Share

Panitia Pemilihan CR (1)

    Hari masih menunjukkan pukul 7 pagi, Raina baru saja turun ke dapur untuk membantu ibu memasak sarapan. Terhitung mulai hari ini dia memutuskan untuk tidak lagi bekerja di klinik manapun. Yasmin sudah memarahi dirinya berulang kali, belum lagi kejadian di hari perdana mereka bertemu senior itu membuat Raina sadar kalau sebagai residen paling junior, dia harus siap sedia setiap saat.

    Tiba-tiba ponselnya berdenting, ada pesan yang masuk. Raina mengambil ponselnya, semenjak kejadian beberapa hari yang lalu itu, Raina tidak pernah jauh-jauh dari ponselnya. Dia juga mengaktifkan volume paling tinggi supaya bunyi ponselnya selalu terdengar. Pesan itu dari Tama, si ketua angkatan yang sangat menyebalkan itu. Sebelum membuka pesan itu, Raina berdecak karena selalu kesal setiap melihat nama Tama. 

     "Jarkom: Hari ini ketemuan sama ketua panitia pemilihan CR, dikamar jaga jam 3.30. Kita kumpul di kafe dekat kamar jaga jam 3 tepat, karena sebelumnya mau ada pembagian pekerjaan untuk kelompok kita. TIDAK BOLEH TELAT" tulis Tama. Lengkap dengan huruf kapita di tiga kata terakhir, menandakan peringatan darinya. 

     Membaca kembali kalimat terakhir yang dengan sengaja ditulis lelaki dingin itu dengan huruf kapital, membuat Raina mencibir kesal sambil mendengus. 

     "Bzzz, harus banget ngingetin jangan telat pake tulisan huruf gede semua, kesel. Ini laki emang selalu sukses buat mood pagi hari jadi hancur berantakan" gumam Raina, bicara pada dirinya sendiri. Pesan apapun dari Tama selalu membuat hatinya kesal. Lelaki itu memang selalu sukses merusak harinya. Ada saja hal yang dilakukan Tama untuk merusak mood pagi harinya.

    "Kenapa Na?" Tanya Ibu, tidak sengaja mendengar ucapan Raina.

    "Enggak apa Bu, ada temen aku di residensi, nyebelinnya ampun deh, ada aja kelakuannya bikin kesel" keluh Raina. Ibu hanya tersenyum saja, seperti biasa, Raina selalu penuh dengan keluhan.

    "Belum kenal aja kali, siapa tahu kalau nanti kenal dekat, malah jadi suka" ucap Ibu, sengaja menggoda anak gadisnya yang ajaib ini.

     Raina tidak menjawab, dia hanya mencibir sambil melanjutkan pesan Tama untuk dia kirim ke Mela, lanjutan jarkom Raina. Baru saja Raina mengirimkan pesan, ponselnya berdenting lagi. Pesan lain dari Tama. 

     "Urutan jarkom :

Jarkom 1: Tama - Raina - Mela - Septian - Tama

Jarkom 2: Tama- Yasmin - Radit - Adrian - Tama

Langsung jarkom, satu jam lagi jarkom harus balik ke gue," tulis Tama lagi. 

    "Ya ampun, rewelnya ini lakik" batin Raina lagi.

    "SIAP BOS! LAPOR JARKOM SUDAH SAYA KIRIMKAN KE MELA, LAPORAN SELESAI" Tulis Raina, membalas pesan Tama, dia sengaja menuliskan pesan dengan huruf kapital semua supaya Tama tahu dia kesal membaca pesan Tama sebelumnya.

     Setelah selesai menekan tombol "send", Raina tertawa sendiri setelah selesai mengirimkan pesan itu. Dia langsung membayangkan wajah kesal Tama saat membaca pesannya itu. Tama dan dirinya memang sulit sekali untuk akur, entah mengapa. 

    Ponsel Raina kembali berdentang, ada satu pesan masuk lagi. Kali ini dari Radit. 

    "Udah dapat jarkom?" Tulis Radit.

    "Ya, jarkom dari bos Tama, haha" balas Raina. Lalu Radit memberikan emoticon tertawa. Raina tersenyum membaca pesan Radit.

