Share

Batch 2 : Begadang

Suasana canggung lagi-lagi tercipta. Setelah, makan malam yang gagal, akhirnya Dennis dan Azyan pulang, karena Baby Danish terus menangis. 

Sekarang sudah pukul 10 malam, memang bukan waktu yang bagus, karena bayi yang masih merah, tak boleh kena angin malam. 

Azyan mengendong Baby Danish yang mendadak menangis, padahal bayi merah itu sempat tertidur saat dalam mobil. Dan sekarang, ketika menginjak udara rumah, auranya menjadi ribut. Dennis membuka pintu rumah berwarna putih gading tersebut, dan mempersilahkan Azyan masuk terlebih dahulu. 

Azyan sempat duduk di sofa, sambil menimang Danish yang terus menangis. Bahkan, sudah diberi ASI, bayi itu terus menangis. 

"Udah ya baby. Neny sedih, kalau baby nangis terus." bisik Azyan lembut. Ia tak tega, melihat bayi merah itu terus menangis. Ia berharap Danish bisa berbicara, agar ia tahu, apa yang bayi itu keluhkan. 

Sudah diberi ASI berkali-kali, Danish tetap menolak. Bayi itu terus menangis, membuat Azyan ikut meneteskan air mata. Gadis itu merasa sedih, tak bisa mengerti bahasa bayi. 

"Sayang... sayang..." Azyan mendekap dengan sayang Danish, dan terus menggerakan badannya, berharap Danish diam. Tapi, tangisan bayi makin kencang. Azyan akhirnya hanya bisa meneteskan air mata, merasa tak berguna, tak bisa menenangkan Baby Danish. 

"Masuk angin tuh." Azyan berlonjak kaget, ketika melihat Dennis sudah berdiri di depannya. Lelaki ini, selalu saja membuat jangtungnya nyaris copot, karena suka hadir tiba-tiba. 

"I-iya." jawab Azyan gugup. 

"Coba beri minyak angin." Azyan menerima minyak angin yang diberi Dennis. Lelaki itu terus memperhatikan dirinya, yang sedang menggosokan minyak angin di perut Danish. 

"Di kamar aja." perintah Dennis. Akhirnya, Azyan memindahkan Danish dan meletakan di kamarnya.

Dengan hati-hati, Azyan membuka baju Danish dan mengosokan minyak angin di perutnya. Apa iya kembung. Azyan menepuk-nepuk kecil perut Baby Danish, tubuh bayi itu merah semua, karena terlalu banyak menangis. 

Dennis hanya memperhatikan lidah kecil Baby Danish yang melurus karena, menangis dengan sekuat tenaga. 

"Udah, cepat tutup nanti masuk angin lagi." Azyan dengan gugup mengancingkan lagi baju Danish. Ia selalu kikuk, jika Dennis berada di sekelilingnya dan merasa tak nyaman. 

Segala cara Azyan lakukan, mulai dari menimang, menyanyikan, dan menggerak-gerakan, beri ASI dan tak ada respon yang berarti dari Baby Danish. Dan Dennis hanya berdiri di sudut memperhatikan bagaimana Azyan yang kewalahan. Dennis hanya memajangkan dirinya disana, tanpa ada tindakan apa-apa. 

"Sini." Azyan yang sedang mengerakan tubuh Baby Azyan dengan gugup, memberi bayi merah itu pada Dennis. 

Dennis mendekap bayi merah itu dan melihat wajahnya. Sangat merah, dan lagi-lagi Dennis perhatikan lidahnya. Dennis menatap lama bayi itu, sambil mencium aroma bayi yang membuatnya ketagihan sekarang. 

Setelah merasai tangan Dennis, secara ajaib bayi itu diam. Dennis menghembuskan napas gusar, apa artinya bayi merah ini akan diam, jika terkena tangannya? 

Azyan membiarkan Dennis menenangkan Baby Danish. Perlahan, bayi itu tertidur. Mungkin juga kelelan, karena kebanyakan menangis. 

"T-tidur bang." Azyan menunjuk ke tengah ranjang. Menandakan agar Dennis memindahkan Baby Danish. Karena laki-laki utu berdiri lebih dari 30 menit, sambil menimang Baby Danish. 

