Isaura duduk di seberang tempat tidur dimana Neo berbaring dengan mata yang masih terpejam rapat, juga wajah pucat yang begitu mencolok. Ia merasa sangat rumit, beberapa saat yang lalu, dirinya yang terbaring karena luka, dan Neo menjaganya. Hanya beberapa saat waktu yang berlalu, dan keadaan berbalik begitu saja.
Sebenarnya, ia juga khawatir, bagaimana jika Neo tidak bisa mengalahkan aura kegelapan dari dark elf yang berada di dalam tubuhnya? Bagaimana jika Neo bukan lagi Neo yang ia kenal? Bagaimana ...
Puk!
Tangan yang menepuk bahunya dengan lembut membawanya keluar dari lamunannya yang terlalu jauh. Ia segera menatap Evander yang berada di belakangnya, dan tersenyum lembut untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
"Dia orang yang kuat." Ucap Evander.
"Hm, kau benar." Sahutnya.
Lucien yang berada di sudut ru
Pendapat kalian mengenai ribetnya Alma, Neo, dan Isaura? Come on, tinggalkan jejak kalian. Juga jangan lupa jaga kesehatan kalian. Thank you.
"Vilaevils! Aku meminta kepadamu untuk keluar sekarang secara baik-baik. Kita harus menyelesaikan semuanya saat ini juga!" Isaura, bersama dengan Archer dan juga Evander, meninggalkan Lucien untuk menjaga Neo yang masih belum sadar dari koma. Mereka berkumpul di atas tebing bersebelahan dengan air terjun, dimana dirinya telah mendapatkan kembali ingatannya setelah bertemu dengan Grimnir. Vilaevils ingin dia mati di tebing ini, menggunakan suara di dalam pikirannya untuk membujuknya segera melompat. Maka dari itulah, ia yakin bahwa Vilaevils tentu dapat mendengarkan panggilannya saat ini.Archer yang berada di belakang bersama dengan Evander hanya menunggu dalam keheningan, kepribadian seorang Evander tidak memungkinkan baginya untuk berbincang dengan akrab, dan lagi sepertinya pihak lain juga tidak ingin memulai pembicaraan sama sekali. Tepat ketika ia masih berdebat dengan pemikirannya sendiri, pria di sebelahnya beranjak maju dan menghampiri Isau
"Um, jadi bisakah aku bertanya sekarang?" Mereka bertiga tertegun untuk sementara waktu setelah kepergian Vilaevils yang meninggalkan banyak tanda tanya. Tidak ada pilihan untuk mereka, Vilaevils mungkin kembali ke Niflheim atau memiliki persembunyian yang tidak dapat mereka ikuti. Setelah barang sementara waktu, ketika tidak ada satupun dari mereka yang ingin memecahkan keheningan, Archer yang pada mulanya tidak mengatakan apapun sebelumnya, menjadi yang pertama berbicara. Isaura mengangkat wajahnya dengan raut penuh tanda tanya. Menunggu pihak lain untuk berbicara. Lantas Archer mengusap tengkuknya sejenak, "mengapa dia menyebutmu dengan ... Lakhesis? Tujuh abad yang lalu, apa yang telah terjadi saat itu?" "Kau tidak mahir membaca suasana?" sahut Evander tanpa raut apapun di wajahnya. Pada waktu dimana mereka baru saja bertukar selisih dengan musuh seperti itu, dan orang ini justru bertanya dengan begitu langsung tentu saja ti
"Begitu menarik." Vilaevils merebahkan dirinya di atas takhta dengan senyum samar yang terulas di bibirnya. Bahkan semua anak buahnya yang menunggu di bawah panggung takhtanya tidak bisa meragukan lagi bahwa sang tuan sedang berada dalam suasana hati yang baik. Beberapa dari mereka yang memiliki keberanian diam-diam mengambil barang sekali dua kali lirikan kepada sang tuan, sedangkan yang lain hanya menunduk atau sesekali bertukar dengan yang lain, seakan-akan memastikan apakah mereka melihat hal yang serupa. Vilaevils masih bergumam di atas sana, "Lakhesis, bahkan setelah tujuh ratus tahun, kau masih tidak juga berubah. Tidak mengejutkan bahwa saudaraku bahkan jatuh begitu dalam karena dirimu, ck, ck." Salah seorang anak buahnya dengan tubuh manusia tetapi berkepala kerbau, seekor minotaur, memberanikan diri untuk berbicara kepadanya. "Tuanku, adakah kabar gembira yang layak untuk dirayakan? Karena tampaknya Tuanku sedang berada dalam suasana hat
Ketika mereka telah berada di dekat rumah, Archer tiba-tiba mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada Isaura. Dia menatap Evander dengan sedikit kegugupan, berharap bahwa pihak lain akan mengerti dan menjauh dari mereka untuk beberapa saat. Isaura juga melemparkan petunjuk kepada Evander dan memintanya untuk menunggu.Sehingga Evander, yang tidak tahu bagaimana harus menolaknya, hanya bisa mengatakan bahwa dia akan masuk terlebih dahulu dan meminta mereka untuk tidak terlalu lama berada di luar. Keduanya mengangguk dengan raut berterimakasih. Setelah mereka berdua berada di dekat taman bunga, dan duduk di kursi yang berada di tepian taman, ia melihat ke arah Archer dengan tanda tanya di wajahnya. "Jadi, apa yang ingin kau katakan padaku, Archer?" Centaur di depannya itu telah kembali ke bentuk manusia dengan kedua kakinya, dan memiliki telingan yang memerah begitu parah, memberinya ilusi bahwa itu aka
