Share

CHAPTER 05 : MENUJU ARKADIA

Lucien masih merasa bahwa dia tidak bisa menemukan apapun yang dapat menjawab pertanyaan mengenai kenapa Evander bisa tertawa begitu mudah dengan gadis mungil yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu. Bahkan dirinya yang sudah bersama Evander puluhan tahun tidak pernah benar-benar bisa membuat Evander tertawa.

Lalu bagaimana gadis mungil ini bisa begitu mudah melakukannya?

Apakah gadis mungil ini istimewa atau dia saja yang selama ini tidak pernah benar-benar dianggap berusaha? Lucien merasa dia bisa gila.

Terlepas dari itu, dia sangat mengenal karakter seorang Evander dan sikap acuh tak acuh nya sudah diketahui bukan hanya oleh dirinya sendiri, tapi hampir semua orang yang sudah mengenalnya. Evander tidak pernah peduli dengan orang lain kecuali mereka yang sudah menjadi bagian dari hidupnya.

Lantas, bagaimana dia bisa melihat sekilas bahwa secara tidak sadar, langkah pertama Evander saat mengetahui musuh datang bukanlah mempersiapkan dirinya sendiri, tapi justru melindungi gadis mungil itu.

Benar! Dia memberikan perlindungan pada gadis itu.

Bagaimana bisa Evander yang acuh tak acuh melakukan hal itu..? Ini mustahil.

Lucien pikir, gadis mungil itu pastinya memang istimewa.

Atau.. jangan bilang bahwa gadis mungil itu adalah Moir nya? Ah! Itu mungkin saja terjadi. Tapi, kenapa Evander tidak menunjukan tanda-tanda seperti orang yang sudah menemukan Moirnya? Kenapa dia justru semakin bingung dengan tebakan dirinya sendiri.

Moir adalah takdir bagi setiap mahkluk atau dapat dikatakan sebagai pasangan yang diikat oleh takdir, ini seperti sebutan Mate yang digunakan oleh kaum werewolf. Moir sendiri diambil dari nama Sang Dewi pembawa takdir 'Moiroe'. Dan tentu saja, seharusnya reaksi pertama ketika kita menemukan Moir milik kita adalah rasa kebahagiaan dan ketergantungan sehidup semati.

Evander jelas tidak memiliki reaksi ini, jadi kenapa?

Lucien memutuskan untuk terus mengamati.

Di sisi Irisha..

Ah! Sekarang dia ingat bukankah dia ingin menanyakan apa itu Rover pada Archer, karena saat ini ada Evander di dekatnya yang juga merupakan seorang Rover, bukankah lebih baik jika dia langsung menanyakan pada yang berkaitan. Jadi dia langsung berpose serius dan menatap Evander, "Bisakah kau beritahu aku, apa itu Rover?"

Evander mengangkat alisnya, "Kenapa kau ingin tahu tentang Rover?"

"Tentu saja karena aku hanya ingin tahu," Irisha merasa agak kebingungan.

"Lalu kenapa kau bertanya kepadaku dan bukan kepada Archer? Kupikir dia harus berada di tempat pertama untuk orang yang ingin kau tanyai."

"Karena kau menyebut dirimu Rover saat kau datang, seharusnya kau lebih mengerti tentang apa itu Rover ketimbang Archer."

"Baiklah, bisa dikatakan bahwa Rover adalah sebutan bagi mereka yang senang berpetualang, mengembara mengelilingi seluruh dunia dengan kebebasan dan tidak terikat dengan ras maupun klan, tidak masalah dari ras apapun kamu, jika kamu ingin mengenalkan dirimu maka kau bisa menyebut Rover dan bukan ras maupun asal klan." Evander dengan menjelaskan dengan pelan.

"Apakah itu berarti meninggalkan ras dan klan?" Irisha benar-benar ingin tahu dengan sedikit rasa terkejut.

Evander bilang Rover tidak terikat dengan ras maupun klan, apakah itu berarti mereka tidak diakui lagi oleh ras maupun klan mereka, tidakkah ini berarti Rover terbuang?

Evander menggelengkan kepala, "Tentu saja tidak, maksudnya adalah selama kau menjadi Rover kau tidak perlu merasakan beban atau identitas serta asal ras mu, kau bebas menjadi dirimu sendiri. Namun kau bisa kembali ke Ras ataupun klan mu kapan saja kau mau."

