Share

Dua pria

"Ah, sial!" Lia mencoba menyalakan scooternya dan tak bisa. Dia terlihat kesal dan melepaskan helm. Lia menepikan scooternya dan menyetop taksi.

"Uang ekstra tak terduga lagi!" kesal Lia.

Baru Hari pertama kerja tapi sepertinya Lia akan terlambat.

"Aku harus buru-buru atau pekerjaanku akan gagal!" Rok yang dikenakan Lia cukup mengganggu penampilannya. Sialan seragam ini! Belum lagi heel, oh Tuhan semua serasa menyiksa. Lia mencoba menenangkan diri

Lia tinggal di pinggiran kota dan lumayan cukup jauh, akan memakan waktu untuk menjangkau lokasi pub di pusat kota 

"Bagaimanapun juga, aku harus bekerja dan aku tidak boleh kehilangan pekerjaan ku! aku membutuhkan banyak uang. Aku ingin kuliah, mengobati bibi, menjenguk mama dan melakukan banyak hal!" Lia mengepalkan tangan, mengumpulkan semangatnya. Untuk pertama kali dia akan menjadi pelayan di bar malam ini, tawaran upah lumayan membuat Lia tergiur.

Triiing!

Lia menatap ponselnya. Dan itu panggilan dari Lexi.

"Halo Lexi. Kenapa kau menghubungiku Aku sedang-- Bekerja!" Lia segera berlari menuju loker sesuai nomer yang tertera di name tag nya, dia mendorong masuk tas bawaanya, mengunci loker dan berlari, bergabung dengan karyawan baru yang sedang diberi pengarahan. Kepala training menatap Lia dengan sudut matanya, gadis itu terlihat gugup, tapi dia bergabung juga di barisan belakang. Sekali lagi ponselnya berdering dan Lia segera menekan tombol menolak.

"Baiklah, malam ini ada event, pengunjung cukup ramai, tugas kalian melayani semua orang!" Ujar pembina menyudahi wejangan panjangnya. Mereka semua bersiap, segera berhambur dan bergabung di meja meja tamu.

Lia melirik layar ponselnya, lagi!

"Halo Lia. Aku memanggilmu bukan karena iseng, sebenarnya  ada hal yang ingin aku bicarakan!"

"Bisakah kau menunggu saat kita di rumah, aku sedang bekerja!" Ketus Lia, dia mulai mengambil lap dan membersihkan meja. Seorang tamu menumpahkan minuman. Rok mini Lia menyingkap paha mulusnya. Membuat mata pria enggan berpaling. Lia merasa perasaanya tak enak. Gadis itu mengatur posisinya. Dia tak bisa menyamakan pekerjaan di bar dengan di mini market, seragam mereka tidak sama. Kali ini Lia mengelap dengan hati hati dan mengatur gerakan.

"Ayolah Lia, aku minta waktumu sebentar saja!" Bujuk Lexi

"Apa kau bisa menangani meja nomor dua!" Lia mengangguk mendengar permintaan kepala bagiannya.

"Aku sedang sibuk sekarang!" Dengus lia. Lexi tak menyerah.

"Aku butuh pelayan disini! Sebentar saja!" Pinta Lexi memaksa

"Kau bisa panggil pelayan lainnya!" 

"Ayolah dia meminta mu!"

"Ya ampun Lexi, bisakah kau tidak menyusahkan ku sehari saja!"

"Cepatlah, tamumu sudah menunggu di ruang VIP!"

"Aku tak bisa masuk kesana! Mereka memiliki pelayan berbeda!" Sungut Lia kesal

"Tidak, dia akan menemuimu, sebentar saja!"

"Ya Ya Ya baiklah!" Lexi tak akan menyerah jadi biar Lia saja yang menyerah. Dia akhirnya mengiyakan permintaan Lexi.

Lia mencari tatap sekeliling, dia mencari meja yang dimaksud Lexi. Suasana malam ini begitu ramai dan gempita. Di mana si pria itu? Batin Lia kian kesal. Gadis itu mencoba melangkah sambil mencari cari, dia tak bisa bwrlama lama, dia harus membantu pesanan minuman tamu

DUK!!

Lia menabrak seseorang hingga bokongnya mencium lantai

Pria berkulit Tan dengan rambut tersisir rapi ke belakang. Sorot matanya tajam, bola matanya berwarna coklat kopi. Dia memakai kaos putih tak dengan model turtle neck. Dan jas abu-abu.

