Share

[6] POSSESSIVE

"Gak ada alasan buat lo jadi berubah gini. Gue gak meminta dan gue juga gak akan bertanggung jawab."

- Jasmine Annisya, It's Ours

🎀

Anthony keluar dari kamarnya, sudah mengenakan pakaian seragam lengkap dan membawa tas, kunci mobil di tangan. Setelah dia menutup pintu kamarnya, dia melihat ke depan. Tepatnya ke pintu kamar saudara kembarnya, yaitu Gray. Pintu tersebut tertutup rapat, seperti biasanya. Tapi, dipikiran Anthony adalah apakah Gray sudah bersiap? Kenapa dia tidak mendengar suaranya di seluruh rumah? Tidak seperti biasanya.

Anthony berjalan ke meja makan. Dia berharap untuk melihat Gray di sana, sudah duduk manis seperti yang ia lakukan setiap hari. Tapi dia tidak melihat batang hidung Gray di sana ataupun dimanapun.

Dia mengambil duduk di tempat biasanya. Menaruh tasnya di bawah meja, di samping kaki bangku. Di meja tersebut sudah ada Bobby dan Nicky. Mereka baru saja mulai makan.

Anthony dalam diam membalik piringnya dan menyendok nasi sesuai porsinya. Bibirnya sangat ingin bertanya tentang saudara kembarnya itu. Dia tidak bisa berhenti memikirkannya sebelum dia mengetahui berita tentang dia.

"Ma, Gray kemana?" Sebelum Anthony mulai makan, dia akhirnya membuka mulut untuk bertanya.

"Gray? Dia sudah jalan sekolah. Dia bahkan tidak sempat sarapan. Katanya ada tugas yang harus dikerjakan." Nicky menjelaskan. Sebenarnya dia juga merasa aneh dengan sikap Gray hari ini. Tidak biasanya Gray melewatkan sarapan, Nicky juga lupa untuk menyiapkannya bekal. Siapa tahu saja dia ingin makan di sekolah.

"Aneh." Anthony terheran, sama seperti Nicky. Tapi setidaknya Anthony sudah mengetahui tentang Gray, walau bukan jawaban yang ia butuhkan.

Beralih ke sekolah SMA Jakarta 1 yang belum terlalu ramai. Satu atau dua orang mulai memasuki pintu gerbang sekolah. Tapi Gray, mungkin dia sudah sepuluh menit berada di area sekolah seorang diri, duduk di bangku panjang di depan perpustakaan. Kerjaannya hanya melamun, tidak peduli dengan orang yang mondar-mandir didepannya.

"Gray." Seseorang memanggil namanya. Membuat Gray menolehkan kepalanya ke sumber suara tersebut. "Lo ngapain masih di sini? Gak masuk kelas?" Ternyata, orang tersebut adalah Bima. Jangan pernah bertanya bagaimana mereka saling mengenal, itu adalah urusan cowok.

"Huh, iya, bentar lagi." Gray menjawab seperti orang linglung. Ini semua efek dari Anthony, karena pembicaraan mereka kemarin.

"Bareng aja, yuk. Lagian lo ngapain si di sini sendirian kayak anak baru aja." Bima bergurau, menepuk bahu Gray lembut.

Gray mengangguk, menyelipkan tasnya ke bahu. Lalu dia bangun dari bangku, mereka mulai berjalan menuju tangga. Menaikinya dan perjalanan mereka diselipi dengan pembicaraan ringan tentang basket dan class meeting kemarin.

"Ngapain juga kita masih masuk sekolah? Kan udah class meeting ." Ucap Gray.

"Paling cuma mau kasih informasi aja. Oh! Ada pengumuman lomba kemarin. Gue lupa tentang itu." Bima dengan semangat berkata. Memang kalau basket tidak diperlombakan, basket hanya sebagai tanding persahabatan saja. Tapi dia dan teman-teman lainnya mengikuti lomba yang lainnya juga.

"Emangnya lo ikut lomba apaan?" Gray bertanya dengan heran, menoleh ke arah Bima. Dia tidak melihat Bima bermain di lapangan.

Bima memberikan Gray tatapan tidak percaya. "Lo makanya jangan kebanyakan majang muka di depan kamera mulu."

Gray langsung mengumpati Bima.

"Gue salah?" Tanya Bima dengan wajah yang minta untuk di rusak, tersenyum mengejek. Gray hanya bisa diam. "Oh, gue denger kemarin rame tentang lo sama Jasmine. Gosip doang apa beneran?" Lanjut Bima.

Apa Gray boleh memberitahu orang lain? Bima temannya, tapi dia tidak yakin jika Jasmine akan menyetujui itu. Hal seperti ini hanya orang dalam saja yang seharusnya mengetahui, yaitu Jasmine dan Gray.

Sebagai jawaban, Gray hanya menyerukan bahunya. Dia bahkan belum berbicara dengan Jasmine lagi. Mungkin hari ini ia akan menemui Jasmine, jika dia beruntung.

"Ke kelas gue aja, yuk.” Bima mengajak.

"Boleh."

Jadi, mereka menuju ke lantai 3 dimana kelas Bima berada. Di lantai 3, lorong sudah dipenuhi dengan beberapa murid yang sudah datang. Mereka semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang membaca buku, bermain ponsel dan juga mengobrol di koridor.