Irisha mulai berpikir, "Lalu kenapa kau menjadi seorang Rover? Apakah kamu merasa tertekan berada dalam ras mu? Kau dari ras vampire bukan?"

Evander tersenyum, "Aku menjadi seorang Rover karena aku ingin melihat dunia luar selain rasku dan merasakan kehidupan seluruh bangsa jika aku bisa."

Irisha tertegun. Impian pria ini benar-benar besar, tidak heran dia tampaknya sangat menikmati identitas sebagai seorang Rover bahkan meskipun dia harus meninggalkan rasnya. Ini hampir seperti impian untuk mengelilingi dunia di dalam tempat asalnya, impian yang dia sendiri tidak pernah berpikir untuk memimpikannya.

Irisha mengaitkan jari-jari tangannya, dia ingin bertanya hal lain tapi dia tidak tahu apakah Evander akan bersedia untuk menjawabnya.

Evander menemukan wajah kusut gadis di depannya, "Apa kau tidak puas dengan penjelasan ku tentang Rover?"

Irisha mengangkat wajahnya dan matanya melebar, "Tentu saja tidak, bagaimana bisa aku seperti itu. Hanya saja..."

Evander tidak bisa tidak mengangkat tangannya dan mengacak-acak rambut gadis dihadapannya karena gemas, "Ada apa dengan wajah bimbangmu itu? Kau ingin bertanya hal yang lain? Tapi kau takut aku tidak mau menjawabnya? "

"Bagaimana kau..." Irisha merasa malu, pikirannya terlalu mudah dibaca dan mungkin saja tergambar di wajahnya.

Evander tersenyum, "Jadi aku benar ya."

"Tunggu, apa kau bisa membaca pikiran seseorang?"

"Aku tidak. Hanya saja, aku merasa matamu mengatakan semuanya dengan begitu jelas. Hingga aku langsung tahu apa yang kau pikirkan."

Itu sangat memalukan.

"Itu.. sebenarnya... Aku ingin tahu, tentang Blue Fire yang kamu keluarkan tadi, apakah semua Rover memilikinya?"

"Oh tentang Blue Fire, itu adalah kemampuan bawaan sejak aku lahir, jadi hanya aku yang memilikinya. Para Rover biasanya mengandalkan kemampuan murni masing-masing jadi aku juga mengandalkan Blue Fire sebagai salah satunya. Kenapa kau bertanya?"

Irisha merasa semakin malu, bahkan dia merasa wajahnya memanas, "Anu, sejujurnya aku merasa Blue Fire mu terlihat sangat Cantik dan murni."

Source : Pinterest

Imagine : Blue fire

Evander terpaku. Sejujurnya ini bukanlah pertama kalinya dia mendengar seseorang memuji Blue Fire miliknya, hanya saja saat gadis mungil ini mengatakannya sambil malu-malu dan salah tingkah, dia merasa ada yang tidak beres dengan jantungnya. Mereka tiba-tiba saja berdebar dengan keras.

Tidak mungkin dia jatuh hati pada gadis mungil ini.

Dia tidak pernah percaya dengan Cinta pada pandangan pertama yang sering di katakan orang-orang sebagai ikatan takdir yang paling manis. Karena itu jugalah, dia tidak percaya pada Moir atau pasangan yang ditakdirkan, dia ingin memiliki pasangan yang dipilihnya sendiri.

Tentu saja dia tidak melupakan fakta bahwa dirinya menjadi sedemikian berbeda hingga menarik wajah penuh pertanyaan dari Lucien, saat dia bersama gadis mungil ini. Hanya saja, dia merasa itu hanyalah naluri karena gadis di hadapannya ini sangat mungil dan juga rapuh, orang berhati mana yang tega mengabaikannya. Dia yakin tidak ada. Kecuali ras Orc yang tidak mengenal definisi cantik, mungil atau rapuh. Dan dirinya bukan Orc jadi tentu saja dia merasa perlu memberi sedikit kepedulian.

Jika saja Lucien mendengar apa yang dipikirkan Evander sekarang, dia pasti akan berkata : 'sebagai orang yang paling mengenalmu setelah keluargamu, kau jelas orang paling tidak berhati yang aku tahu.'

Tapi yah... Lucien tidak pernah tahu.