"Neo! Apa yang kau lakukan?!" Teriakan yang mengejutkan datang dari kediaman dimana Aryua seharusnya tengah membantu Neo dalam pemulihannya. Membuat semua orang segera panik dan bergegas untuk beranjak ke sana. Begitu pula dengan Archer dan Isaura, keheningan mereka segera terlupakan dengan kegugupan untuk menemukan apa yang sebenarnya terjadi. Evander menjadi yang pertama menerobos masuk untuk menemukan Aryua di tekan oleh seekor serigala, itu seharusnya Neo, tetapi entah bagaimana Evander merasa tidak ada sorot kehidupan seperti Neo yang ia kenal. Ia bergegas mendekat, "bodoh, dia membantumu untuk sembuh dan apa ini cara kau membalasnya?" "Grrrrmm!" Serigala itu menatap Evander, menguarkan geraman marah, dan bersiaga untuk menerjangnya kapan saja. Bahkan Lucien yang menyusul di belakangnya merasakan keanehan tersendiri, dia menunjuk ke arah serigala pemarah itu dan bertanya pada Evander, "apakah dia adalah Neo yang kita kenal?" "Seharusnya begitu." "Tetapi mengapa aku merasa
"Aryua, bagaimana semua ini bisa terjadi?"Pertanyaan ini segera terlontar setelah Isaura dan Evander bergegas menghampiri Aryua yang tengah memulihkan dirinya bersama Lucien di sisi lain kediaman. Ada dua luka goresan di lehernya, yang mana itu terjadi karena cakaran dari Neo dalam bentuk serigala. "Aku sendiri tidak yakin mengenai apa yang sebelumnya terjadi, Isaura. Tapi aku memiliki beberapa tebakan." Jelasnya.Isaura menatapnya dengan pandangan yang mendesaknya agar segera berbicara, begitu juga dengan Evander yang memasang wajah tegas di belakangnya. "Kau ingat dengan apa yang kukatakan ketika pertama kali aku mengobati Neo?" Tanya Aryua. Isaura menangguk, "kau mengatakan tentang sihir hitam yang tampak mengelilinginya, semacam itu?" "Mereka yang menjadi penyebab Neo menjadi gila?" Lucien menambahkan dari sebelah Aryua. Aryua menghela nafas dan membenarkan ucapan mereka. "Sebelumnya aku mengatakan bahwa sihir hitam ini seperti akar yang tampak mengikatnya di sekelilingnya
"Apakah sekarang kau tidak ingin mengusirku pergi seperti sebelumnya?" Lengan Evander merengkuh pinggang ramping gadis di hadapannya, tidak lupa senyum cerah terbit di bibirnya. Jika saja ada orang lain di sana, maka mereka tidak akan percaya bahwa pemuda ini adalah Evander, yang terkenal dengan sikap acuh dan dingin miliknya. Sikap Isaura yang tampaknya menjauhkan dia dari Elf perempuan itu membuat Evander puas dalam sekejap. Itu sudah cukup memberikan petunjuk bahwa Isaura tidak benar-benar ingin ia pergi. Gadis di depannya tidak mau menatap langsung ke matanya, "aku hanya ingin kau pergi dengan baik-baik, tidak perlu menggoda seorang elf pula." "Oh?" Evander mengangkat alisnya dengan senyum tertahan. "Bagaimana kau tahu bahwa aku tidak akan mampir ke kaum Elf dalam perjalananku? Mungkin saja aku akan berhenti sebentar, lalu menemukan seseorang yang sesuai dengan hatiku, lalu aku menjadikannya pendamping hidupku." Isaura hanya menghela nafas lesu, "lalu apa aku berhak melarangm
"Isaura! Desa milikmu telah terbakar!" Salah seorang anggota pack Sethmolf yang berlari hingga terengah-engah itu hanya berteriak di depan rumah dimana Isaura menginap, tampaknya sudah kebingungan dan cemas dengan bagaimana keadaan desa setelah berita yang datang begitu tiba-tiba. Beberapa anggota pack yang mendengar teriakan itu segera keluar dan mengerumuni pemuda itu untuk bertanya mengenai keadaan di sana. Begitu pula dengan Isaura yang berlari keluar saat itu dan bergegas mendesak si pemuda. "Bagaimana bisa kebakaran itu terjadi?" Isaura bergegas dengan cemas. "Aku akan kembali ke desa, ingat untuk menjaga Neo yang belum tersadar." Pemuda itu mengikuti di sampingnya, "aku juga tidak tahu menahu, tiba-tiba seseorang dari desa menghampiri kami di perbatasan dan berteriak dengan panik untuk memberitahumu bahwa desa telah terbakar." Wajah Isaura sedikit memucat, "apakah kebakaran terjadi di seluruh desa? Adakah kau sempat menanyakan tentang rumahku dan ibuku?" "Aku tidak sempat