Kelas 11 Ipa 3 berada di paling ujung, di samping toilet cowok. Ada enak dan tidaknya memiliki kelas di paling ujung seperti itu. Enaknya, untuk anak cowok jika ingin ke toilet tidak perlu jauh-jauh. Tidak enaknya, jauh dari tangga dan berada di lantai 3 pula. Tapi, bagi anak cewek itu semua penderitaan.

Bima diikuti Gray memasuki kelas 11 Ipa 3 yang pintunya sudah terbuka. Dan di dalam kelas hampir setengah dari murid berada di dalam kelas. Gray tidak merasa canggung sama sekali, dia sudah sering datang ke kelas ini untuk menyampari Bima dan yang lainnya. Tapi bukan berarti Gray tidak mempunyai teman di kelasnya sendiri. Bima adalah temannya dari SMP dan juga dia sering bergabung dengan gengnya. Pada dasarnya, Bima bermain dengan siapa saja. Dia orangnya sangat humble.

Di bagian belakang sudah ada Zidane dan satu orang lagi yang tidak begitu akrab dengan Gray. Jadi dia tidak begitu mengenalnya. Bima dan Gray mengambil duduk bersama mereka, setelah bersalaman ala mereka ‘laki-laki'.

"Post-an lo kebanjiran like sama komen. Gila." Zidane berkata sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya. Dia sedang bermain ponselnya dan kebetulan ada foto Jasmine dan Gray yang dipublikasikan oleh Gray dan Zidane tidak menyangka kalau foto itu menjadi berkah.

"Iya, gue sendiri juga gak nyangka." Gray membalas, terkekeh.

"Foto-an gue keren juga ya." Zidane membanggakan dirinya sendiri.

Bima yang tidak mengetahui apa-apa mengenai gosip wall of fame kemarin mengambil ponsel Zidane dari tangannya membuat sang empunya terkejut sambil melihati tangannya yang kosong.

Bima penasaran foto seperti apa sih yang sampai digosipkan satu sekolah.

Saat matanya menatapi layar ponsel full-screen, di sana terlihat jelas sebuah foto polaroid dengan dua orang berlawan jenis di foto tersebut. Jasmine. Itu benar Jasmine yang ia lihat di foto tersebut.

Bima tidak sanggup lagi melihat foto tersebut. Dia mengembalikan ponsel itu kepada sang pemilik. Pembicaraan kembali berlanjut tanpa ada yang merasa aneh. Tidak Gray, tidak juga Bima.

Baru lima menit berlalu saat Bima melihat foto tersebut. Orang yang berada di foto tersebut muncul di pintu kelas Bima. Baru Bima saja yang melihat kedatangan Jasmine. Dia menatap Jasmine dengan bingung.

Barulah temannya melihat perubahan ekspresi Bima. Yang lainnya ikut melihat kemana arah mata Bima tertuju.

"Hai, Bima." Sapa Jasmine dengan nada yang ceria, dia juga melambaikan tangannya kepada Bima.

Gray yang belum sempat menoleh sampai akhirnya orang tersebut muncul, karena Gray duduk memunggungi pintu. Saat dia akan berbalik, dia tidak mengangka akan melihat Jasmine datang ke kelas ini. Sebentar, Bima? Jasmine mengenal Bima?, Gray bertanya dalam hati.

"Gray. Lo ngapain di sini?" Jasmine terkejut saat Gray membalikkan punggungnya dan berbalik menatapnya. Jasmine juga tidak kalah terkejutnya dengan Gray.

Mereka berakhir saling bertatapan dengan waktu yang lumayan lama, beberapa menit kelas itu hanya menjadi dunia mereka. Tidak menyadari kalau disekeliling mereka juga ada orang lain. Terutama Bima. Dia memperhatikan interaksi mereka berdua dari bangkunya.

Tatapan mereka berdua sangat intens, seperti seorang pacar yang memergoki pacarnya menemui cowok lain. Itulah tatapan yang diberikan oleh Gray. Tapi di sisi lain, Jasmine hanya menatap Gray dengan biasa. Bima jadi semakin bingung dengan status mereka.

Kalau mereka berdua memang memiliki hubungan, seperti yang dia lihat di foto. Bima akan mundur, toh selama ini Jasmine dan dirinya hanya teman biasa. Bima akan jujur kalau dirinya akan kembali mendekati Jasmine, tapi melihat ini semua, dia tidak tahu. Jasmine selalu menolaknya dengan halus, tapi mereka jalan berdua seperti orang berpacaran. Saat melihat ini, mungkin Bima akan benar-benar berhenti mencoba mendekati Jasmine. Tidak ada ruginya pula kepada dirinya, selain sedikit sesak didadanya.

"Lo yang ngapain di sini?" Gray balik bertanya, nadanya terdengar seperti tidak suka.

"Kok lo sewot? Gue mau ketemu Bima, ada masalah?" Jasmine menantang. Dia merasa sikap Gray berubah menjadi posesif, tapi masih dalam level rendah.

"Gak ada." Gray sewot balik. Dia teringat, bahwa Jasmine dan dirinya bukanlah apa-apa. Bahkan juga bukan teman, tapi mereka baru saja mengumbar kemesraan di publik. Gray jadi semakin pusing. Masalahnya dengan Anthony saja belum selesai, sekarang di tambah dengan Jasmine. Masalah yang sebenarnya tidak diperlukan, tapi jadi ia pikirkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status