Share

CHAPTER 03 : BANTUAN SANG ROVER (Part 01)

Setelah menemukan sebuah pohon besar yang terasa cukup nyaman juga terlindungi akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di bawahnya. Kemudian, Archer pergi sejenak untuk mencari kayu bakar.

Sesaat kemudian...

Dia mendengar seseorang menjatuhkan tumpukan kayu di belakangnya dan berbalik untuk menemukan Archer. Namun, ketika dia sepenuhnya berbalik yang ada dihadapannya adalah manusia dan bukan Centaur, jadi dimana Archer? Dan siapa manusia ini?

Saat itu suasananya sudah menjelang malam dan sekeliling mereka mulai terlihat suram dan gelap, wajar jika dia merasa tidak yakin dengan orang di hadapannya.

“Kau...Siapa?!”

“Gunakan bola yang kuberikan padamu, kurasa hanya tubuhku yang berubah tapi wajahku tidak. Kau pasti masih mengenalku.” Sosok itu hanya tergelak dengan tingkah irisha.

Benar saja, Archer memberinya bola yang akan mengeluarkan cahaya saat berada dalam gelap, dia lupa menggunakannya dan malah menaruhnya di atas tanah. Ketika dia berhasil mengambil bola itu dan mengarahkannya ke arah sosok itu. dia menemukan...

“Mustahil, Archer!! Bagaimana kau bisa menjadi manusia?” irisha benar-benar terkejut melihat Archer di hadapannya, tidak ada tubuh kuda, yang ada hanya manusia dengan dua kaki, tangan dan badan yang sangat tegap dan tinggi. Dia tidak pernah tahu bahwa Centaur bisa mengubah wujudnya menjadi manusia sebelumnya. Apakah dunia ini berbeda?

“Kami bisa menjadi manusia jika kami ingin, hanya saja kami tetaplah Centaur dan akan lebih nyaman jika kami menggunakan wujud asli kami, jadi kami jarang berubah menjadi manusia.”

Dia mengerjapkan matanya, “Lalu kenapa sekarang kau menjadi wujud manusia?”

“Karena kita sedang istirahat jadi kurasa akan lebih nyaman jika aku menggunakan tubuh manusia ku.” Jawab Archer tenang sambil mulai membuat Api unggun.

“Baiklah, aku mengerti.” Dia juga mulai menyaksikan Archer membuat api unggun.

“Kau membuat Api dari tanganmu? Bukankah itu kekuatan elemen?” irisha terkejut saat menyadari bahwa Archer memunculkan api itu melalui telapak tangannya. Jadi dunia ini juga memiliki elemental?

“Kau masih mengingat tentang kekuatan elemen?” Archer menoleh padanya.

“Ah, bukankah elemen adalah pemahaman dasar? Aku sedikit familiar dengan mengingatnya jadi paham tentang hal itu. jadi, bagaimana kalian para Centaur bisa menguasai elemen api?” dia berusaha mengalihkan percakapan secepat mungkin karena dia tidak mau Archer berpikir yang tidak-tidak.

“Ah, begitu. Kami para prajurit dari Ras Centaur pada awalnya terbiasa mengandalkan kekuatan dan ketangkasan tubuh kami yang sebagian kuda. Tapi kemudian seorang Dewi dari Asgard muncul diantara kami dan mengajarkan pada leluhur kami untuk mengunakan elemen sebagai senjata tambahan, meskipun kami tidak bisa menguasai elemen secara sempurna karena kami bukan murni seorang Elemental, tapi kami sudah cukup terbantu dengan elemen dasar seperti ini.” Terang Archer dengan pelan dan jelas.

Irisha terdiam mendengar perkataan Archer dan kemudian merasa kagum, “Seorang Dewi... siapa Dewi ini hingga begitu baik hati?”

Archer terdiam sebentar, “leluhur kami bilang Dewi ini tidak ingin menyebutkan namanya dan tidak mengharapkan apapun, dan hanya berharap bahwa kami Ras Centaur dapat terus tumbuh serta tetap berkembang dan tidak lupa selalu menghormati dan membantu para Dewa dan Dewi bangsa Asgard.”

Dia merasa terpaku dengan penuh kekaguman, “Bagaimana mungkin... bukankah Dewa-Dewi membutuhkan penyembah?”

Dia hanya tidak bisa menangkap apa tujuan dari Sang Dewi, dia pernah membaca sebuah cerita dimana para Dewa-Dewi menentukan kekuatan dan gelar mereka di bangsanya, berdasarkan jumlah penyembah mereka. Seharusnya dunia ini sama. Lantas, mengapa Sang Dewi ini membantu Ras Centaur untuk mempelajari elemen tanpa meminta mereka untuk menjadi penyembahnya, Ras Centaur adalah ras yang besar, dia akan menjadi cukup kuat jika disembah oleh mereka.

