Share

Bab 5

Kosong!

Irish merasa kosong dengan hati dan jiwanya. Setelah pengakuan gadis cantik itu, Irish mematikan sambungan telpon. Tapi, ia tak merasakan apa-apa. Ia merasakan kekosongan. Lebih tepatnya, ia mati rasa!

Irish termenung. Bahkan di tempat kerja pun, gadis itu tak bergeming. Irish terus saja memikirkan Galen dan gadis bule itu, apalagi pengakuan yang keluar dari mulut gadis itu membuat Irish berpikir macam-macam. Jika gadis itu mengaku teman, tentu Irish masih merasa tenang. Galen butuh teman disana. Tapi, kekasih? Apa Galen harus butuh kekasih disana? Galen... nama itu benar-benar menyita semua perhatian Irish.

"Melamun terus kak." Tegur Brata. Irish hanya tersenyum tipis. Bahkan ia beberapa kali salah memasukan nama menu, hingga para pelanggan komplain. Berurung boss Irish begitu baik, hingga Irish tak dipecat segera.

"Kakak mau nggak, pulang kita ngopi bentar di Bread Bruh. Ada menu baru katanya." Irish menggeleng.

"Aku kuliah pagi. Nanti nggak bisa bangun."

"Benar. Aku lupa, kalau kakak kuliah." Kekeh Brata. Irish hanya membalas dengan senyuman. Bahkan, sampai saat ini Galen tidak lagi menghubungi Irish. Apa Galen bersenang-senang dengan gadis itu? Tentu Galen takkan rugi, hidup bersama gadis cantik itu, dia cantik, modis, apalagi bule. Apalagi yang kurang. Sedangkan dirinya? Hanya manusia dibawah rata-rata yang bersyukur bisa kuliah dan bersyukur bisa kerja di tempat yang nyaman seperti ini.

Irish terus saja melamun. Kebersamaan gadis itu dan Galen benar-benar menganggu dirinya. Entah bagaimana ia menenangkan hatinya sekarang. Irish merasa sesak, berkali-kali ia menarik napas. Tak munafik, di sudut hatinya terasa nyeri.

"Nih buat kakak." Irish tersenyum pada Brata yang tiba-tiba memberi Irish segelas milo dingin yang ia buat sendiri. Cowok itu begitu baik dan perhatian.

"Makasih ya."

"Mungkin kakak lagi ada masalah. Cobalah, kakak teriak, biasanya lega."

"Oh iya, makasih."

"Makasih terus kak. Aku nggak punya recehan." Senyum Irish kali ini, lumayan lebar. Ia menghargai usaha Brata agar dirinya terhibur. Namun, pikirannya sedang tidak fokus kesini.

"Bayar pakai dollar aja." Bicara dollar, Irish terdiam lagi. Tiba-tiba ia teringat Galen yang memakai duit itu setiap hari. Irish rindu Galen. Tapi, apa hubungannya dengan gadis itu?

Irish menutup matanya dan minum milo dingin dalam sekali tegukan. Bukannya lega, ia langsung merasa begah. Ada-ada saja, kesialan yang menimpanya. Irish tak punya ekpektasi apa-apa tentang hubungannya sekarang, entah mau berakhir atau tidak. Irish menunggu keputusan Galen, ia tak punya banyak pengalaman tentang hubungan seperti ini. Galen pacar pertama Irish dan berharap terakhir dan satu-satunya. Tapi, apa bisa? Jika kehadiran gadis itu, membuat Galen tak lagi menghubungi dirinya.

Hubungan mereka yang telah terjalin selama 5 tahun, terlalu manis jika harus berakhir sekarang. Banyak suka duka telah menemani masa-masa remaja keduanya. Semuanya takkan mudah dilupakan begitu saja. Galen yang selalu membuat Irish nyaman, Galen yang membuat Irish terus berjuang dari kerasnya hidup. Galen sudah seperti separuh nyawa bagi Irish.

