Familier.
Dennis semakin menelan salivanya. Lelaki itu merasa dalam hidupnya, tak pernah berciuman dengan siapapun. Tapi, ia merasa seperti sudah pernah berciuman sebelumnya. Dengan siapakah? Mustahil, jika ia pernah berciuman dengan Azyan, padahal mereka baru kenal satu bulan terakhir.
Dennis memiringkan wajahnya, meraup apa yang ada dalam mulut Azyan yang bisa ia sedot. Laki-laki itu meremas rambut tebal Azyan. Ia suka rambut Azyan.
"Em..." tanpa sadar Azyan mendesah. Ciuman ini membuatnya mabuk. Gadis polos dan pemalu dan tak melekat pada dirinya, Azyan menyambut ciuman dengan rakus. Gadis itu menutup matanya, membiarkan perasaannya makin mengakar. Walau tak ada yang tahu bagaimana perasaan Azyan pada Dennis.
Keduanya tak ingin ada hari esok.
"Sorry." Azyan masih menunduk, ia tak berani menatap Dennis. Demi apa, ia terbawa perasaan membalas ciuman Dennis. Walau Dennis yang memulai, harusnya
Kedekatan Dennis dan Azyan sangat intens. Bahkan, tak ada rasa canggung di antara keduanya. Keduanya saling bertukar peran mengurus Baby Danish. Bayi berumur empat bulan, yang sedang belajar duduk. Semakin hari, Azyan dan Dennis semakin gemas dengan pertumbuhan bayi gendut tersebut.Seperti sekarang. Azyan sedang berjongkok, dengan Dennis yang berusaha menundukan Baby Danish walau bayi itu terjatuh lagi. Keduanya terus tertawa, ketika bayi merah itu hanya bisa mengikuti permintaan aneh-aneh orang dewasa yang sangat menyayanginya.Sekarang, Baby Danish sedang Dennis dudukan di sofa empuk dengan banyak bantal lembut yang mengelilinginya."Ahahaha nggak kuat, gendut bangat sih soalnya." Azyan menertawakan bayi merah yang membuat hari-harinya tak pernah sepi."Iya gendut." wajah Azyan memerah. Semakin hari, ia melihat Dennis semakin tampan. Terbesit rasa untuk memiliki lelaki itu begitu kuat. Tapi Azyan sadar, dir
"Selamat pagi bini." entah dari mana, Darris sudah berlari dan memintir leher Azyan. Bodohnya, Darris baru sadar kalau Azyan bukan kembarannya dan melihat abangnya yang melihatnya dengan melotot, siap melahap adiknya."Kebiasaan tuh tangan. Saya bilang bunda, jadi setahun nggak dapat duit!" ancam Dennis."Sorry, gue anak bontot, anak kesayangan mana bisa dihukum lama. Bunda mana tega." ujar Darris songong."Aduh..." cowok itu mengadu kesakitan, ketika kembarannya, sudah menendang masa depannya. Ilene menendang senjata Darris. Membuat cowok itu memegang miliknya. Azyan hanya ingin tertawa atau menangis melihat Darris yang kesakitan. Azyan melirik Dennis, laki-laki yang memakai topi warna hitam tersebut hanya diam dan memandang adiknya datar, tak ada ekspresi. Dan Darris berjalan terseok-seok menuju fakultasnya.Azyan mendekat ke arah Baby Danish yang membuka matanya. Bocah itu tak perlu digendong, ia punya baby
Cara Membuat Pria Bertekuk Lutut Tanpa Mengandalkan Fisik.1. Cerdas2. Independen3. Terorganisir4. AnggunAzyan merasa, sudah mengantongi 3 syarat di atas. Ia hanya perlu jadi yang terakhir, agar misinya berhasil, membuat Dennis bertekuk lutut. Karena baginya, ia bukan wanita anggun. Demi rencananya, Azyan harus menemui Alena. Ya, modus untuk melihat, seperti apa wanita anggun itu.Jadi, hari ini Azyan akan mengikuti Dennis berkencan. Menjadi seorang nanny, demi misinya, karena ia akan menjadi mommy seutuhnya untuk Danish, bukan lagi nanny. Walau orang lain mengenalnya sebagai nanny, bagi Azyan Danish anaknya, putra kandungnya. Karena ia yang memberi ASI, dan mengurus dengan tangannya sendiri, jadi Danish miliknya, bukan wanita lain. Kegoisannya sebagai ibu terusik, ketika anak semata wayangnya akan diambil orang. Dan ketika Danish besar akan mengenal Alena sebagai ibunya, bukan Azyan, padahal gadis itu yang meraw
Tak! Tak! Taaaakkkkkkkk....."Aduh..." ringis Azyan, baru tiga langkah ia sudah jatuh duluan, bahkan tali sepatu hampir putus."Nasib baik saya yang gendong Danish." omel Dennis mengulurkan tangannya, menarik Azyan yang terjatuh. Gadis itu hanya mengerucutkan bibirnya. Padahal, Azyan melakukan semua itu demi Dennis. Karena melihat bagaimana Alena dan Ilana memakai heels tinggi yang mengema, Azyan melebarkan sayapnya. Gadis itu diam-diam membeli heels, sebagai pemula Azyan membeli yang 8 cm, gadis itu belum berani menyentuh yang 12 cm. Tapi, baru tiga langkah, ia sudah jatuh.Hari ini Azyan memakai dress kembang-kembang motif bunga, agar ia terlihat seperti wanita sungguhan. Rambutnya ia gerai, dan memakai sedikit jepit rambut sebagai pemanis di rambut hitamnya.Walau sudah berdiri, Azyan oleng lagi. Beruntung, Dennis masih memegang tangannya."Buang aja sepatunya." Azyan diam-diam mengerutu, ta
