak buruk juga. Dia malah menyukainya, harus.

Merasa kakinya pegal, Gray memutuskan untuk mengambil duduk disebelah Jasmine, di bangku panjang kayu. Mereka terdiam, menatap ke depan. Lapangan yang kini sudah sepi dan hanya ada beberapa murid yang tinggal dan juga ada yang berjalan menuju gerbang sekolah.

"Lo kenapa lakuin ini?" Suara Gray, membuat Jasmine menoleh kearahnya. Gray masih melihat ke depan menikmati udara yang tidak terlalu sehat lagi di siang hari. Kedua tangannya berada di kedua sisi paha, menjadi penopang bahunya agar tetap berdiri tegap.

"Apa?"

"Kenapa minta gue jadi pacar sosial media lo?" Kali ini Gray memutar untuk benar-benar melihat dan fokus kepada Jasmine. Gray mengerti kenapa sosial media itu penting bagi kalangan anak muda zaman sekarang, tapi yang ia tidak mengerti adalah mengapa dia menyanggupi untuk melakukan apapun demi sebatas pengikut, yang hanya sebatas angka tidak akan mengubah hidupnya secara drastis. Tapi terkadang ada yang berpikiran sebaliknya. Tidak akan ada yang mengerti jalan pikiran anak muda sekarang.

"Why not. It's fun and l got the pleasure for doing it, doing it for myself." Jasmine mengangkat sebelah tangannya. "Sosial media punya waktunya sendiri. Dibalik layar, gue cuma mau seneng-seneng aja. Sebagai remaja, gue hanya mau menikmati masa remaja semampu gue. Angka hanya bonus, tapi terkadang gue terlalu larut dan akhirnya selalu mikir kalau angka itu penting. Tapi setelah lo sadar, kepopuler bukan apa-apa."

"Gue setuju." Gray terkekeh, menundukkan kepala membayangkan hal itu juga sempat terjadi pada dirinya. Tapi sekarang dia sudah stabil. Dia sudah bisa menggerakkan roda hidupnya.

"Iya, kan? Gue tau gue gak pernah salah." Jasmine bergurau, tertawa. Dia pikir pembicaraan seriusnya sudah selesai dan itu menurutnya terlalu serius. Jasmine menyenggol bahu Gray dengan miliknya, masih tersenyum puas karena bercanda.

Gray hanya menggelengkan kepala. Ternyata Jasmine tidak seperti perkiraannya setelah berbincang singkat. Walahpun singkat, tapi itu sedikit berarti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status