Share

Bab 1

Irish, mengembungkan pipinya dan terus saja menatap ponsel yang tidak ada pergerakan sama sekali. Seminggu, sudah seminggu Galen menghilang.

Cowok yang telah Irish pacari selama 5 tahun itu menghilangan tanpa kabar. Irish tentu saja gelisah, biasanya sehari satu kali, Galen mengabarinya.

Cewek berambut panjang lurus itu, duduk di bangku fakultas kampus. Irish tidak populer, tidak juga seorang nerd. Irish hanya seorang gadis normal, seperti mahasiswa kebanyakan. Kuliah-pulang.

Perbedaan waktu begitu menyiksa, perbedaan 13 jam membuat Irish tidak bebas berkomunikasi dengan kekasihnya. Sekarang pukul 09.09 pagi, dan di tempat Galen sudah malam. Apa Galen kuliah sampai selarut itu?

Irish jelas tidak tahu, bagaimana sistem perkuliahan di luar negri. Kebanyakan membaca novel-novel luar, mempengaruhi pikiran buruk Irish. Remaja disana suka party, setelah itu mereka mabuk-mabukan dan one night stand. Irish tak sanggup membayangkan, jika Galen terikut arus.

Apa benar Galen melupakannya? Pikiran buruk, menghantui Irish.

"Alen, semoga cepat ada kabar. Ai, risau. Ai takut, Alen kenapa-napa." Gadis itu berbicara menatap ponselnya yang menampilkan sang kekasih yang tersenyum. Hanya Galen yang meluluhkan hati Irish.

Teringat kejadian dulu, masa-masa cinta monyet.

Irish yang begitu antusias memasuki masa SMA. Konon, masa yang takkan pernah terlupakan adalah, masa SMA. Masa dimana, bisa mengenal lawan jenis, bisa mencari teman sebanyak mungkin. Membentuk koloni sesuai minat masing-masing. Irish bersama Maira, teman satu SMP memasuki sekolah yang sama. Saat itu, Irish yang polos pulang sekolah sedang menunggu angkutan umum dan duduk di halte sekolah. Ia melihat 4 orang laki-laki yang juga memakai seragam SMP, berjalan dan tertawa bersama. Namun, cowok paling tinggi itu yang menarik perhatian Irish.

"Ganteng." Guman Irish, memuji ciptaan Tuhan, yang begitu indah. Senyumnya begitu manis. Sejak penampakan itu, Irish selalu berusaha untuk melihat Galen saat sekolah. Apalagi, Galen termasuk cowok populer dan termasuk jejeram cowok-cowok tampan di sekolah.

Pagi sekali, Irish sudah pergi ke sekolah, setelah itu Irish akan berdiri di pos satpam melihat Galen membawa motornya. Irish selalu mengkhayal bisa dibonceng Galen suatu hari.

Ketika Galen memasuki gerbang sekolah, Irish akan mengikuti dari belakang. Dengan berpura-pura berdiri di ujung kelas X.1. Menunggu Galen keluar dari parkiran. Ketika Galen lewat, Irish akan mengikuti dari belakang, minimal gadis itu mencium wangi parfum Galen yang membuatnya merasa nyaman.

Saat istirahat, Irish akan mengintip ke kelas Galen, apa cowok itu ke kantin atau hanya nongkrong bersama teman satu gengnya. Irish sangat hafal apa yang Galen lakukan di sekolah.

Seperti, jam pelajaran olahraga Galen pada hari kamis jam ke 2. Kebetulan kelas X.6 dekat lapangan, Irish akan mengintip apa saja cowok tampan itu lakukan. Irish suka melihat Galen tertawa, Galen berbicara, Galen berlari, Galen berjalan, bahkan Galen boker.

Jika, ada jam kosong. Galen dan teman-temannya akan nongkrong di kantin, atau para cowok-cowok tampan itu akan duduk berjejer di koridor sekolah sambil bermain gitar. Irish akan tersenyum ketika melihat jari-jari Galen dengan lincah memainkan senar gitar.