Makhluk mengemaskan. Jika bagi orang lain, makhluk paling mengemaskan itu kucing, bagi Azyan tetap anak semata wayangnya. Apalagi Danish yang perlahan bisa menyeimbangkan tubuhnya, sehingga bisa duduk. Bahkan, yang membuat Azyan makin geram, bayi itu sudah tumbuh gigi, yang membuatnya makin mengemaskan di mata semua orang. Bahkan kalau tak ingat Danish bernyawa, Azyan akan mencium bayi itu sampai lemas.Azyan membiarkan Danish menggigit apa yang ada di sekitarnya, karena gigi bayi itu sedang gatal karena proses tumbuh. Azyan sedang membereskan kamarnya, melihat bayinya semangatnya terus berkobar untuk belajar, bekerja. Semua karena Danish. Azyan bersyukur bayi ini masuk dalam kehidupannya.Azyan hanya mendudukan bayinya, dengan banyak bantal di sekelilingnya. Agar, Danish aman jika terjatuh.Azyan sedang melipat pakaiannya, dan merapikannya, menata kembali kamarnya, walau bagi orang lain, kamarnya rapi. Azyan tak suka meli
"Eum..." Azyan hanya bisa melenguh, ketika tanpa ampun Dennis melumat bibirnya. Padahal, posisi gadis itu sedang mengendong Danish. Azyan sedang di dapur ingin membuatkan susu untuk dirinya sendiri, ketika ia sedang sibuk. Dennis malah memberinya gendongan Danish, Azyan hanya menurut, tanpa tahu kalau Dennis tiba-tiba menciumnya tanpa ampun. Padahal, ada Danish di antara mereka. Mata bayi tak berdosa itu terbuka lebar.Dennis menyedot habis bibir Azyan. Ia seperti lapar dan haus akan bibir mungil tersebut. Bibir yang kalau dikerucutkan, akan berbentuk hati."Eumm..." Dennis juga masih mengeluh. Tak peduli, jika kehabisan napas sekarang. Mereka tak sadar, jika Danish terjepit di antara mereka. Dengan bayi itu mulai merasa sesak, dan bergerak gelisah, walau Azyan maupun Dennis tak sadar.Dennis semakin memiringkan wajahnya, dan memainkan rambut tebal hitam Azyan dan menciumnya dari berbagai posisi. Dennis mengabsen semua gigi kelinci Azyan. Gadis manis yang takkan bosan dipandang."Ahhhh
"Adek tunggu abang. Pokoknya jangan masuk dulu, sebelum abang datang. Ini penantian kita selama ini." lelaki itu terkekeh, masih melihat seorang wanita cantik di layar ponselnya, ia tersenyum begitu manis."Cepat abang..." suara rengekan di ujung telpon."Pokoknya tunggu abang. Iya, abang ngerti sayang.""Lima menit, abang tak sampe adek merajuk." lelaki itu hanya menggeleng sambil menatap layar ponselnya.Braaaaakkkk!!!!Bunyi kaca pecah bersahut-sahutan, dan suara seperti bom meledak, dan teriakan orang-orang di sekitarnya, membuat Dennis tak bisa tenang. Tubuh lelaki itu bergerak gelisah."Adek... adek.. jangan!" teriak Dennis."Zyan!" lelaki itu tersadar. Dennis terbangun, keringat membanjiri seluruh tubuhnya. Laki-laki itu mengucek matanya. Pukul empat subuh, ia bermimpi buruk. Seolah, sebuah memori kepingan puzle yang berantakan, dan tak bisa i
"Zyan...""Zyan...""Zyan. Keluarlah, dua hari kamu nggak mau keluar. Saya nggak marah, malah saya senang dan bersyukur, identitas Danish jelas. Kamu harus makan, kasian Danish. Jangan hukum diri kamu, apalagi Danish. Tak ada yang marah sama kamu."Berjam-jam, Dennis berdiri di pintu warna gading depan kamar Azyan. Sejak insiden pengakuan itu, Azyan mengunci dirinya. Bahkan, Azyan tak pergi kuliah. Yang membuat Dennis khawatir adalah, Azyan tak makan membuat rasa khawatir Dennis meningkat. Bagaimana Danish makannya? Jika Azyan saja mogok makan."Zyan... kasian Danish. Kamu juga. Tidak ada yang menjudge kamu. Bahkan, bunda dengan senang hati dengarnya. Teman-teman kamu juga. Macam Ai atau Darris, saya kenal betul mereka. Mulutnya aja macam ban bocor, tapi mereka tak sembarang judge orang.""Ayo Zyan." Dennis sudah pada tahap menyerah membujuk Azyan. Gadis itu lebih keras kepala dari siapapu