"ah maaf aku tidak memperhatikan jalanku" Lia membungkuk sopan. Pria itu tersenyum

Tabrakan yang cukup keras, membuat Lia merasakan pundaknya sedikit nyeri, dan dia tanpa sadar menjatuhkan ponselnya yang masih terpasang headset. Benda itu jatuh dari saku roknya.

"Maafkan aku. Aku mau minta maaf.." ulang Lia menyesal

"Aku yang harusnya minta maaf" ujar pria yang memiliki suara berat tapi terdengar renyah di telinga.

"Apa kau baik baik saja?"

"Ya aku tidak apa-apa, maaf aku tadi tidak memperhatikan jalanku, baiklah aku akan pergi. Tapi sebelumnya. Bisakah kamu membantuku berdiri?" Ujar Lia mengulurkan tangan. Pria itu tertawa kecil, dia menarik tangan Lia. Membantu gadis itu berdiri.

"Apa kau terluka?" Lia menggeleng, gadis itu menatap telapak tangannya. Pria itu menyentuh kulit telapak tangan Lia. Seperti aliran listrik menyentuh tubuh gadis itu. Sesuatu yang misterius, sesuatu yang berbeda dia rasakan. Itu adalah kesan pertama mereka. Mata mereka bertemu ketika pria itu berusaha menarik tubuh gadis itu untuk bangkit. 

"aku tidak terluka dan terima kasih kau sudah membantuku berdiri" ujar Lia enggan berpisah tapi dia harus mencari sepupunya Lexi.

"Tunggu!" Suara pria itu mengejutkan diantara bingar bingar musik dan DJ.

"sepertinya aku menjatuhkan ponselmu" ujarnya sambil meraih benda di lantai.

Lia memeriksa kantongnya, dan benar saja, sepertinya benda itu memang miliknya. Pria itu memperhatikan handphone Lia, gadis itu mengulurkan tangan hendak mengambil kembali ponselnya, tapi si pria seperti menolak. 

"Layarnya retak seribu" Lia membulatkan mata, dia merebut ponselnya dan terkejut.

"Kau benar sekali!" Lia terlihat kecewa.

"Ya, itu buruk sekali. Aku harusnya membelikan ponsel baru untukmu, atau setidaknya aku akan membetulkan ponselmu itu!"

"Oh tidak perlu, tidak perlu, kau tidak perlu bersusah payah melakukan itu-- itu kan tadi kesalahanku. Aku harus kembali bekerja!" Ujar Lia canggung. Tapi pria itu juga keras kepala sama seperti Lexi. Kenapa Lia dikelilingi pria seperti ini sih

"Hei aku sungguh-sungguh merasa menyesal"  Dia menarik lengan Lia

Gadis itu tersenyum meski dia terhenyak, dia menoleh dan mendapati wajah pria itu begitu dekat dengan wajahnya. Tampan!

"Ah maaf" pria itu segera melepas genggamannya

"Sudahlah, tidak apa apa" lia tersenyum. Dia menyimpan kembali ponselnya. Kali ini diaeyakinkan jika kabel headset sudah rapi ikut masuk ke dalam sakunya.

Lia berjalan mundur dan membalas senyuman pria itu, dengan canggung dia melambaikan tangan, wajahnya tersipu malu.

"Apa yang sedang kau pikirkan sih. Aku harus bekerja dengan baik!" Lia membuang pikirannya tentang pria tampan tadi

pria itu masih memperhatikan gerak-gerik Lia dari kejauhan, tanpa gadis itu sadari. Lia mulai sibuk melayani tamu di depan sana. Dan pria itu sepertinya dia tertarik dengan Lia.

Lia merasa seseorang memperhatikan gerak-geriknya. Rasanya tidak enak. Dia tidak tahu pasti dimana arah mata itu,  atau hanya perasaannya saja.

"Apakah pria tampan tadi?" Lia menggeleng "Ah tidak mungkin!" Ujarnya kembali bekerja.

"Lia!! Lihat disini!" Lexi melambaikan tangannya. Pria itu sedang duduk bersama dengan tiga orang teman lelakinya

"Hah gerombolan anak kurang kerjaan itu!" Dengus lia bertolak pinggang. Lia menggaris senyum dan berniat meninggalkan meja yang sudah dia bersihkan. Lia menghampiri meja Lexi.

"Apa kau yang meminta aku melayani teman-temanmu! ayolah Lexi, aku bisa kena tegur!" Gumam Lia kesal. Lexi malah tersenyum. Dan teman temannya menyapa Lia sok kenal sok dekat.