"Hey... Evander!.. Evander...! Apa kau keberatan karena kata-kata manusia seperti aku? Tidak perlu dipikirkan. Aku hanya merasa Blue Fire ku sangat indah dan aku harus mengatakannya padamu. Jangan merasa rendah." Melihat Evander terdiam, ia agak takut bahwa Evander akan merasa terhina dipuji oleh manusia biasa seperti dia.

Evander tersadar dari lamunannya, "Itu bukan masalah. Terima kasih."

"Ah, Baiklah, sama-sama."

Irisha menepuk dahinya, "Oh! Dan juga kami belum mengucapkan terima kasih atas bantuanmu dan juga Lucien dalam menghadapi para Dark Elf itu. Jika kalian tidak ada bersama kami, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Archer karena aku sendiri tidak bisa membantunya. Sungguh, terima kasih."

Dia mengatakannya sambil menganggukkan kepalanya pada Evander dan Lucien.

Mendengar perkataannya, Lucien dan Archer yang semula bercakap-cakap mengalihkan tatapan mereka pada gadis mungil itu.

Archer juga berdiri dan melanjutkan kata-kata Irisha, "Dia benar. Sebagai seorang prajurit aku sangat menghargai bantuan kalian. Terima kasih dan juga maafkan atas sambutan ku sebelumnya yang kurang bersahabat." Kemudian Archer membungkuk pada Evander dan Lucien.

Lucien angkat bicara, "Tidak perlu terlalu formal begitu, kami membantumu juga untuk melindungi diri sebenarnya, dan lagi kami memahami sambutan mu adalah dikarenakan faktor kewaspadaan, apalagi kau juga melindungi gadis itu."

Archer sudah kembali duduk saat dia melontarkan perkataan, "Aku hanya merasa sedikit heran mengapa para Dark Elf itu menyerang kita? Maksudku wilayah ini bukanlah wilayah yang biasanya di incar oleh Dark Elf, mengapa mereka bisa kebetulan kemari saat kita ada disini? Ini tidak biasa."

Wajah Evander menggelap, "Mereka pasti mencium darahnya." Sambil melihat ke arah Irisha.

Irisha menunjuk dirinya sendiri, "Jadi itu karena darahku?"

Lucien menjawabnya, "Para Dark Elf memang keluar dari lembah kegelapan biasanya untuk berburu mangsa dan mengambil darahnya, jadi secara naluriah penciuman mereka terhadap darah akan lebih tajam, meskipun itu tidaklah setajam para vampire. Mereka pastinya tidak jauh dari sini sebelumnya, atau justru mengikuti kalian dari jarak yang jauh hingga kita tidak bisa mendeteksi mereka sejak awal."

Sekarang Irisha merasa bersalah, "Maafkan aku Archer."

Archer menatap wajah gadis di depannya yang penuh dengan rasa bersalah, "Astaga, ini bukan salahmu, kita sudah aman sekarang. Tidak ada yang perlu disalahkan atas apa yang sudah terjadi tadi, mengerti?"

Irisha mengangguk, "Baiklah, aku mengerti."

Tapi Irisha masih merasa terganggu, "Bagaimana... Jika kedepannya aku mengundang bahaya yang lain... Maksudku, aku hanya tidak ingin membuat kalian terancam hanya untuk melindungi aku yang tidak jelas asal-usulnya. Terutama kau Archer, kau terlalu baik padaku, aku tidak ingin kau terluka karena manusia sepertiku."

Archer memegang pundak gadis di depannya itu, "Bahkan jika kau mengundang bahaya, lalu apa? Kau ingin memintaku untuk meninggalkanmu yang terluka untuk menuju ke Arkadia sendirian? Aku tidak akan melakukannya meskipun kau memaksaku dan aku yakin kalian juga tidak, bukan?"

Archer mengalihkan tatapannya ke arah Evander dan Lucien.

Evander mengangguk, "Bahkan jika kau mengusir Kami kurasa tidak ada yang akan pergi."

Lucien juga mengangguk setuju, "Evander benar, kami bisa menjadi teman mengobrol jika kau kesepian, bukankah itu lebih baik daripada berjalan di hutan sendirian?"

"Kenapa kalian mau repot-repot menolongku, manusia yang bahkan tidak bisa mengingat tentang diriku sendiri, dan juga aku lemah. Kalian terlalu baik, apa kalian tahu itu?" Dia merasa agak tersentuh sebenarnya.

"Justru karena kau lemah itu berarti kami sebagai laki-laki harus berkewajiban untuk melindungimu. Apa yang salah dengan itu?" Lucien menyahut.