Archer menatap wajah gadis di depannya dan tahu bahwa dia memiliki pertanyaan yang sama dengan apa yang selama ini dia pikirkan.

“Kau pasti ingin tahu, mengapa Sang Dewi tidak meminta kami untuk menjadi penyembahnya. Leluhur kami bahkan sudah menawarkan dirinya dan seluruh Ras Centaur untuk menyembahnya sampai akhir dunia. Tapi... Sang dewi menolak.”

“Mengapa?... Mengapa dia menolak berkah yang paling diinginkan dewa dan dewi yang lain?”

Tanpa sadar dia benar-benar tertarik dengan Sang Dewi, seperti apa dia? Apakah dia begitu mulia dan bijaksana hingga bisa menolak penyembah besar seperti ini?

“Karena dia Istimewa...”

Tiba-tiba suara halus namun dalam khas seorang pria muda terdengar menjawab pertanyaan irisha yang begitu bersemangat. Irisha mengalihkan tatapannya ke arah datangnya suara dan melihat bayangan dua orang pria yang berjarak sekitar sepuluh langkah dari tempat mereka duduk. 

Archer langsung bangkit dan memasang postur tubuh siaga, bahkan menarik irisha untuk berdiri dibelakangnya.

“Siapa disana?!”

Dua orang pemuda berumur sekitar dua puluhan segera muncul dan entah bagaimana dia merasa bahwa cahaya bulan sengaja menerangi mereka dan menimbulkan kesan seakan mereka bukan orang biasa. Tapi sepertinya mereka memang bukan orang biasa. Lebih tepatnya lagi, mereka bukan makhluk biasa tentunya.

Pemuda yang berada satu langkah didepan, memiliki tinggi yang hampir sama dengan Archer, dengan baju dari kain dan celana biasa dan jubah panjang berwarna hitam di bagian luar, dia juga memiliki rambut sebahu seperti Archer namun rambut ini berwarna silver. Dia menghela nafas, pakaiannya yang biasa tidak bisa menyembunyikan pesonanya yang luar biasa.

Pemuda di belakangnya memiliki penampilan yang hampir sama, namun jubahnya dikancing kan lebih rapi dan rambutnya memiliki potongan yang rapi dan panjangnya hanya mencapai leher.

Pemuda di depan angkat bicara, “Calm down, Centaur. We are not your enemy. We just a Rover.”

“Seorang Rover? Bagaimana kau tahu aku seorang Centaur?! Pastinya kau bukan Rover biasa!” Archer masih bersikap waspada.

Pemuda dibelakangnya melangkah maju, “Kami Rover dari Ras Vampire dan kami masih bisa mencium darah Ras Centaur darimu, meskipun kamu sedang mengunakan wujud manusiamu.”

Kemudian dia melanjutkan, “Kami hanya datang untuk bergabung untuk menjaga api unggun itu, apakah kalian keberatan?”

Pemuda itu hanya mengatakan apa yang harus dia katakan dan tidak berusaha membujuk ataupun melakukan tindakan yang berbahaya serta mencurigakan. Irisha yang sejak tadi diam saja akhirnya meraih lengan Archer dan berkata dengan pelan, “Tidak apa-apa, sepertinya mereka tidak berbahaya.”

Archer akhirnya menurunkan kewaspadaannya, “Kalian bisa bergabung, tapi kuharap kalian mengerti untuk tidak melewati batasan kami. Gadis dibelakangku adalah manusia, kalian tentu saja sudah mencium darahnya bahkan sebelum mencium darahku, bukan? Kakinya terluka, aku harap kalian memiliki pengendalian diri yang tinggi.”

Kedua pemuda itu menatapnya dan menganggukan kepala, “Kami mengerti. Kau bisa menyimpan kata-kata kami."

Kedua pemuda itu akhirnya maju dan duduk dengan jarak lima langkah berlawanan dari mereka. Pemuda yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara, “Kau bisa memanggilku Evander dan dia Lucien, boleh aku tahu nama kalian?”

Archer menatapnya sebentar untuk menjawab, “Kau bisa memanggilku Xantha, sedangkan gadis ini ....” Archer menatapnya.

Dia merasa dia perlu berbicara sendiri, “Aku tidak ingat siapa namaku sendiri karena aku kehilangan ingatanku jadi maafkan aku karena tidak bisa memberitahumu namaku.”

“Kamu kehilangan ingatanmu? Bahkan namamu sendiri kau lupa. Bagaimana bisa itu terjadi, apakah seseorang melakukan itu padamu dengan sengaja?” pemuda yang bernama Evander ini, tiba-tiba melontarkan pertanyaan secara langsung dan mengandung sedikit kemarahan, membuatnya sedikit kebingungan.