Akhirnya, Dennis memindahkan Baby Danish dan membiarkan bayi itu tertidur di pelukannya. Merasa lelah, Dennis ikut tertidur. Azyan serba salah, ia tak mungkin satu ranjang bersama Dennis. Ia bolak-balik, harus tidur di mana. Ia tak mungkin, di kamar lelaki itu, nanti Dennis mengira ia akan, mencuri barang laki-laki itu. Tak ada pilihan lain,  Akhirnya, Azyan mengalah dan memilih tidur di sofa. Azyan memeluk dirinya karena kedinginan, ia yang sudah terbiasa memeluk Baby Danish, merasa kehilangan, karena kehangatan dan aroma bayi itu telah diambil oleh Dennis. Azyan juga mengantuk dan capek sejujurnya, ia tak pernah berpengelaman mengasuh bayi, dan sekarang mengemban amanah yang sangat besar. 

Azyan sempat melihat Dennis yang tertidur dalam damai, seperti potret ayah dan anak, minus ibu. Tanpa sadar, Azyan menyungingkan senyum. 

Azyan menutup intu kamar, dan ia tertidur di sofa. Sambil berjaga-jaga, jika Baby Danish terbangun di tengah malam, minta makan, atau buang air. 

________________________

Mata Azyan begitu berat. Ia sampai bermimpi, sedang pergi ke pasar, membeli balon, dengan keadaan begitu ramai. 

"Zyan.." 

"Zyan.." 

"Zyan.." 

Azyan merasakan ada yang memanggil namanya di tengah keramaian pasar, tapi Azyan tak bisa merasakan itu siapa. 

"Zyan!" Kali ini lebih keras. Azyan langsung terbangun. Gadis merasakan, tangan Dennis masih berada di pipinya. Dengan mata yang berat, Azyan melihat Dennis yang berjongkok di depannya. 

"Jangan tidur di sofa." Azyan masih diam. Kesadarannya belum kembali. Kepala gadis itu terasa berdenyut. 

"Nih, makan dulu. Kamu harus banyak makan, nanti nggak ada makanan buat Danish." Dennis memberikan ayam goreng sekotak lengkap dengan nasi dan minuman. 

"A-bang makan." ujar Azyan gugup.

"Ya, saya juga lapar." Dennis ke belakang mencuci tangannya. Lelaki itu tersadar, sekitar jam 11. Karena perutnya melilit minta isi. Akhirnya, ia keluar dan membeli ayam goreng 24 jam, sekalian nasi dan airnya. 

Setelah Dennis mencuci tangan, Azyan bergilir mencuci tangannya di wastafel. 

Dennis mengeluarkan nasi, ia mengumpulkan dua nasi jadi satu, dan menumpuk beberapa potong ayam, dan sambal. Padahal Dennis akan melarang Azyan tak boleh makan sambal, kasian Danish harus sakit perut nanti. Sebagai orang pintar, harusnya Dennis tak menelan mentah-mentah mitos tersebut. Tapi, Dennis tak ingin, ada apa-apa yang terjadi pada Baby Danish. Azyan belum terlalu telaten mengurus anak. 

"I-ini makan berdua bang?" Dennis mengalihkan pandangannya pada Azyan. 

"Makan Zyan." perintah Dennis, tanpa menjawab pertanyaan gadis itu. 

Akhirnya, Azyan duduk di hadapan Dennis, duduk bersila dihalangi oleh meja, dan makan sepiring berdua. Sebenarnya Azyan merasa kurang nyaman, tapi ia melihat Dennis begitu santai, akhirnya ia ikut menikmati makanan tersebut. 

"Jangan colek-colek sambal." Cegat Dennis, ketika ingin mengambil sedikit sambal pada potongan ayam yang akan masuk ke mulut. 

"T-tapi." 

"Jangan bantah Zyan. Saya nggak mau, Danish sakit perut." Akhirnya dengan muka merah, Azyan memasukan nasi dan ayam dalam mulutnya, walau rasanya kurang nikmat karena tak ada sambal. 

Keduanya makan dalam diam, bahkan Dennis makan begitu lahap, begitupun Azyan. 

"Kamu ngantuk nggak, besok ke kampus?" Azyan dengan malu mengeleng. Dennis terus melanjutkan menggigit tulang ayam, dan menyingkirkan tulang-tulang. 

Ketika Dennis lengah, Azyan mencuri sambal sedikit-sedikit. 

"Saya lihat Zyan." Akhirnya Azyan dan Dennis tertawa bersama. Dennis yang terlalu overproctive, dan Azyan yang kepala batu. 

"Awas ya, kalau sakit perut." Keduanya tersenyum lugas tanpa beban. Seperti suami istri. 

Menyadari, keduanya terlewat akrab, bahkan bisa tertawa bersama, merupakan suatu kemajuan pesat. 

"Ehem." Dennis membersihkan tenggorokannya. Ia sudah lama tak pernah tertawa, namun karena hal sepeleh seperti itu saja ia bisa tertawa. Azyan hanya makan sambil senyum-senyum. 

