Share

Bukan Shaenette

"Bukan cinta jika selalu ada kata maaf di ujung penyesalan"

Sanee berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi di malam hari ini. Dia bertugas jaga malam hari ini. Sanee mempercepat langkah Kakinya kala hp di saku snelinya berdering dan heboh di lorong yang sepi ini. Nama Beruang Teddy, segera Sanee menggeser tombol hijau untuk menjawabnya.

"H--".

"Anjir, lo harus bantu Gue. Beneran bantuin Gue. Anjrit emang".

Belum juga Sanee mengatakan halo sudah dapat umpatan dari si Beruang teddy. Sanee mendengus sebal, kalau bisa dia suntik mati aja itu si Beruang teddy teman Shae.

"Lo misuh-misuh kenapa sih. Lo kalau emang udah sakit, Gue anterin beneran ke Rsj. Gue cariin dokter yang bagus sampai lo sembuh."

"Anjrit.  Sanee bangsat. Gue waras Anjir. Elo mesti bantuin Gue San. Detik ini juga!"

"Eh Beruang teddy. Mata Lo gak siwer kan?. Lo punya jam dinding gak sih?. Apa perlu Gue sumbang?".

"Kampret,  sialan lo Sanee. Gue samperin lo. Dimana lo?"

"Beruang teddy gila. Gue di rumah sakit, Gue kerja bego, berani nggak Lo ke sini sekarang?" Sanee mematikan telepon dari Beruang Teddy.

Sanee segera menonaktifkan hpnya, agar si Beruang teddy nggak akan menelpon dia kembali. Sanee berlari dan kembali ke ruangannya. Sanee berdiri di depan ruangan dokter spesialis. Dia mengetuk pintu ruangan itu sampai Terdengar suara dari dalam yang mengintrupsi dia masuk.

Sanee tersenyum dan masuk ke ruangan itu. Dia menyerahkan laporan yang dia kerjakan tadi. Dia masih harus berkonsultasi ke ahlinya.

"Mesti banget ya saya jam segini harus kesini?".  Sanee cemberut saat lelaki yang memakai sneli itu tersenyum padanya.

"Tentunya cantik. Kita mulai ya". Sanee mengangguk dan berdiskusi dengan 'dr. Anjasdinata sp. Og '

Sanee memutar bola mata malas, dia kembali memusatkan fokusnya pada laporan yang dia bawa tadi.

Anjas memandang wajah cantik Sanee saat dia menjelaskan laporan yang dia bawa tadi.

"Kamu mau gak jadi pacar saya cantik?".

Sanee berdiri dan mengumpulkan semua berkas pasien yang dia bawa tadi, bersiap untuk memukul wajah sok ganteng lelaki di depannya itu. Dia muak dengan beberapa pernyataan cinta semu, yang tidak akan pernah ada ujungnya.

💣💣💣

"Lo kebangetan Anjir. Gue teleponin lo dan Shae berkali-kali, tapi nggak ada yang jawab, kan bangsat".

"Lo lebih bangsat dari kita," umpat Sanee balik pada Laki-laki di depannya itu. Sanee bersidekap dada dan memandang tajam lelaki di depannya itu. "Lo tahu kan kalau kerjaan Gue ini dokter, dan Gue lagi kerja ya, ngerti gak lo arti kata kerja?".

Lelaki itu diam tak bersuara, lalu dia duduk dan mengusap wajahnya dengan gusar. Shae datang dan membawa secangkir kopi arabica dan meletakkannya di depan Bertrand.

"Gue punya kehidupan sendiri ya. Lo nggak wajar, telepon jam 12 malam, kira-kira dong Ber, Gue juga butuh istirahat". Shae menyentil lengan Bertrand.

"Masalahnya nih, Gue di jodohin. Gue di jodohin sama anaknya temen bokap Gue. Kan Anjir, Dikira Gue gak laku aja".

"Emang elo gak laku kan Beruang teddy". Ucap Sanee dan Shae bersamaan. Lalu mereka tertawa terbahak-bahak melihat wajah kecut Bertrand.

"Temen bangsat". Umpat Bertrand lagi.

"Mulut lo harus di sekolahin lagi, biar bener". Ucap Shae.

"Lo belum pernah makan bangku sekolah ya?. Mulut lo perlu di ruqyah". Ucap Sanee.

"Terserah lo berdua. Gue minta pencerahan dong, Otak Gue butek".  Bertrand mulai memasang wajah memelasnya, berharap mereka berdua mau membantunya.

"Lo terima aja. Tante Mer sama Om Chris udah pilihin lo yang terbaik.  Coba aja lo pendekatan dulu sama dia, tapi jangan lo incipin".  Peringat Shae.

"Lo kira Gue buaya buntung kek mantannya dia". Tunjuk Bertrand ke Sanee.

Sanee berdecak malas saat lagi-lagi Bertrand mengingatkannya pada mantan pacarnya yang paling bangsat sejagat raya ini. Bagaimana tidak bangsat, dengan tidak tahu malunya mengajak Sanee untuk pergi ke hotel disaat mereka baru saja berpacaran selama dua bulan.

Sanee tidak bodoh, pacarnya yang berprofesi sebagai vocalis band ternama itu langsung menduakan dirinya dengan manajernya sendiri.

Sanee saat itu mendapat telepon dari Bertrand,  bahwa dia melihat si Julian ada di klub malam bersama manajernya yang selalu berpakaian kurang bahan.

Dan lebih bangsatnya lagi, mereka berdua sedang making out di dalam ruangan khusus.

Hati Sanee hancur lebur melihatnya,  dia sudah berharap jauh jika kehidupan Percintaannya akan berjalan mulus seperti Shae dengan Billal. Nyatanya harus kandas. Layu sebelum berkembang haaaahhh.

Buanglah mantan pada tempatnya. Gumam Sanee.

💣💣💣

Sanee sedang duduk manis dan sibuk dengan hapenya. Dimana seorang gadis cantik yang masih berusia 25 tahun ini betah jomblo.

Seorang lelaki muda seusianya duduk di depannya tiba-tiba dan menopang dagunya.

Sanee yang merasa ada sesuatu maklhuk sedang menatapnya, kini dia mendongak dan melihat seonggok manusia berpakaian coklat di depannya. Memperhatikan dirinya.

"Siapa?".

"Kamu apa kabar Shae?". Sanee melotot saat lelaki didepannya menyebut nama Shae. "Kamu lupa sama saya?". Sanee hanya diam. "Saya Tama, ingat?".

Sanee berdiri dan memandang maklhuk berpakaian coklat itu tajam. Dia menghembuskan nafas berat dan mengeram tertahan.

Ada aja kenalannya si Shae, maklhuk apalagi ini. Batin Sanee

"Sorry. Saya bukan Shae, saya saudaranya".

Sanee melenggang pergi tanpa rasa bersalah sama sekali, dia sudah terlalu lelah untuk meladeni beberapa teman Shae yang selalu menjawab pertanyaan seperti itu berulang kali.

💣💣💣

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status