Archer juga menimpali, "Lagipula kau tidak tau dimana atau kemana arah Arkadia, Tanpaku bagaimana kamu akan menemukannya? Kau hanya akan berakhir tersesat dan memasuki inti ras lain."

Irisha merengut, "Aku tahu itu tapi seharusnya kau tidak mengatakannya saat suasana sedang mengharukan seperti ini. Kau menghancurkan suasana."

Mereka bertiga berakhir tertawa dengan tingkah Irisha.

~~~

Malam terus berlanjut, mereka berempat sibuk terdiam dengan pikiran masing-masing sambil menatap api unggun. Sesekali ada sekelebat bayangan yang melintas, entah itu hewan atau burung-burung yang memutuskan bergerak dimalam hari. Namun, untungnya mereka tidak menganggu sama sekali sehingga mereka aman.

Irisha masih terganggu dengan kenyataan bahwa orang-orang baik yang saat ini menolongnya, dia benar-benar takut bahwa dirinya yang akan membuat mereka terluka. Dia tidak akan bisa menanggungnya jika sesuatu terjadi pada salah satu dari mereka.

Evander yang melihat Irisha justru melamun mengangkat tangannya dan meletakan jubahnya yang sejak tadi tergelatak di tanah, ke tubuh Irisha yang sedang terduduk. "Kau tidak ingin tidur? Bukankah manusia biasanya mengantuk di waktu ini, kenapa kau justru berakhir melamun?"

Dia melihat jubah yang menutupi tubuhnya dan memegangnya erat, "Aku tidak mengantuk sama sekali, aku pikir seharusnya kalian yang tidur, apakah kalian tidak perlu tidur?"

Evander menggeleng, "kamu tidur hanya jika kamu ingin, jika tidak maka kami tidak akan tidur."

"Daya tahan makhluk seperti kami sangat tinggi." Lucien menambahkan.

"Irisha meliriknya, "Apa kau ingin mengatakan daya tahan manusia itu rendah?"

Lucien mengangkat tangannya, "Aku tidak mengatakannya, tapi kau."

Irisha merengut, "Lucien! Kau menyebalkan!"

"Kuanggap itu pujian, hehe." Lucien menjawab sambil tergelak.

Evander hanya tersenyum.

Lantas, menatap Irisha, "Archer tadi menyebutkan bahwa kalian akan pergi menuju Arkadia?"

Dia mengangguk.

"Mengapa?" Evander melanjutkan.

"Karena kami memiliki pemikiran bahwa aku bisa menemukan orang tua ku disana, itupun jika aku memiliki mereka. Jika tidak maka aku tidak tau apa yang harus aku lakukan selanjutnya."

Evander menoleh ke arah Lucien, "Lucien, bagaimana jika kali ini kita mengunjungi Arkadia?"

Lucien terdiam sebentar, " Aku rasa tidak ada masalah, kita juga belum menentukan tujuan selanjutnya bukan? Jadi Arkadia bisa menjadi tujuan kita selanjutnya."

Evander mengangguk.

"Kalian akan ke Arkadia?" Irisha dengan antusias bertanya.

"Em, kami rasa iya. Apakah kau keberatan jika kami bergabung dalam perjalanan kalian nanti?" Evander bertanya.

Irisha tersenyum, "Tentu saja tidak." Kemudian Irisha beralih menatap Archer Dan berkata : "Archer kita punya teman perjalanan baru, kau tidak keberatan, bukan?"

Archer tertawa, "Yah, aku sudah mendengarnya, dan karena kau tidak keberatan maka itu tidak masalah."

Irisha tertawa, "Itu bagus!"

~

Menurut perkiraan Irisha mungkin saat itu pukul 3 pagi saat mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Arkadia. Dia kembali naik di belakang tubuh Centaur Archer.

Satu hal yang masih menjadi pikirannya adalah tatapan heran Lucien dan lebih parah lagi adalah tatapan gelap dari Evander, namun persamaan dari kedua orang itu adalah tatapan mereka yang terkejut dan penuh tanda tanya.

Sebenarnya apa yang salah dengan dia yang duduk di belakang Archer? Apakah dia melewatkan sesuatu yang seharusnya dia ketahui?

Tapi apa itu?

✓✓✓

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Centaur gamau tunduk pada yang bukan pemimpinnya, apa lagi sampe ditunggangi manusia, makanya pada heran dan Evander cemburu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status