Setelah selesai, keduanya duduk sebentar, dan melanjutkan tidur. 

"Tidur sama saya malam ini." tukas Dennis. Azyan tiba-tiba membatu, apa maksudnya? 

"Tidur di kamar Danish Azyan. Itu kan, kamar kamu." Azyan berlalu dan membereskan makanan mereka, dan mencuci tangannya. 

"Jangan takut, nggak saya apa-apain." Azyan berlonjak kaget, tiba-tiba Dennis sudah berdiri di pintu, pembatas antara ruang makan dan dapur. 

"I-iya bang." jawab Azyan gugup sambil mencuci tangannya. 

Azyan membereskan semuanya dan menunggu Dennis di sofa. Lelaki tinggi tegap itu mengelap tangannya dan melihat Azyan yang menunggu di sofa. 

"Ayo." ajak Dennis. Dengan gugup Azyan mengikut langkah kaki Dennis di belakang. 

"Saya tidur nggak bisa lampu terang." Dennis sudah berbaring. Azyan masih berdiri di tepi ranjang. 

"B-baby nggak bisa tidur gelap." Azyan sudah terbiasa lampu terang, karena ia akan repot jika Baby Danish terjaga tengah malam, dan harus bolak-balik menghidupkan lampu. 

"Yaudah." Dennis mengambil bantal dan menutup seluruh wajahnya. 

Dengan perlahan, Azyan naik ke atas ranjang luas yang terasa dingin. Baby Danish yang tidur di tengah tak terpengaruh sama sekali, dengan dua orang dewasa di sampingnya. 

Azyan tak bisa menutup matanya. Begitupun Dennis. Lelaki itu bolak-balik juga tak bisa tidur. Azyan hanya memandang Baby Danish, yang menyedot-nyedot bibirnya. Dan tangan kecilnya yang memakai sarung terlihat begitu lemah dan mengemaskan disaat bersamaan. 

Azyan menowel-nowel lembut pipi Danish. Berharap bayi itu terbangun, karena ia tak bisa seranjang bersama Dennis. Jantung Azyan berpacu lebih kerasa. Bukan ia suudzon pada Dennis yang akan memperkosanya, Azyan tahu, Dennis bukan lelaki seperti itu, tapi ia hanya merasa tak tenang. 

Tiba-tiba mata Azyan menangkap iris Dennis yang menatapnya. Azyan jadi bertingkah gugup. 

"Saya nggak bisa tidur." curhat Dennis. 

"I-iya." 

"Besok di kantor pasti ngantuk." Dennis menyugar rambutnya yang hitam legam. Azyan memperhatikan semua gerak-gerik lelaki itu. 

"Hah. Dia nggak sadar ya." puji Dennish memperhatikan Baby Danish. Tanpa sadar, Azyan juga tersenyum memperhatikan bagaimana bayi merah itu tertidur. 

Tangan Dennis dan Azyan sama-sama terulur membeli pipi Baby Danish sebelah kiri dan kanan. 

"Sebenarnya, dia lucu bangat. Seperti tak ada dosa sama sekali. Kenapa orang tuanya membuangnya?" 

Azyan hanya tersenyum. Ia tak punya alasan pasti untuk pertanyaan Dennis. 

"Tidak apa-apa dengan begini, abang bisa secepatnya cari istri." Dennis hanya terdiam. Entah kenapa, ia tak ingin ada kata istri di hidupnya Apa artinya hidup Dennis sudah nyaman dengan kehadiran Baby Danish dan Azyan? Entalah. Lelaki itu sendiri tak bisa menjawab isi hatinya. 

"Saya nggak pernah mikir nikah Zyan." Dennis menggaruk rambutnya. Cowok itu bangun dan duduk di ranjang. Azyan terus menopang kepalanya. 

"Kamu tahu kenapa?" tanya Dennis. Azyan menggeleng. Memangnya siapa yang tahu, lelaki itu tak mau menikah? Bahkan, bundanya saja tak tahu pasti, alasan Dennis tak pernah memikirkan pasangan. 

"Argh... mungkin suatu saat kamu akan tahu." Azyan hanya diam. Itu masalah pribadi Dennis, ia tak berhak tahu hidup lelaki itu. Tugasnya sekarang, menjadi nanny dan merawat Baby Danish sepenuh hati. 

Dennis tiba-tiba terdiam. Ia tak pernah seterbuka ini pada orang lain, bahkan bundanya sendiri. Apa artinya, Dennis nyaman bersama Azyan? Entalah, lelaki itu tak dapat menjawabnya. 

