Share

Chapter 5

Seminggu telah berlalu, mereka kini sampai di Hutan Sanre yang merupakan bagian wilayah Kerajaan Miore. Kerajaan Miore berada paling ujung Benua Ecentra, dengan laut sebagai pemisah dengan Benua Husberg.

Hutan Sanre lebih terlihat begitu rimbun dari hutan lainnya yang berada di wilayah Kerajaan Miore. Untuk mencapai pelabuhan mereka harus melalui Hutan Sanre sebagai jalan alternatif dan tercepat. Selain itu, Lucien dapat merasakan seseorang yang ia cari di dalam hutan tersebut.

"Apa Anda yakin?" tanya Evrard yang sedang menggendong tubuh Lucy.

"Ya, tetapi yang menjadi masalah adalah sifatnya yang menyebalkan," jawab Lucien sambil menyandarkan tubuhnya di pohon besar.

"Amelia pasti akan langsung senang melihat Anda," jawab Evrard.

"Ck, aku tidak terbiasa dengan tingkahnya," jawab Lucien yang langsung memasuki hutan.

"Amelia?" tanya Lucy pada Evrard.

"Amelia adalah salah satu pelayan pribadi Lord Lucien, Master. Tetapi karena tingkahnya yang seperti anak kecil, Lord Lucien jarang memerintahkan sesuatu pada Amelia. Meski begitu ia adalah salah satu dari Jendral milik Lord Lucien," terang Evrard yang juga memasuki hutan mengikuti langkah Lucien.

Lucy memandang sekitarnya, begitu banyak mana yang kini masuk ke dalam tubuhnya. Lucy benar-benar dicintai mana, meski Lucien dan Evrard memakan mana-nya, mana dalam tubuhnya seakan tidak pernah habis.

Semakin dalam mereka memasuki hutan, semakin gelap karena cahaya matahari yang terhalang oleh dedaunan. Evrard semakin memeluk Lucy saat terdengar suara tawa kecil milik seorang gadis dari dalam hutan.

"Ck, dia ingin bermain-main rupanya," gerutu Lucien sambil menghentakan kaki kanannya.

Seketika terasa getaran di tanah dan membuat hewan-hewan di dalam hutan berlarian. Tiba-tiba bayangan hitam besar terlihat dan mulai menyerang Lucien. Lucien melompat tinggi menghindari serangan yang mendadak dan mampu menumbangkan pohon besar di dekatnya.

Debummm

Satu pohon tumbang dan kini terlihat sosok besar yang menyerang Lucien. Lucy mengerutkan kedua alisnya.

"Kelinci?" Lucy menatap bingung monster besar apa yang telah menyerang Lucien.

"Amelia!" panggil Evrard saat melihat siluet seorang gadis dalam hutan.

Monster besar itu kembali memasuki gelapnya hutan dengan cepatnya. Sedangkan Evrard mulai waspada, karena kemungkinan besar Esmelth bernama Amelia itu akan mengincarnya.

"Di sana." Tunjuk Lucy dengan tangan kanannya ke arah Lucien.

"Anda dapat melihatnya?" tanya Evrard dan Lucy mengangguk sambil tersenyum.

"Lompat yang tinggi," ujar Lucy, Evrard dengan refleks yang cepat mengikuti perintah Lucy.

Dan benar saja, monster besar tadi tengah menyerang Evrard dari belakang dengan kecepatan tinggi. Evrard baru mengetahui jika insting masternya begitu tinggi.

"Lucien, api!" teriak Lucy.

Lucien yang mendengar itu langsung saja membakar sekitarnya, dan dengan cepat merambat hingga terdengar suara gadis yang merintih karena rambutnya terbakar.

"Aw, rambutku!" teriak seorang gadis.

"Evrard, air!" Evrard mengerti dan langsung saja menghentakan tangannya hingga air keluar dari tanah dan menghentikan api yang mulai membakar sekitarnya.

Evrard mengerjapkan kedua matanya, gadis kecil yang menjadi masternya itu benar-benar di luar dugaan. Bahkan ia bisa memerintah Lucien dengan sekali ucapan.

"Lucy, ini kedua kalinya kau memerintahku!" gerutu Lucien sambil mencebik tidak suka.

"Maaf, aku tidak sengaja," jawab Lucy sambil tertawa kecil.

"Amelia!" teriak Lucien pada akhirnya, ia tidak suka jika Lucy terluka meski jendral miliknya sendiri tidak sengaja melakukannya.

"Ugh, Lord Varoksya." Seorang gadis bersurai emas keluar dari gelapnya hutan dan langsung memeluk tubuh Lucien.