Saat SMA, masa-masa terindah Irish. Ia ingat, saat itu musim hujan. Galen dan Irish akhirnya mandi air hujan di sekolah, dan mereka mempunyai kenangan itu. Ada yang memngambil gambar keduanya. Irish yang tersenyum malu-malu ke arah kamera dan Galen yang tersenyum begitu tampan. Terlalu banyak barang pemberian Galen untuk Irish. Mulai dari hal kecil, hingga besar, dan masih Irish simpan sampai sekarang. Galen tahu, Irish suka membaca novel. Cowok itu, sering memberikan Irish buku-buku best seller yang tebal-tebal. Biasanya Irish habiskan dengan membaca. Terlalu banyak kenangan mereka.

Terlalu banyak memory. Dan Irish merasa tak sanggup, jika ia harus merestart hubungan mereka. Rasanya terlalu menyakitkan, dan terlalu manis.

Irish masih ingat, mereka pernah bertukar pesan hingga subuh hari. Saat Galen kelaparan, Irish memasak untuk Galen. Dan cowok itu, datang diam-diam ke rumah Irish. Irish mengantungkan makanan yang berupa nasi goreng di pagar rumahnya, tepat di bawah pohon mangga. Pohon mangga itu, saksi bisu hubungan Galen dan Irish.

Itu satu dari seribu hal termanis yang takkan pernah dilupakan keduanya. Tapi moment yang takkan pernah Irish lupa, ketika mereka sering duduk di tempat favorit mereka, memandang luasnya lautan sambil memandang kapal yang berlalu-lalang. Sambil membicarakan masa depan bersama, atau Galen yang mengeluarkan kata-kata receh lainnya.

Galen... Irish berharap, semoga hubungan mereka terus berlanjut. Karena Irish telah berjanji, masa depannya adalah Galen.

_______________________________

Ada yang bilang, jika kita sedang stress liburan adalah solusi yang tepat. Tetap saja, Galen merasa kosong ketika Emery mengajaknya pergi.

Sekarang musim panas. Waktu yang begitu indah, menikmati sunset. Galen hanya memandangi, banyak kebun-kebun apel dan anggur yang mereka lewati. Cowok itu hanya terdiam. Irish. Galen memikirkan Irish, Galen tak ingin Irish berpikir macam-macam. Tapi, Galen tak ingin menjelaskan permasalahannya pada Irish, ia tak mau Irish berpikiran tentang nasibnya, tapi Galen juga tak ingin Irish berprasangk buruk tentang Emery dan dirinya.

Emery melajukan mobilnya, melewati padang rumput yang begitu luas sejauh mata memadang. Jalanan begitu lurus. Negara ini, benar-benar luas.

"Aku tahu spot terbaik untuk melihat sunset." Emery membelokan mobilnya memasuki rerumputan yang panjang-panjang, bahkan truck Emery tenggelam. Tapi, gadis itu menerobos masuk. Ketika, telah sampai di tengah ada sebuah lapangan luas yang rumputnya pendek-pendek. Sekarang, sudah pukul 8 malam. Setelah memakan sandwhich, Emery mengajak Galen pergi melihat sunset.

"Ayo babe turun." Galen turun mengikuti Emery. Gadis itu memakai tanktop, dan rok pendek sebatas paha dan memaki ankle boots. Galen tak mengerti dengan fashion Emery, tapi lama-lama ia terbiasa melihat gaya berpakaian Emery. Irish lebih suka, gadis sederhana seperti Irish kekasihnya.

Kedua sejoli itu duduk di atas kap mobil, masih memandang ke arah matahari, yang sudah berwarna merah keorenan. Begitu sempurna. Galen dan Emery berada di tengah padang savanah yang begitu luas.

"Terkadang, ada penggembala yang membiarkan domba-domba makan rumput disini." Ujar Emery sambil menunjuk rumput-rumput yang terlihat begitu hijau dan subur.

"Oh benarkah?" Galen menoleh pada Emery. Gadis itu mengangguk.

"Kau tahu babe. Aku suka sekali melihat sunset, jika diizinkan aku ingin melihat sunset setiap saat di tepi pantai. Aku merasa damai ketika melihat sunset dan laut." Curhat Emery. Galen sudah tahu, apa yang Emery suka dan benci. Gadis itu telah membeberkan apapun yang ia rasakan pada Galen. Dan Galen hanya menjadi pendengar setia. Karena, tak tahu harus merespon seperti apa. Yang penting ia memberi sedikit ekspresi, agar Emery merasa bahwa Galen menghargai Emery.

