Share

Pemilihan CR (4)

      Setelah keributan "memperebutkan" Tama saat pembagian surat suara. Kali ini para fans baru Tama itu kembali "ribut" saat mulai mengumpulkan surat suara. 

      "Tama, sini Tama!" Teriak senior perempuan di sudut ruangan. Rekannya ikut bersahut-sahutan memanggil nama Tama. 

       Raina hanya bisa menahan tawanya. Dia melirik wajah Tama sekilas. Wajah lelaki itu masam sekali dan memaksakan senyumnya. Tanpa bertanya pun Raina sudah bisa memprediksi suasana hati Tama. 

       "Yas, lihat tuh!" Bisik Raina, menyenggol lengan Yasmin sambil menunjuk ke arah Tama dan fansnya. 

       "Bantuin Na" balas Yasmin, dia sendiri sedang sibuk mempersiapkan media untuk penghitungan suara nanti, sedangkan Raina sudah selesai membagikan dan mengambil surat suara sedari tadi. 

      "Ogah ah. Pada kepengennya sama si kanebo" balas Raina, menunjukkan keengganannya membantu Tama.

      "Dasar" balas Yasmin. 

      "Dit, bantuin Tama tuh, biar cepet kelar, yang ini biar gue yang lanjutkan" lanjut Yasmin, percuma meminta bantuan pada Raina, lebih baik meminta bantuan pada Radit. 

      "Oke," balas Radit. Beranjak pergi menuju tempat Tama yang sedang "meladeni" para fans barunya. 

      "Sini teteh kertasnya, kumpulkan di saya aja" ucap Radit sambil tersenyum. Lesung pipinya terlihat jelas saat tersenyum. Beberapa senior perempuan langsung mengabaikan Tama, beralih ke Radit. Dalam sekejap Radit sudah seperti Tama, sibuk mengambil lembaran kertas hasil voting pemilihan. 

     Raina melirik sebal, dia langsung merasa cemburu melihat Radit membagikan senyuman manisnya pada wanita lain, walaupun itu senior mereka. Tanpa pikir panjang, Raina langsung melangkah menuju ke arah Radit dan membantu lelaki itu. 

     "Sini sama saya kertasnya Teh" ucap Raina, tersenyum palsu, mengambil cepat kertas-kertas yang masih dipegang beberapa senior. 

     "Thanks!" Bisik Radit, merasa terselamatkan. Raina tersenyum manis membalas ucapan terimakasih Radit. 

     Setelah semuanya selesai memilih dan mengumpulkan surat suara, acara penghitungan pun dimulai. Seorang senior bernama Donny dari semester enam sebagai kandidat dengan suara terbanyak, diikuti dengan seorang senior lagi bernama Benny. Kemungkinan kedua orang ini yang akan menjadi Chief Resident dan wakil Chief Resident, nantinya hasil pemilihan hari ini akan diserahkan pada ketua program studi dan akan dipilih siapa yang nantinya menjadi CR untuk satu tahun kedepan. 

    "Oke, karena udah mau magrib juga, dan penghitungan suara sudah selesai, jadi kini saatnya kita sampai di akhir acara. Sebelumnya gue mau ucapkan terimakasih untuk semua senior dan junior yang sudah mendukung saya selama saya menjadi CR setahun ini, dan saya juga minta maaf kalau selama menjalankan amanat sebagai CR saya banyak kesalahan dan kekurangan. Saya ucapkan juga terimakasih pada adik-adik semester baru, karena mereka kerjanya baik sekali hari ini, tanpa mereka bertujuh acara pemilihan sekaligus gathering hari ini pasti tidak bisa selancar hari ini" ucap Sang Mantan CR, memberikan pidato terakhirnya. 

     Raina menghembuskan napas lega. Akhirnya tugas mereka satu kelompok di acara hari ini selesai. Walaupun penuh dengan drama dan sedikit bumbu keributan dengan Tama, setidaknya kelompok mereka mendapat pujian dari semua senior. 

     "Terimakasih ya teman-teman, gue juga minta maaf kalau banyak salah" ucap Tama. Setelah semua senior pulang dan mereka selesai membereskan semuanya, Tama meminta seluruh kelompoknya untuk berkumpul. 

    "Banyak banget terutama sama gue" gumam Raina pelan, Yasmin yang tidak sengaja mendengar langsung menyenggol lengan sahabatnya itu supaya tidak mulai bertingkah. Raina menurut, dia langsung menutup rapat-rapat mulutnya. Dari pada nanti kena marah Yasmin, pikirnya. 

     "Emmm, Dit. Gue boleh nebeng pulang?" Tanya Raina saat akan pulang. 

     "Oh tentu, yuk" ajak Radit, membuat Raina bahagia. 