"Lepaskan pelukanmu, Amelia!" jawab Lucien sambil menjauhkan wajah gadis itu dari tubuhnya.

"Aku merindukanmu, huhuhu." Gadis itu melepas pelukannya dan menangis di hadapan Lucien.

"Lucien," panggil Lucy yang merentangkan kedua tangan ke arahnya.

Lucien langsung saja mendekat dan menggendong Lucy. Ia tidak nyaman jika Lucy berada dipelukan orang lain selain dirinya.

"Lord Varoksya, siapa Magia itu?" tanya Amelia yang terlihat cemburu dengan kedekatan Lucien dan Lucy.

"Panggil beliau Lord Lucien, itu adalah nama baru yang diberikan Master Lucy," ujar Evrard yang berdiri di sebelah Lucien.

Gadis Esmelth itu langsung saja membulatkan kedua matanya. Pria kaku di hadapannya itu adalah Romario, salah satu dari Jendral berdarah dingin milik Lord Varoksya yang kini dipanggil Evrard.

"Tunggu, kau bilang master? Apa kini kau memiliki master? Siapa Magia yang mampu menjadikanmu Esmelth miliknya?" tanya gadis esmelth itu.

Evrard dan Lucien saling bertukar pandang, setelah itu mereka berdua langsung menunjuk Lucy secara bersamaan.

"Bukan hanya diriku, Lord Lucien pun kini memiliki master, dan Master Lucy adalah master Lord Lucien. Dan untuk namaku, kau bisa memanggilku Evrard," jawab Evrard dan gadis Esmelth itu kini menatap Lucy dengan tatapan tidak percaya.

"Syukurlah, kini Anda memiliki master, Lord Lucien," kata Amelia sambil berkaca-kaca.

Ia kembali mengingat betapa sedihnya Lucien di masa lalu karena tidak ada yang mampu menjadi master untuknya. Dan karena hal itu pun Lucien hilang kendali karena kekuatannya yang tidak bisa dikontrol oleh Magia mana pun.

"Amelia, perkenalkan dia adalah Lucy. Ia adalah masterku, dan ia pun yang membuka segel tubuhku di Hutan Lugia," terang Lucien dengan tenangnya.

"Dan Lucy, dia adalah Amelia. Jenderal sekaligus pelayan pribadiku," lanjut Lucien sambil melihat reaksi Lucy yang hanya tersenyum senang menatap Amelia.

Lucien sama sekali tidak bisa menebak apa yang Lucy pikirkan. Meski sudah dua tahun lebih mengenal Lucy, ia tetap tidak bisa menebak apa yang gadis itu rasakan. Akhirnya Lucien memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Amelia. Gadis Esmelth itu langsung menangis setelah Lucien menyeselaikan ceritanya.

Hari sudah mulai gelap, tentunya pelabuhan pun sudah ditutup. Karena itu mereka pun memilih menetap di dalam hutan. Seperti biasa, Lucien menutup tubuhnya dan Lucy dengan satu sayap miliknya. Sedangkan Amelia, gadis Esmetlh itu tidak berhenti menangis. Evrard yang jengah karena suara tangis Amelia memilih memantau sekitar hutan.

"Romario," panggil Amelia dan tentunya Evrard tidak akan menoleh.

"Evrard." Kini gadis esmelth itu memanggil nama baru teman lamanya itu.

Evrard sedikit menoleh dengan enggan, ia tidak terlalu suka dekat dengan Amelia sejak dulu. Gadis itu lebih berisik daripada anak kecil yang ketakutan melihat wajahnya yang dingin.

"Ke mana tujuan kalian?" tanya Amelia.

"Mengumpulkan semua Jendral milik Lord Lucien. Setelahnya aku tidak tahu," jawab Evrard kini tanpa menoleh.

"Berarti aku boleh ikut?" tanya Amelia penuh harap.

"Kau harus ikut untuk menjaga Master Lucy, Master masih berusia muda. Dan saat ini ia menjadi buronan Kerajaan Xeravine, kita harus melindunginya," jawab Evrard dan Amelia terlihat begitu antusias.

Evrard kembali menatap sekitarnya, sebenarnya ia tidak perlu berjaga karena hutan itu dikuasai oleh Amelia. Tetapi dengan sifat santai gadis Esmelth itu, ia tidak yakin bisa menjamin Lucien dan Lucy tidur dengan tenang.

"Apa kau tidak lelah berjaga seperti itu terus, Evrard?" tanya Amelia sambil memanggil pet miliknya.