Irish sangat hafal suara Galen, jika mendengar suara Galen, jantung cewek cantik itu mau copot. Irish hanya bisa mengangumi dari jauh, dan melihat tingkah Galen. Irish tak berani mendekat, atau menunjukan dirinya. Ia sadar diri, Galen terkenal dan tampan. Sedangkan dirinya, hanya satu dari ribuan anak SMA Jantung Pisang.

Satu bulan Irish hanya mengangumi dari jauh. Dan Tuhan membalas doa-doa Irish.

Saat itu hari Jumat, Irish menunggu Galen, namun saat bel pertanda masuk, Galen tak kunjung datang. Irish gelisah, apa Galen tidak masuk? Sudah 20 menit lebih, tapi Galen tak kunjung datang. Irish akhirnya menyerah, Irish siap dihukum karena terlambat.

"Dek, oi, dek." Deg! Jantung Irish nyaris copot. Ia sangat mengenal suara itu luar dalam.

Irish berbalik dan melihat sang pujaan begitu tampan dengan baju seragam khas SMA dan memakai hoodie berwarna maroon. Kadar ketampanan Galen meningkat 200 derajat, begitu tampan.

"Oi dek!" Secepatnya Irish sadar dan menggeleng.

"Bukain pagar. Satpam nggak ada kan?" Irish memeriksa sekeliling. Ya, satpam sempat pergi setelah bel dibunyikan. Dengan cepat Irish membuka pagar yang gemboknya sengaja tidak dikunci.

"Hei, siapa suruh masuk?" Itu suara satpam. Wajah Irish langsung pucat, Galen begitu santai. Ia dengan kurang ajarnya memarkirkan motornya di samping pos satpam. Irish hanya menelan ludah ketika melihat Galen memainkan rambutnyam gaya khasnya begitu keren. Irish makin mengangumi lelaki ini.

"Kalian telatnya lama. Lapor piket sana." Akhirnya Irish dan Galen dibawa ke guru piket. Keduanya mendapat hukuman memungut sampah non organik satu tong sampah penuh.

"Baru datang juga ya?" Galen bertanya pada Irish. Irish jadi gugup dan serba salah, apalagi posisi kedunya bersebrangan memegang tong sampah. Ini hal romantis mode menyedihkan, yang tidak akan pernah dilupakan Irish maupun Galen.

"I-iya."

"Aku tahu, dimana sampah banyak." Irish hanya mengikuti Galen. Dan hebatnya, cowok itu mengajak Irish ke kantin.

"Makan dulu, lapar." Jawab Galen santai, mengambil sepiring nasi goreng yang telah disiapkan.

"A-anu. Nanti dicari guru piket." Sungguh, bukan guru piket yang Irish pikirkan. Tapi keberadaan Galen di dekatnya membuat Irish was-was. Irish belum siap, untuk berdekatan dengan Galen. Irish lebih senang memandang cowok itu dari jauh. Dari dekat, wajah Galen begitu tampan. Irish penasaran, semasa hamil Ibu Galen mengidam Brad Pitt, makannya anaknya setampan ini.

"Udah, tenang aja." Galen memasukan nasi goreng sesendok penuh dalam mulutnya.

"Mau makan juga?" Tawar Galen setelah nasi goreng itu sisa dua sendok. Irish akhirnya menggeleng. Dari tadi detak jantungnya berirama tak sehat. Irish takut Galen mendengarnya.

"Bude, milo panas dua." Teriak Galen. Baru kali ini, Irish melanggar sekolah. Tidak masuk dan sekarang ia ke kantin, di saat yang lain sedang belajar. Pelajaran pertama Bahasa Inggris. Hari Jumat, kelas Galen pelajaran Matematika, kebetulan guru yang sama dengan Irish. Bu Nia, guru cantik yang begitu cerewet.

Buda kantin membawa milo panas dua, Irish hanya meringgis Galen seperti orang kelaparan tidak makan seminggu.

"Kelas berapa?"

"Uhm.. X.6."

"Kok nggak pernah nampak ya?" Irish hanya tersenyum simpul. Galen tidak mengetahui keberadannya, yang selalu memperhatikan cowok itu setiap saat.

"Nih buat kamu." Galen menyodorkan segelas milo encer itu pada Irish.

"Terima kasih."