     "Na, mau pulang bareng enggak? Gue.." Yasmin tidak menyelesaikan kalimatnya, dia mengurungkan niatnya mengajak Raina pulang bersama karena Raina sudah memberi kode kalau dia akan pulang bersama Radit. Gadis itu memilih untuk mengalah saja. Dia yakin Raina pasti lebih memilih untuk pulang bersama Radit dibanding bersama dengan dirinya. 

     "Na, thanks ya, kata senior kateringnya enak semua" ucap Tama. Raina hanya mengangguk dengan malas. 

     "Oke, sama-sama. Yuk For kita balik" balas Raina, seakan menganggap Tama angin lalu. Raina langsung menarik tangan Radit untuk pergi dari hadapan Tama. 

     "Langsung ke rumah?" Tanya Radit. 

     "Kemana aja oke" balas Raina. Asal bersama Radit, Raina tidak keberatan untuk diajak kemana pun, bahkan kalau Radit ingin mengelilingi kota Bandung sampai tengah malam pun dia tidak akan protes. 

     Kedua orang itu pun mulai mengobrol seru. Baik Raina maupun Radit tidak bisa memungkiri kalau mereka sangat cocok satu sama lain. Setiap berdua obrolan mereka selalu menyambung, kadang mereka tidak sadar kalau sudah banyak waktu terlewati tanpa mereka sadari saking enaknya mereka mengobrol. 

     Dering ponsel Radit menghentikan obrolan mereka. 

     "Sebentar aku angkat telepon dulu ya" balas Radit. Raina mengangguk. 

     "Halo? Emm, oke. Ya tunggu sebentar ya" ucap Radit dengan lembut, tapi wajahnya sedikit memucat setelah menerima panggilan itu .

     "Kenapa Dit?" Tanya Raina, dia menyadari perubahan roman wajah Radit. 

    "Na, kayanya aku enggak bisa deh anter sampai rumah. Adiknya Ibu aku yang di Bandung sakit, baru masuk rumah sakit" jawab Radit dengan ragu, sedikit terdengar gugup di nada suaranya. 

    "Oh, enggak apa-apa Dit. Gue turun di depan sana aja. Nanti tinggal naik angkot dari sana ke rumah gue" balas Raina langsung. Dia pikir Radit pasti panik sekarang, dia tidak boleh menyusahkan lelaki ini dengan memaksa meminta diantarkan ke rumah. 

     "Beneran enggak apa-apa? Udah malam" balas Radit, sedikit ragu menurunkan Raina di tepi jalan seperti ini. 

     "Ya ampun, enggak apa. Gue enggak masalah. Nah, tuh ada angkot disana, turun disana aja Dit" pinta Raina lagi. Hatinya senang karena Radit mengkhawatirkan dirinya, bukankah artinya Radit perhatian dan perduli padanya, pikir Raina dalam hati. 

     Radit menepikan mobilnya di tempat yang Raina minta. 

     "Hati-hati ya Na" ucap Radit sebelum Raina turun. 

     "Iya, sampai nanti ya!" Balas Raina, melambaikan tangannya. Gadis itu melompat turun dari mobil Radit dan berlari-lari kecil menuju angkutan kota yang masih berhenti dipinggir jalan, sedang menunggu penumpang. 

    Setelah memastikan Raina sudah naik ke atas angkutan kota, Radit memajukan mobilnya perlahan. Dia mengambil ponselnya lagi. 

    "Halo, sayang. Aku baru selesai acara, maaf ya tadi baru anter senior bentar makanya langsung dimatikan." Ucap Radit. Dia berbohong pada Raina dan Irna. Radit bukan menerima telepon dari keluarganya yang mengabarkan tentang pamannya yang masuk rumah sakit, tapi sebenarnya panggilan itu dari Irna, yang sudah menunggu di restoran tempat mereka akan kencan malam ini. 

    "Oke, aku tunggu disini, jangan lama-lama" balas Irna langsung mematikan panggilan ponselnya.

    Radit melirik sekilas ke arah kaca spion. Angkutan kota yang tadi dinaikki Raina belum berangkat. 

     "Maaf Na" ucap Radit. Hari ini dia berbohong pada gadis baik itu. 

------------

Follow IG saya di rizka_author yaa..

Jangan lupa komentarnya ya

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ria Kusuma
Please deh, Na..udah pernah patah hati sampe pergi 2 th begitu balik kok gampang banget suka..cari info dulu kek dia udah punya atau belum..asal senang aja, gak belajar dari pengalaman dong namanya
goodnovel comment avatar
Santy
Mengapa aku sangat excited membaca novel ini, sukaaaa sekali jalan ceritanya. Salam kenal Raina dan Tama ekekekekekek 🤍🤍🤍🤍
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status