"Aku belum pernah merasa lelah selama hidupku kecuali saat perang terakhir saat Lord Lucien tersegel karena Esmelth itu."

"Maksudmu Lord Velianra, adik Lord Lucien?"

"Jangan sebut nama itu, Lord Lucien sangat membencinya."

"Tentu saja Lord Lucien sangat membencinya, karena dirinya-lah yang membuat Lord Lucien tersegel selama ratusan tahun," jawab Amelia sambil merentangkan kedua tangannya melihat pet miliknya yang bertubuh besar itu datang.

"Suatu saat nanti kita akan membalasnya untuk Lord Lucien," lanjut Amelia.

"Aku tidak tahu, selama Master tidak memerintahkannya maka aku tidak bisa melakukannya," jawab Evrard.

"Gadis kecil itu mengapa bisa memiliki mana yang sangat besar? Terlebih lagi, kalian berdua bisa menjadi Esmelth miliknya," tanya Amelia yang kini baru menyadari jika Lucy dapat melakukan perjanjian dengan 2 Esmelth sekaligus.

"Aku tidak tahu, Hellson yang paling mengetahui sejarah Esmelth daripada diriku ataupun Lord Lucien," jawab Evrard sambil menatap bosan kelinci besar di hadapannya.

"Hellson, aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Aku tidak dapat merasakan kekuatan miliknya sama sekali," gumam Amelia sambil menunduk sedih.

"Terakhir kali kita melihatnya, ia berada di tangan Lord Velianra," lanjut Amelia dan Evrard hanya bisa menahan perasaannya yang mulai berkecamuk.

Di antara beberapa Jendral, Hellson adalah Esmelth yang paling dekat dengan Lucien. Lucien sudah menganggapnya sebagai adik keduanya setelah Velianra. Meski Lucien lebih terlihat sering bertengkar dengan Hellson, tetapi sesungguhnya mereka hanya bercanda.

Pagi pun tiba, Amelia mengantar Lucy untuk membersihkan tubuh gadis kecil itu di danau dekat tempat mereka bermalam. Tidak hanya Evrard yang terkejut, Amelia pun kini menangis setelah melihat tubuh Lucy. Bekas luka yang tidak akan hilang itu membuat Amelia begitu sedih melihat Lucy.

"Mengapa kalian melihat luka di punggungku seperti itu?" tanya Lucy menatap ketiga Esmelth di hadapannya.

"Karena itu mengerikan, bagaimama bisa mereka menyiksamu sampai sekejam itu? Seharusnya kau hidup dengan damai dan bermain dengan anak kecil lainnya yang seusia dengan dirimu," jawab Amelia yang masih saja terus menangis.

Lucy terdiam, gadis kecil itu menunduk lalu kembali memamerkan senyum indahnya.

"Terima kasih karena kalian mengkhawatirkan diriku, selama ini hanya kakakku saja yang mengkhawatirkan diriku karena luka itu," jawab Lucy yang langsung mulai memasak untuk dirinya sendiri.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" Pertanyaan Amelia membuat Lucy menghentikan aktivitasnya.

"Kalian tidak akan sanggup membayangkannya," jawab Lucy yang langsung kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Evrard, apa ia benar-benar anak kecil? Entah mengapa aku merasakan jika jiwanya seperti orang dewasa," bisik Amelia.

"Perhatikan cara bicaramu pada Lucy, Amelia," tegur Lucien yang sedari tadi hanya diam.

"Maafkan aku, Lord Lucien," jawab Amelia sambil memutar bola matanya jengah.

"Lucy, setelah makan buatlah kontrak dengan Amelia. Apa kau bisa?" ujar Lucien lembut sambil mengelus kepala Lucy.

"Aku akan mencobanya," jawab Lucy sambil tersenyum lebar.

"Good girl," jawab Lucien.

"Aku baru menyadari jika Lord Lucien sangat akrab dengan Master," bisik Amelia pada Evrard.

"Kau akan memgetahuinya jika sudah tinggal bersama dengan mereka," jawab Evrard dengan bisikan.

"Apa kau yakin Master Lucy bisa membuat kontrak denganku?"

"Kita lihat saja, sejauh mana Master dapat membuat kontrak dengan para Esmelth," jawab Evrard dan Amelia menatap tidak yakin dengan gadis Magia itu.

Setelah Lucy menyelesaikan sarapannya, gadis kecil itu langsung saja mencoba membuat kontrak dengan Amelia. Cahaya terang membuat dalam tubuh gadis Esmelth itu dan seketika wujudnya telah berubah.

"Dengan ini kau menjadi Esmelthku, dan namamu adalah Alice."

        

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status