Share

Pemilihan CR (1)

"Udah pastiin kan makanan bakal sampe jam 2 teng?" Tanya Tama. Pria itu memegang sebuah kertas checklist khasnya di tangan kiri dan pensil di tangan kanan. Sedari tadi Tama sibuk mengecek satu per satu persiapan yang sudah tertulis rapi di kertasnya itu. Raina tidak menjawab, dia hanya mengangguk. 

"Udah kasih tahu alamat jelasnya? Kemarin kan kita salah jalan tuh, lu udah pastikan mereka enggak salah pilih jalan kan? Kalau salah jalan, bakal ribet dan lama, ini paling penting, enggak boleh sampe terlambat datang" Lanjut Tama lagi. Raina kembali mengangguk, mengiyakan. Tentu saja dia sudah memastikan para karyawan katering ibu tahu jalan menuju rumah senior mereka itu. Itu hal pertama yang Raina pastikan, setelah memastikan menu yang mereka pesan. 

"Udah pastikan juga kan tempat untuk makanan prasmanannya? Meja prasmanan lumayan gede, belum lagi side dish-nya juga lumayan banyak kan? Semuanya udah cocok tempatnya? Jangan sampai malah enggak cukup, lu tahu kan, senior pasti rewel kalau tempatnya enggak cukup" Sambung Tama lagi.

    Raina tidak menjawab, dia kembali mengangguk-anggukkan kepalanya, tapi matanya sibuk menatap ke layar ponselnya. Raina sedang sibuk mengirim pesan pada Radit. Gadis itu sedang tersenyum senang karena Radit baru saja membalas pesannya. 

"Na!" Bentak Tama. Pria itu mulai merasa kesal melihat kelakuan tidak acuh dari Raina pada semua pertanyaannya. Tama menatap dengan wajah sinis. Kesal sekali karena tidak diacuhkan oleh Raina. 

Seperti biasa, bukannya merasa bersalah, Raina malah semakin tidak perduli. Dia hanya melihat sekilas ke arah Tama sambil mengacungkan jempol tangan kanannya. Tandanya dia mendengar dengan baik semua yang Tama katakan sebelumnya. 

"Bisa enggak lebih perduli sedikit? Tentang ini? Tentang acara ini?" Tanya Tama lagi dengan ketus. Kalimat dari Tama ini membuat Raina sedikit marah. 

"Coba, tunjukkin sama gue, bagian mana dari kerjaan gue yang menunjukkan kalau gue enggak perduli?" Tanya Raina, tidak kalah ketus. Dia menyimpan ponselnya dalam kantong celana, melipat kedua tangannya di depan dada. Amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun.  

    "Gue mau nanya, selain cuman ngoceh dan ngatur sana-sini, apa lagi emangnya faedah elu sih?" Lanjut Raina, semakin ketus. Wajahnya dengan jelas menunjukkan rasa marah dan tidak suka pada Tama. 

    Tama terdiam, baru kali ini Raina membalas kalimatnya dengan sangat ketus seperti ini. Biasanya gadis ini hanya mengabaikan dirinya saja, atau menjawab sedikit, tapi tidak seperti ini. 

    "Udah deh, gue lagi males ribut sama elu" balas Raina.

    Tanpa memperdulikan Tama lagi, gadis itu beranjak pergi. Padahal hari ini mereka harus pergi lagi ke tempat senior mereka untuk persiapan acara pemilihan CR besok, tapi Raina terlalu muak melihat kelakuan bossy dari Tama, yang baginya kali ini sudah keterlaluan. Apalagi Tama menuduh dirinya tidak perduli dengan acara ini, setelah semua yang yang ia lakukan untuk acara ini.

    Tama menatap tubuh Raina yang semakin lama semakin menjauh pergi. Tama tidak berani mengejar atau memanggil Raina untuk kembali lagi. Bukankah hal yang paling baik untuk dilakukan saat menghadapi wanita marah adalah mendiamkan sampai marah mereka reda, pikir Tama dalam hati. Pria itu pun kembali pada rencana semula, pergi ke rumah senior untuk persiapan acara besok, dia mengabaikan Raina. 

    "Ish, sialan banget. Dasar kanebo kering! Udah bikin sebel sampai ke ubun-ubun, sama sekali enggak ada respon pas gue pergi lagi!" Keluh Raina. Hatinya bertambah kesal karena Tama sama sekali tidak mengejar dirinya tadi. 