"Semuanya terasa rumit. Dan tak seorangpun yang mengerti dan tahu hal ini." Lagi-lagi Azyan diam dan memandang Baby Danish, sesekali, cewek itu melirik punggung tegap Dennis. Dan membiarkan perasaan asing terus menganggu dirinya. 

"M-mungkin ada saatnya abang berbagi, biar tak menyimpannya sendirian." 

"Benar." ujar Dennis membenarkan ucapan Azyan. Ia hanya perlu berbagi, pada orang yang bisa ia percaya dan membuatnya nyaman. Ia juga, tak mungkin terus dihantui oleh masa lalu. Keadaan yang seharusnya membuat ia hidup tenang, tanpa ada bayang-bayang masa lalu yang terus menganggu hidupnya. Tujuan utama Dennis sekarang adalah, membesarkan Baby Danish. Bahkan, sampai besar, Baby Danish harus tahu orang tua Danish, bukan bayi yang diadopsi dari panti asuhan. 

"Tidur?" Azyan mengeleng. Bahkan, matanya terasa segar sekarang. 

"Bahkan, jika Danish besar, dia akan tahu kamu ibunya." Perasaan bersalah dan sedih begelayut di dada Azyan. Demi apapun, gadis ini tak rela jika pada akhirnya ia harus berpisah dengan bayi megemaskan ini. Baby Danish berhak bahagia, dan ialah saksi pertumbuhan bayi ini sampai dewasa. Bahkan, Ayzan rela menjadi nanny Baby Azyan seumur hidup. Ia terlampui menyanyangi Baby Danish seperti anak sendiri, naluri keibuan muncul ketika melihat Baby Danish yang polos dan lemah. 

"S-saya akan tetap jadi Ibu Danish. Walau orang lain tahu, saya hanya pengasuh." Dennis mengangguk. Ia lega, akhirnya Azyan punya pemikiran yang sama dengannya. 

"Ya, Danish butuh kasih sayang dan perhatian." 

Azyan dan Dennis sama-sama terdiam. Tak menyangka, waktu begadang mereka dihabiskan dengan pillow talk semacam ini. Deeptalk penuh makna. Dan hanya, mereka yang tahu arti dari masing-masing perkataan tersebut. 

"Kamu nggak ngantuk?" 

"Nggak bang." Azyan menggigit bibirnya, ketika menyadari ia tak lagi gugup berinterkasi bersama Dennis. 

"Coba tutup mata." Azyan akhirnya menurut. Gadis menurunkan kepalanya di bantal bersampul kuning tersebut, dan menutup matanya. Tiba-tiba ia merasakan sebuh tangan besar menggengam tangannya jantung Azyan mau copot. Ia ingin berteriak minta tolong. Tapi tubuhnya seolah kaku, yang ia lakukan hanya merasakan tangan hangat itu menggengamnya. 

"Begini lebih baik?" tanya Dennis. Azyan hanya diam. Ia semakin merasakan, ketika tangan besar itu mengelus-elus lembut tangannya. Bahkan, Azyan mengintip sedikit apa yang dilakukan lelaki itu. 

Azyan bisa melihat, Dennis yang memeriksa kuku-kuku jarinya. Bersyukur, ia sudah memotong kuku kemarin, jika tidak, ia yakin, lelaki itu akan menegurnya jorok. 

"Saya harap, kamu bisa jadi Ibu Danish selamanya." 

Cup! 

Dennis mengecup tangan Azyan. Gadis itu langsung melotot. Dan berharap, Baby Danish tak bangun dan melihat adegan tak senonoh di depannya. 

"Goodnight Mommy Danish." ucapan itu mengalun merdu di telinga Azyan. Membuat kerja jantung gadis itu tak sehat, bahkan mau meloncat dari sarangnya. Perlakuan Dennis yang tiba-tiba dan tak diduga, membuat Azyan selalu was-was. 

Ucapan goodnight bukannya membuat Azyan tertidur, nyatanya gadis itu tak bisa tidur sampai pagi, karena perlukan Dennis yang tiba-tiba. 

Dan Azyan menantikan perlakukan ajaib Dennis yang lain. Sangat! 

_________________________

We come to the chapter 2. Hope you guys, enjoy the story. Don't forget to rate this story with 5 stars. 

See you :*

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yanti D
Hahaha Sist, this is Mis Rose?
goodnovel comment avatar
Intan S Durand
aku pun deg deg serr🥰🥰🥰
goodnovel comment avatar
intan wahyuningrum
Bagus ceritanya... semangat thor...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status