"Ah, kenyang." Galen berdiri dan membayar. Irish hanya memperhatikan detail bagaimana jari-jari tangan cowok itu bekerja. Irish menatap Galen lekat, saat Galen berbalik mata Irish dan Galen langsung bersiboborok. Seketika Irish menurunkan pandangannya, dirinya begitu buriq jika dibandingkan Galen. Apa daya, ia mempunyai selera pasangan yang begitu tinggi.

Irish melihat Galen menukar sampah milik kantin, dan tong sampah kosong yang mereka bawa.

"Ayo." Irish menatap sayang pada milo yang baru ia seruput sekali. Padahal itu pemberian sang pujaan hati, yang takkan pernah Irish lupakan.

Akhirnya Irish dan Galen jalan berdampingan, dengan tong sampah diantara mereka.

Keduanya sampai di ruang piket, mengisi nama kelas agar mendapat surat ijin masuk kelas.

Irish menulis namanya.

Irish Mauren, kelas X.6

"Irish bawang." Guman Galen begitu melihat nama cewek yang terlihat malu-malu. Irish hanya tersenyum.

"Siapa namanya?" Tanya Irish pura-pura, padahal ia sudah stalking seluk-beluk Galen.

"Shawn Mendes." Gurau Galen sambil memainkan rambutnya. Irish tertawa kecil, dia begitu tampan. Tuhan... jadikan aku miliknya.

"Kalian udah telat banyak." Tegur guru piket. Kedua orang itu, keluar dari ruang piket dengan membawa kertas ijin masing-masing.

"Sampai jumpa Irish bawang." Goda Galen, sebelum berlanjut ke kelasnya. Irish hanya memandang punggung tegap Galen. Ingin, Irish memeluk tubuh itu.

Sejak kejadian itu, setiap melihat Irish, Galen selalu menggoda Irish, memanggilnya iris bawang.

Jika Irish berani, ingin saja ia memanggil Galen, galon isi ulang.

Dan keduanya tanpa sadar, semakin akrab. Irish tidak lagi malu dan merasa minder setiap bersama Galen.

Hingga Galen mengutarakan perasaannya pada Irish di kantin sekolah. Saat itu, Irish sedang istirahat dan mengidam ingin makan sate.

"Bawang di rumahku habis." Ujar Galen tiba-tiba dan merampas sate milik Irish.

"Beli lah." Jawab Irish polos. Galen terkekeh. Irish begitu mengemaskan, dengan rambut kucir ke atas.

"Mau jadi pacarku nggak?" Galen menatap Irish. Ini maksudnya bagaimana?

"Galen nggak punya pacar?" Tanya Irish, sebelum ia memasukan kuah kacang dalam mulutnya.

"Nggak ada, jika kamu jadi pacarku, kamu akan jadi terakhir dan satu-satunya."

"Mau." Ujar Irish semangat, detik kemudian ia menunduk dan menggigit bibirnya gugup. Kenapa ia begitu agresif?

"Ok, bye cantik. Jumpa nanti." Setelah itu, Galen pergi meninggalkan Irish yang terbang dan masih shock. Galen bertingkah begitu ajaib.

***

Tanpa sadar, Irish mentikkan air mata. Ia rindu masa-masa konyol itu. Irish rindu Galen.

"Ai rindu." Irish masih melihat foto-foto saat remaja. Wajah Galen makin tampan makin hari.

Irish membuka kembali ruang chat mereka. Galen masih receh seperti dulu, tapi kenapa seminggu ia menghilang? Apa Galen stress disana banyak tugas? Apa Galen kena masalah? Apa Galen sakit?

"Alen, apa yang harus Ai lakukan disini? Nggak mungkin Ai nyusul kesana." Irish mencium sosok berharga di hidupnya.

"Ai tidur dulu ya. Besok Alen udah hubungin Ai ya. Ai kangen bangat, dua tahun juga Alen nggak pernah balik. Apa Alen nggak kangen Ai?" Irish menutup matanya, berusaha berpikir positif. Nyatanya, hatinya berdenyut sakit dan merasakan sesuatu kekosongan.

I truly love you Galen, jangan berpaling dariku. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status