   "Mau berangkat bareng?" Balas Radit lagi. 

   "Boleh banget" balas Raina cepat. Hatinya langsung berbunga-bunga karena mendapatkan tawaran tidak terduga dari Radit. Raina tersenyum lebar sambil memandangi layar ponselnya. 

   "Na, kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya Ibu dengan wajah bingung, rasanya baru saja anak gadisnya itu marah-marah, tapi sekarang malah terlihat sangat senang, sungguh aneh, bisa berubah begitu cepat, batin Ibu dalam hati.

   "Oh, enggak Bu, ada temen Nana mau jeput Nana nanti siang." Jawab Raina, tapi pandangan matanya tidak lepas dari layar ponselnya. Senyumannya pun masih mengembang dengan sempurna di bibirnya.

   "Aku datang sekitar jam 2 ya" tulis Radit lagi. 

   "Oke" tulis Raina. Dia langsung membantu ibunya membuat sarapan, setelahnya langsung bersiap-siap untuk berangkat.

    Raina tidak menyangka sama sekali kalau Radit mau berangkat bersama dengannya. Mood paginya langsung berubah menjadi baik. Dia bahkan sudah melupakan kekesalannya pada Tama.

   "Bu, aku siap - siap dulu ya. Ada pertemuan sama senior siang ini" ucap Raina. Dia langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya di lantai atas.

   "Eits! Tunggu dulu, kamu kan udah janji sama ibu" tahan Ibu, menarik lengan Raina, memaksa gadis pemarah itu untuk kembali. 

   "Janji apa sih Bu?" Tanya Raina. 

   Ibu menghela napas berat. Selain pemarah, suka bersikap seenaknya, dia lupa kalau anaknya ini juga pelupa, batin Ibu dalam hati. 

   "Bantu ibu lah Ma, kan kemarin kamu janji mau bantuin ibu masak sama siapin masakan buat katering" jelas Ibu. 

   "Astaga, Nana lupa Bu!" Seru Raina sambil menepuk keningnya. 

   "Tsk, belum juga umur 30, sudah pelupa parah begitu" balas Ibu. 

   "Tapi Nana ada janji ketemu senior nih Bu" Raina berusaha mengingkari janjinya dengan alasan bertemu senior. 

   "Jam?" Tanya Ibu. 

   "Jam 3 sih, tapi kan Nama harus siap-siap dulu Bu" balas Raina. Jelas dia harus bersiap-siap, hari ini ada Radit yang akan menjemput dirinya, mana mungkin Raina tidak berdandan terlebih dahulu, batinnya. 

   "Ini masih jam 7, tepati janji kamu. Sana, ayo, bantu Ibu masak sarapan, terus lanjut kupas bawang setelahnya" perintah Ibu, tidak terima dengan alasan Raina. 

   "Bu.." Raina ingin menolak lagi. 

   "Ayo, makin cepat kamu buat sarapan dan kupas bawang, makin cepat bisa pergi bertemu senior, kamu enggak mau teman kamu nunggu lama kan?" balas Ibu. 

  Raina tidak bisa memberikan alasan lagi untuk menolak. Dia segera memulai untuk memasak di dapur. Raina melirik ke sisi kanannya, menatap meja dapur yang berisi tumpukan bawang, mulai dari bawang merah, bawang putih dan bawang bombai. Semua bawang itu menunggu untuk dia kupas. Raina tidak habis pikir, bagaimana mungkin dia membuat janji seperti ini pada ibu, bodoh sekali, batin Raina, bersungut-sungut dalam hati.

   Ibu tersenyum melihat anak gadisnya itu memasak dengan wajah cemberut. Anak pertamanya itu memang terkadang harus diberi perintah seperti ini supaya jadi penurut, batin Ibu dalam hati. 

___________

Halo.. chapter baru, 

Buat teman-teman yang baca cerita ini, saya tunggu komentarnya, terimakasih sebelumnya 

Happy reading

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Riny Cartica
wkwkwk kesel sama tama nanti jafi cinta???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status