    "Yas, lu dimana?" Tanya Raina, dia langsung menelpon Yasmin. Raina perlu Yasmin untuk meredakan kemarahannya. 

    "Di percetakan, gue lagi nge print banner" jawab Yasmin dengan santai. 

     "Gue kesana sekarang" jawab Raina, langsung mematikan sambungan ponselnya. 

     Yasmin hanya bisa mengernyitkan keningnya, kebingungan.

     "Bukannya tadi bilangnya dia sama Tama mau ke rumah senior? Apa mereka berantem lagi?" Tanya Yasmin, bertanya pada dirinya sendiri. 

     Raina datang sekitar 20 menit kemudian, bertepatan dengan selesainya banner Yasmin. 

     "Kenapa?" Tanya Yasmin, meneliti raut wajah sahabatnya itu. Hanya sekilas saja, Yasmin tahu Raina sedang kesal. 

    "Tama lagi?" Tebak Yasmin. Siapa lagi kalau bukan Tama yang paling sering membuat Raina seperti ini, pikir Yasmin dalam hati. Tom and Jerry ini memang sulit sekali untuk akur, walau hanya untuk sehari saja. 

    "Huh, jangan sebut-sebut si kanebo itu, males gue denger namanya dia" balas Raina, merebahkan badannya ke sandaran kursi di samping Yasmin. 

    "Kenapa sih kalian berdua ini?" Tanya Yasmin, benar-benar tidak mengerti mengapa kedua manusia ini tidak berbeda dengan Tom dan Jerry. Selalu ada salah paham yang berujung dengan adu pendapat, atau keributan.

    "Bukan gue yang mulai ya, dia yang buat gue kesal" balas Raina, membela diri. Yasmin hanya bisa menghela napas, tidak habis pikir. Ternyata benar tebakannya. 

    "Anyway, laki kaya Tama, emang ada gitu yang demen?" Tanya Raina. Dia penasaran, siapa wanita yang bisa tahan dengan lelaki seperti itu. 

    "Eits, jangan salah, dia punya pacar lagi. Pacarnya di Amrik, lagi sekolah.. Dokter juga.." cerita Yasmin. Dia pernah mendengar Tama sedang video call dengan pacarnya. 

     "Oh ya? Salut banget gue sama pacarnya, enggak kebayang jadi pacar itu orang. Ganteng sih... Tapi sifatnya itu, aaarhhhggg!" Ucap Raina, mencibir sambil menarik-narik rambutnya saking kesalnya. Yasmin jadi tertawa mendengar kalimat dan melihat tingkah sahabatnya itu. 

    "Hati-hati looh, entar kalau naksir, repot lagi" goda Yasmin. Raina langsung melotot kesal, membuat Yasmin semakin tertawa geli. 

     "Hahh.. Naksir??? Ogah bener!! Tapi by the way, sedih ya.. Ada yang jelas-jelas kelakuannya nyebelin, tapi ada pacarnya. Gue.., udah berusaha jadi orang yang paling baik, tapi tetep aja ujungnya selalu balik lagi jadi jomblo" keluh Raina, kali ini dia menyandarkan kepalanya di bahu Yasmin. 

    "Mulai deh, Miss mellow bin drama kembali.." balas Yasmin. Raina hanya mencibir. 

    "Jodoh tuh datangnya, enggak bakal kecepetan, atau telat banget. Tuhan udah atur semuanya. Bakal pas banget datangnya di hidup lu" nasihat Yasmin sambil tersenyum manis, mengingat kekasih hatinya yang paling manis dan baik hati.

    "Iya deeh.." balas Raina sambil mencibir. Yasmin punya lelaki paling baik hati yang sekarang menjadi pacarnya, mungkin sebentar lagi mereka juga akan menikah, tentu saja Yasmin bisa mengatakan hal seperti itu, batin Raina, masih mencibir. 

    "Yuk" ajak Yasmin. 

    "Kemana? Makan yuk!" Tanya Raina. 

    "Udah ikut aja" balas Yasmin, menarik lengan Raina, sebuah ide cemerlang terlintas di kepalanya. 

   "Oke! Yuk!" Balas Raina cepat. Gadis itu segera berdiri dan menyusul langkah Yasmin, tanpa dia sadari Yasmin sudah punya sesuatu yang dia rencanakan dalam pikirannya. 

_______________

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status