"Bolehkah, kita mengambil gambar berdua?" Galen mengangguk. Emery meloncat turun, dan mengambil polaroid di dashboard truck miliknya. Polaroid berwarna putih telah dipegang Emery.

"Babe senyum." Galen refleks menolah pada Emery yang telah mengambil gambaranya. Emery mencabut print hasil gambar yang ia tangkap. Emery mengipas-ngipas foto tersebut dan memberi pada Galen.

"Simpan ini. Nanti kita jalan lagi, dengan terus membawa polaroid." Galen menerima foto yang sudah jadi. Ia memperhatikan potret dirinya. Senyum kerinduan. Dalam senyum itu, tersimpan banyak kerinduan di dalam sana. Home sick. Galen rindu kampung halaman, rindu masakan ibunya, rindu nasi goreng buatan Irish yang begitu khas. Irish membuatkan Galen nasi goreng, dengan mencampurkan wortel di dalamnya. Padahal, Irish tahu Galen tak suka makan sayur. Tapi, Irish memaksa agar Galen suka sayur.

Galen memasukan gambar itu dalam saku celananya.

Emery meloncat naik ke tas kap truck miliknya. Keduanya berpose. Galen hanya tersenyum simpul.

Galen melihat ke polaroid yang dipegang Emery dan gadis itu mencium pipinya. Jika, orang melihat pasti mereka mengira, keduanya sepasang kekasih yang tengah kasmaran.

"Oh babe aku melewatkan moment terbaik sunset." Teriak Emery heboh. Gadis itu mengambil ponselnya dan memvideo susnset yang perlahan ditelan bumi.

"Semoga Galen menjadi jodohku." Gurau Emery.

"Make a wish, ketika bintang jatuh bukan matahari tenggelam."

"Bagiku, matahari bersinar lebih terang dari bintang, jadi keinginan kita lebih cepat terkabul, dari pada make a wish pada bintang jatuh." Bela Emery.

Galen memandang ke arah matahari yang perlahan menghilang. Warna orens itu, perlahan digantikan dengan warna hitam. Apa hidupnya akan seperti itu? Warna hitam akan datang menghampirinya. Kegelapan yang menyelimuti kehidupannya, atau hubungannya akan gelap seperti suasana sekarang.

"Kita benar-benar harus berlibur ke pantai. Atau kita ke Hawaii." Emery memeluk leher Galen, seperti kebiasannya.

"Terlalu banyak rencana."

"Tidak ada yang salah dengan sebuah rencana. Hidup penuh dengan misteri, jadi kita harus merencanakan seribu satu cara menghadapi semuanya." Galen memandang takjub pada Emery. Gadis ini ajaib. Galen juga senang, sekarang gadis itu tak lagi berteman dengan teman-temannya yang akan membawa dampak buruk pada pergaulan Emery.

"Tapi, aku sudah tida bersabar untuk berlibur ke negaramu. Aku akan pakai bikini setiap hari." Galen tak bisa membayangkan, bagaimana Emery menghadapi panasnya negara tercinta. Walau California termasuk negara panas di bagian Amerika, tapi tak semenyengat kampung halamannya.

Tanpa sadar tangan Galen melingkar di pinggang Emery. Gadis itu telah menyandarkan kepalanya di bahu Galen, sambil menikmati pergantian malam.

Mereka masih nyaman berada disana. 

I want to wear his initial

On a chain round my neck. Not because he owns me. But 'cause he really knows me.

Bisik Emery pada dirinya.

"You don't need to save me, But would you run away with me?" Emery memandang Galen, dan berakhir memberi ciuman pada cowok itu.

__________________________________

Irish memandang sunset. Ia berada di tempat favoritnya dan Galen. Ingatan bersama Galen, menari-nari di kepalanya sekarang.

"Aku bisa buat balon besar." Galen memakan permen karet, dan memasukan 5 biji permen karet dalam mulutnya.