"Tenanglah Lia, bukan itu!" Balas Lexi cepat

"Sini!" Lexi membisikkan sesuatu

"Apa kau lihat ke arah dalam sana ruang VIP? kau lihat seorang pria di sana!" Liia menyipitkan matanya mempertajam siapa sih sosok yang dimaksud Lexi.

Lia terlihat berpikir

"Apa kau ingat dengan pria tempo hari, pria yang di minimarket, ah bukan maksudku pemuda tampan yang di cafe?"

Lia bercak kesal dan bertolak pinggang

"Lalu?" ujarnya ketus

"Bisakah kau memberikan minuman ini padanya?" pintar Lexi dengan sorot mata memaksa.

"Kenapa tidak kau berikan saja sendiri!" Lia kesal

"Ayolah Lia, kau kan pelayan di sini!" Apa katamu! Lia kehilangan kata kata

"Tapi aku tidak untuk melayani dirimu, kau menyebalkan sekali!" 

"Ayolah!" bujuk Lexi tak menyerah

Gadis itu segera merampas gelas di tangan Lexi.

"Baiklah hanya kali ini saja dan jangan lakukan lagi! untuk teman-temanmu ini, berhentilah menatapku seperti itu. Kalian seperti lalat di atas kue!" Hardik Lia marah

"Dan kau kuenya!!"

"Seandainya kami bisa mencicipi kue itu!"

"Hai teman-teman jaga kalimat kalian!" Lexi memasang wajah tegas.

"Ya setidaknya ada kebaikan sedikit di dalam dirimu!"

Lia meninggalkan meja Lexi

kenapa dia harus terlibat dengan mereka-mereka itu sih, malas sekali rasanya

Ruang dengan pembatas kaca di lantai atas. Mereka memiliki beberapa minuman khusus, pelayan khusus dan gadis gadis ekstra, kenapa Lia harus repot repot ambil bagian disini, Lexi sungguh menyebalkan! Gadis itu masih saja mengumpat dalam hati. Lia mendorong pintu dan mendapati meja pria yang dimaksud Lexi.

"Permisi"

Lia menghampiri Max, pria itu memasang senyum lebar

"Ini untukmu dari pria di sebelah sana!" Liia menunjuk Lexi. Max mengangkat gelasnya, sedikit mencicipi minuman yang diberikan Lexi. Dia melemparkan senyum ke arah Lexi dan mengangkat tangan membalas sapaan Max. Seperti mengucapkan kata thank you atau halo

"Oh ya apa kalau ada waktu?" Max bertanya pada Lia

"Maaf sekali aku sedang bekerja, panggil aku jika kau butuh sesuatu!" Ujar Lia segera beranjak dan akan meninggalkan ruang khusus tamunya ini.

"Tunggu sebentar!" Pinta Max

"Baik sir, apa ada hal penting yang bisa aku lakukan untukmu?" Suara Lia berpura pura ramah, sama seperti senyumannya.

"Maukah kau menemaniku malam ini?" Lia mengerutkan dahi

"Ayolah. Kau pikir aku ini wanita seperti apa sih, jangan kau samakan aku dengan pria di seberang sana!" Lia menunjuk Lexi yang tersenyum.lebar seperti keledai bodoh. "Aku tak semurahan dia! Kau bisa memilih wanita lain, karena aku bukan Ani Ani!" Tegas Lia.

"Aku tidak menganggapmu seperti itu, aku juga tak memeikirkan hal itu. ayolah aku tidak terlihat seperti pria jahat kan!"

"Kau terlalu yakin!" Sungut Lia.

"Heu aku hanya mengantar bibi ku disini, aku tidak pintar menghabiskan waktu bersama wanita-wanita berisik!" Max menunjuk gerombolan wanita yang menggoda nya

"Maukah kau menemaniku malam ini? Aku akan membayarnya dan meminta managermu?"

"Apa kau yakin kau tidak akan melakukan apapun padaku, sesuatu yang--" Bola mata Lia berputar, membuat max seakan mengerti

"Ayolah, aku tidak akan melakukan itu. Aku ini pria yang baik!"

"Aku tak mendengar pria baik mengatakan dirinya baik! Tapi demi uang mu akan ku lakukan untuk malam ini!" Lia mengacungkan telunjuknya "awas kalau kau macam macam!"

"Tentu saja, kau tak akan menyesal!" Max melebarkan senyum matanya melirik sinis ke arah pria di seberang sana. Pria yang tadi menabrak Lia

Pria itu menyadari tatapan tajam max. Dia membuang wajah dan tersenyum sinis. Ada apa Antara mereka?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status