“Aku tidak tahu, aku terbangun di dalam hutan dan akhirnya bertemu Archer.”

“Archer?” Evander menaikkan alisnya sebagai tanda tanya.

Dia menepuk mulutnya, “Ah! maksudku Xantha yang sudah menolongku.”

Evander sendiri tidak tahu mengapa dia merasa hatinya terasa seperti diremas saat mendengar gadis mungil di samping pemuda Centaur itu mengatakan bahwa dia kehilangan ingatannya, bahkan kaki kanannya terluka begitu parah. Ini tidak seperti dia yang biasanya acuh dan bahkan tidak terlalu memikirkan orang lain, gadis ini hanya terasa berbeda.

Evander mengalihkan tatapannya ke arah Xantha, “Kupikir si Mungil ini tadinya adalah kekasihmu karena kau sangat melindunginya. Bukan begitu Lucien?”

Lucien langsung menjawab spontan, “Aku berpikir begitu sejak awal.”

Tunggu! Evander tadi menyebut dia sebagai apa? Si mungil?! Baiklah, mereka semua memang tinggi tapi dia merasa tubuhnya tidak semungil itu. Apakah dia memang terlihat kecil dimata orang lain? Dia menatap Evander, memang benar dia punya postur tubuh yang akan membuat orang lain harus mengangkat pandangan untuk melihatnya.

“Kau menyebutku si mungil?”

Evander menatapnya, “Karena kamu sangat kecil dan juga tampak rapuh.”

“Tapi aku tidak-“ sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, dia sudah lebih dulu ditarik oleh Archer dan memaksanya untuk berbaring di samping dia duduk.

“Sekarang sudah larut dan waktunya bagi manusia seperti kamu untuk tidur, kau bisa berdebat besok.” Kata Archer dengan tegas.

“Baiklah, aku tidur.” Dia merasa ingin tertawa dengan sikap Archer yang mirip seorang Ayah.

Evander tiba-tiba melepas jubah hitamnya dan mengulurkannya pada Archer, “Kau bisa memakai ini untuk menyelimutinya. Tidak baik untuk tubuh semungil itu dibiarkan kedinginan.” Kata Evander sambil menaikkan sudut mulutnya.

Sebelum Archer sempat mengambil ataupun menolak jubah itu, irisha sudah lebih dahulu menjawab. “Tidak, aku hanya akan berakhir dengan mengotori jubahmu. Apalagi jika itu tidak sengaja terkena darah di kakiku yang terluka, kau tidak perlu kasihan karena aku tidak masalah sedikit kedinginan seperti ini. Dan lagi aku juga tidak mungil.”

Evander tersenyum, “Xantha, aku yakin kau mengerti apa yang kurasakan, sebagai seorang pria aku yakin kau tidak ingin membiarkan gadis mungil ini kedinginan, bukan?” Evander masih mengulurkan jubah padanya.

Lucien akhirnya ikut bicara juga, “Atau kau lebih ingin memakai jubahku saja?”

Archer langsung mengambil jubah dari tangan Evander dengan setengah tertawa dan menutupkannya pada tubuh irisha yang sudah berbaring dari tadi. kemudian berbisik, “Terima kasih.”

Evander tersenyum, “tidak masalah.”

Irisha sebenarnya masih mendengar semuanya tapi dia merasa entah kenapa matanya terasa sangat berat dan akhirnya terpejam. Mungkin karena efek tekanan dan rasa terkejut seharian ini, dia dengan mudah tertidur dan jatuh ke dunia mimpi.

~//~

Isaura.

Siapa?

Isaura.

Siapa Isaura?

Kamulah Isaura.

Aku irisha.

Isaura.

Aku bukan...

Kamu akhirnya datang.

Apa..?!

~//~

Tiba-tiba dia merasa tubuhnya terguncang dengan sangat keras, dan akhirnya dia terbangun. Ternyata Archer yang sudah mengoyang-goyangkan tubuhnya dan wajahnya sedikit tersirat kecemasan.

“Kenapa kamu merintih? Apakah kamu mimpi buruk? Apakah kamu merasa sakit atau semacamnya?” Melihat wajah Archer seperti ini rasa pusing di kepalanya sedikit menghilang dan dia hanya ingin tertawa sekarang. Tapi, sebelum itu...

“Isaura ....”

Archer menatapnya kosong, dia tidak mengerti sama sekali. “Isaura apa?”

“Isaura itu namaku.”

Bahkan Evander dan Lucien juga terlambat merespon, dan hanya Archer yang akhirnya tersadar dan bereaksi terlebih dahulu. “Apakah itu yang membuatmu merintih? Apakah mendapatkan ingatan tentang namamu akan sangat menyakitkan?”