"Aduh, nggak kuat ngunyah." Keluh Galen. Irish tertawa kecil. Mereka berada di jembatan yang menjorok ke laut. Keduanya nyaman berada di antara besi-besi penghalang sambil melihat kapal-kapal yang berlalu lalang, karema jembatan itu berdekatan dengan pelabuhan.

"Ai bisa." Irish mengambil dua permen karet dan memasukan dalam mulutnya.

"Ai bisa." Irish berseru senang, ketika permen itu sudah berbentuk balon yang besar hampir menutupi seluruh wajah Irish. Galen menusuk balon itu, hingga pecah, dan berakhir keduanya tertawa bersama. Mereka menikmati pemandangan di depan, sambil memperhatikan, bagaimana air laut yang surut perlahan menutupi batu-batu yang berada di pinggir pantai.

"Sebenarnya aku bisa loncat ke bawah." Irish tersenyum bangga. Ia tahu, Galen selalu berusaha agar ia kagum pada cowok itu. Walau bertingkah seperti apapun, Galen memang selalu berhasil menarik perhatian Irish.

"Tapi pakai pelampung." Tambah Galen. Keduanya tertawa lagi. Entah kenapa, bersama Galen, jarang sekali Irish merasa sedih atau merasa kesepian. Galen pelengkap bagi Irish.

Masa-masa sekolah yang begitu indah. Rasanya Irish ingin mengulang kembali memory tersebut, atau mengulang kembali bersama Galen disini sekarang.

Irish hanya memeluk lututnya. Hari ini, ia sengaja izin tak masuk kerja. Irish butuh liburan dari dadanya yang terasa sesak dari kemarin. Irish menggali kembali memory kebersamaan mereka. Dan--hasilnya ia menangis. Air mata gadis itu tak berhenti produksi. Sedih yang teramat dalam, Irish merindukan Galen, sangat rindu, dan merisaukan kehadiran gadis bule yang cantik itu. Demi apapun, Irish tak rela ada yang mengganti dirinya di sisi Galen. Tersiksa. Irish tersiksa dengan kerinduan ini.

Bahkan sunset itu tak lagi berwarna, tapi digantikan oleh langit berwarna hitam, yang menutupi cahaya digantikan dengan rintik-rintik hujan yang menemani air mata Irish sekarang. Rintik-rintik air membasahi tubuh gadis itu, tapi Irish enggan beranjak. Ia masih memeluk lututnya dan melihat ke arah laut yang tak lagi berwarna biru terang. Cuaca begitu mendukung keadaannya sekarang.

Jika ada manusia super baik yang mau meminjamkan Irish duit, gadis itu ingin terbang ke negara ujung itu sekarang. Irish ingin bertemu langsung dengan Galen dan gadis itu, ingin menanyakan seperti apa hubungan mereka. Apa Irish harus sadar diri dan mundur dari hidup Galen sekarang?

Walau kau berubah

Aku 'kan bertahan

Di sepanjang waktuku

Biarkan aku mencintaimu

Dengan caraku

Walau kau menghapus

Menghempas diriku

Mengganti cintaku (karena kamu)

Semua tak mampu

Hilangkan cinta

Yang telah kau beri (ku kan tak pernah berubah)

Lyrik lagu ini begitu mewakilkan perasaan Irish sekarang. Gadis itu makin terisak, memeluk kakinya rintik hujan semakin terasa membasahi tubuhnya. Irish cemburu, Irish rindu, semua perasaan aneh ini, menghantam dada Irish.

Apa kehadiran gadis itu menjadi duri dalam hubungan mereka? Apa Irish harus rela berbagi Galen dengan perempuan lain?

Irish semakin terisak. Ia mengeluarkan apa yang ia tahan selama ini. Sakit. Gadis itu memegang dadanya, hujan semakin deras dan mengguyur tubuhnya. Orang-orang yang berasada di jembatan sudah pergi. Meninggalkan dirinya, keadaan semakin gelap. Tapi, Irish ingin seperti ini. Menangis, hingga takdir menjawab, entah takdir akan mengganti dengan kebahagiaan atau kesakitan yang lain. Dan Irish akan tetap siap.

Asal tetap bersama Galen!

________________________________

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status