Evander juga menatapnya seakan juga menunggu jawaban dari pertanyaan Archer.

“Aku tidak kesakitan, aku hanya bermimpi dan mengetahui namaku.”

Evander menatapnya dengan tatapan mata yang sangat dalam, “Tapi kau terus meringis dan merintih bahkan wajahmu memucat, lucien bahkan tidak bisa melihat ke dalam pikiranmu tentang apa yang terjadi padamu.”

Dia terkejut, apakah dia seperti itu saat dia tidak sadar? Dan lagi, Lucien memiliki kemampuan masuk ke dalam pikiran? Dia bersyukur karena Lucien tidak bisa memasuki pikirannya, jika tidak maka dipastikan semua rahasianya bahwa dia manusia dari dunia lain akan terbongkar.

Lucien tiba-tiba bangkit berdiri, “Waspada, ada yang datang. Mereka memiliki aura kegelapan pekat.”

Evander dan Archer langsung berdiri dan waspada, bahkan Evander langsung bergegas ke samping kanan Irisha melupakan semua soal batas yang mereka sepakati sebelumnya dengan Archer, dan memastikan dia terlindungi. Jadi saat ini posisinya berada di antara Archer dan Evander, dia akhirnya mengakui bahwa dia memang pantas disebut mungil.

Lucien terlihat menutup matanya sebentar, “Mereka sudah ada disini tapi mereka masih ingin bersembunyi, tampaknya mereka berpikir untuk menunggu kita lengah untuk menampakan dirinya.” Lucien sedikit mendekat pada mereka dan mengatakan hal itu dengan pelan, untuk menghindari musuh mendengar dan menyadari bahwa sebenarnya kehadiran mereka sudah tercium sejak awal.

Evander hanya mengangkat sudut mulutnya sedikit untuk mengejek, “Mereka hanya sekumpulan pengecut.”

“Tidak diragukan lagi, mereka jelas pengecut. Kurasa mereka bahkan tidak sepadan untuk berhadapan dengan kita.” Lucien menganggukan kepala untuk menunjukkan persetujuan pada perkataan Evander.

Irisaha langsung saja memasang wajah terkejut dan tidak percaya saat memandang dua orang yang sedang berdiri dihadapannya, bagaimana bisa mereka begitu percaya diri untuk bisa mengalahkan musuh mereka disaat musuhnya sendiri belum menampakkan diri. Sepertinya apa yang dia pikirkan sebelumnya, bahwa mereka bukanlah Vampire ataupun sekedar Rover biasa seperti yang mereka tunjukan sebelumnya.

Eh, sebentar.

Dia bahkan tidak tahu apa itu Rover. Dia ingin menanyakan apa itu Rover pada Archer, tapi kemudian dia mengurungkan niatnya itu saat menyadari bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya mengenai hal sepele seperti apa itu Rover.

Archer meletakkan kedua tangannya dalam posisi bersedekap, lalu berkata: “Jika kalian cukup percaya diri untuk menghadapi mereka maka aku tidak perlu mengubah wujudku kembali menjadi Centaur untuk turun tangan, bukan?”

Evander yang berada di sebelah kanan irisha menatapnya untuk sejenak kemudian mengalihkan tatapan matanya pada Archer sebelum tersenyum, “Oh, kau tidak ingin menunjukkan kekutanmu pada gadis mungilmu ini?”

Irisha mendengus sebal, “Sudah kukatakan bahwa namaku Isaura, kenapa kamu masih menyebutku dengan sebutan mungil? Itu membuatku terlihat lemah.”

Evander tertawa kemudian menatapnya dengan tatapan yang dalam, “Karena nama mungil sangat cocok untuk mu, dan lagi bahkan jika kau merasa lemah, maka aku akan ada untuk selalu melindungimu.”

Deg.

Wajar saja jika dia merasa jantungnya agak berdebar, menanggapi perkataan Evander yang terdengar seperti janji yang tulus ketimbang godaan. Ketampanan evander memang dapat dikatakan sebagai idaman para kau hawa, cukup tambahan beberapa kedipan mata maka dia yakin wanita itu akan menyerahkan dirinya sendiri.

Tapi irisha tidak lantas merasa senang, justru dia merasa hatinya ini agak sedikit tidak tahu diri. Ini bukanlah dunianya, dan dia tidak bisa melibatkan perasaan apapun di dunia yang mana ini seharusnya bukan tempatnya. Dia tidak ingin terlibat dalam drama romansa dimana saat dia jatuh cinta kemudia dia dipaksa untuk kembali kedunianya, dia hanya akan mendapat oleh-oleh luka begitu mencapai dunia aslinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Irisha cukup dewasa buat seumurannya ya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status