“Apa ini?” tanya Anna tak mengerti, begitu Luxander. Pria yang resmi menjadi suaminya beberapa jam yang lalu, tiba-tiba melemparkan sebuah map berisi lembaran kertas ke wajahnya.
“Poin-poin penting dalam pernikahan kita,” jawab Luke seadanya. “itu adalah tugas dan posisi mu dalam rumah ini” tegas Luke. “kamu tau sendiri, apa akibat yang akan kamu dapat, jika kamu berani menentangnya!” lanjut Luke dengan gaya angkuh seperti biasa.
Anna membuka surat perjanjian yang mau tidak mau harus dia pahami isinya. Pernikahan ini terjadi karena sebuah kesepakatan. Kesepakatan tetaplah kesepakatan. Anna tidak mau Luke melemparnya ke dalam penjara, jika sampai tak mematuhi peraturan pria gila itu.
“Kamu menjadikan aku pembantu?” tanya Anna tak percaya begitu membaca poin pertama dalam surat perjanjian itu. Luke memang benar-benar gila. Masak iya, dia harus membersihkan dan mengurus rumah sebesar itu sendirian?
“Tentu saja. Apa gunanya dirimu berada di sini jika bukan untuk menjadi pembantuku. Sayang, jika aku harus membayar jasa pembantu, sedangkan ada dirimu yang cukup aku kasihani dengan makan, minum dan tempat tinggal.
“dan jangan lupa. Kita hanyalah orang asing yang tinggal bersama. Ikatan ini tak ada artinya bagiku. Jadi, aku berhak melakukan apa pun yang aku mau dan kamu tidak berhak ikut campur. Sedangkan, aku berhak ikut campur untuk semua urusanmu. Apa yang boleh dan tidak boleh kau lakukan di rumah ini. Mengerti?!”
“Ini tidak adil!” tegas Anna tak terima.
Luke tertawa pelan. “Jika begitu, bersiaplah untuk membusuk di penjara.”
Dasar suami brengsek! Rutuk Anna dalam hati. Kenapa dirinya harus terjerat bersama pria gila yang merangkap menjadi suami se brengsek ini?
***
“Kamu siapa?” tanya Anna begitu melihat wanita berpakaian sexi berada dalam rumahnya.
Wanita dengan rambut pirang itu tersenyum angkuh. “Aku Selena. Mulai sekarang, aku akan tinggal di rumah ini.”
Anna mengerutkan keningnya. Masih belum mengerti dengan maksud wanita blonde di depannya saat ini. “Tinggal di sini? Untuk apa?”
“Tentu saja, untuk memuaskan suamimu. Memberikan suamimu sesuatu yang tidak bisa di dapatkan dari mu. Apa lagi?”
Jawaban wanita itu, membuat Anna hanya bisa diam sambil menundukkan wajahnya. Tidak perlu orang lain yang mengatakannya. Dia pun sadar diri. Luke tak akan pernah sudi untuk menyentuhnya.
***
“Anna, katakan. Aku mengkhawatirkanmu. Apa selama ini, Luke memang seperti itu? Iya? Tidak bersikap baik padamu? Tidak memperlakukanmu layaknya seorang istri? Benar begitu? ”
Anna menggeleng pelan. “Tentu saja. Dia suami terbaik yang pernah ada, Jasmine.”
“Jangan mencoba menipuku. Meskipun aku buta. Aku tau, saat ini kau rapuh dan terluka. Anna, jujurlah padaku. Lagi pula, aku sudah mendengar bagaimana kasarnya Luke padamu. ”
Anna menatap Jasmine dengan pandangan berkaca-kaca. Kebutaan yang di alami Jasmine, adalah keberhasilan besarnya saat menjelma menjadi iblis wanita ter keji. Dan sekarang, justru Jasmine lah yang tetap setia menjadi sahabatnya.
“Hiks, hiks. Jasmine, dia .... “ isakan Anna menggantung. Rasanya, dia sudah tidak sanggup lagi untuk mengatakan sesuatu tentang Luke dan semua sifat kasarnya. Sungguh, dadanya terasa sangat sesak sekarang.
“Apa Luke selalu menyakitimu?” tanya Jasmine lagi. Dia turut prihatin saat mengetahui bagaimana kebencian Luke terhadap Anna. Tidak bisa Jasmine bayangkan, jika dirinya berada di posisi Anna sekarang. Hidup bersama suami yang membencinya, tidak pernah menghargainya, dan selalu menyiksa dengan kata-kata kasar.
***
“Kamu sakit,” ucap Anna saat melihat suaminya, pulang dengan wajah pucat. “duduklah. Aku akan mengompresmu.”
Luke menoleh kilas. “Tidak perlu. Selena akan merawatku.”
Anna menarik nafasnya pelan. Dia sudah berjanji, untuk menghadapi Luke dengan kepala dingin dan meruntuhkan hatinya dengan kesabaran. “Tidak bisa.”
“Kenapa tidak?!” sergah Luke dengan suara meninggi.
“Karena dia, kau bayar untuk memuaskan mu bukan untuk merawatmu.”
***
“Bibi, mengandung ya?” pertanyaan polos Dave, membuat Anna belingsatan. Tolong, jangan buat siapa pun mengetahui kehamilannya terutama Luke. Tidak. Anna tidak mau. Luke pasti akan melenyapkan bayi yang di kandungnya jika tau.
“Tidak Dave. Bibi hanya masuk angin,” bohong Anna.
Dave memegang tangan Anna yang berkeringat. “Aku mungkin masih kecil. Tapi, Bibi lupa darah siapa yang mengalir dalam tubuhku. Aku tau, bibi sedang mengandung, seperti Mommy. “
“Dave, berjanjilah. Kau tidak akan memberitahu siapa pun. Siapa pun itu.”
“Tapi kenapa?” Davio putra pertama Peter dan Jasmine, memang selalu teliti dalam segala hal.
“Dia akan berada dalam bahaya Dave. Jadi, berjanjilah. Kau akan melindunginya dengan tidak memberitahukan pada siapa pun tentang kehamilan Bibi. Ya?”
Davio mungkin menyanggupi permintaan Anna. Tapi seseorang yang berada di balik tembok, menyeringai penuh kelicikan begitu mendengarnya.
Orang itu, akan membunuh bayi itu dengan tangan terbuka.
***
Annastasia Thomas, wanita cantik yang terpaksa menikah dengan seorang pria bernama Luxander Mitchael karena sebuah ancaman juga kesepakatan. Kejahatan Anna di masa lalu, membuat Anna harus pasrah menerima apa pun jalan hidup yang di berikan oleh takdir padanya. Anna tau, setiap kejahatan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Dan mungkin, inilah karma akan perbuatan jahatnya.Anna sendirian setelah kematian orang tuanya, kehilangan sahabat terbaiknya, ter asingkan dan terpaksa menikah dengan pria—mantan orang gila.Sreett!“Aduh!” Anna yang baru saja turun dari mobil, memekik kaget begitu Luke, suaminya itu mencengkeram pergelangan tangannya dan menariknya ke dalam rumah secara kasar.“Luke, berhenti! Ini sa—kit!” rintih Anna sambil mencoba melepaskan tangannya dari cekalan tangan Luke yang kasar. Tulangnya sampai terasa nyeri. Tapi Luke tetap tak peduli. Luke seolah menulikan penden
Anna mengusap wajahnya kasar. Luke sudah tidak ada di sana. Dia tidak boleh menangis, hanya karena gertakan saja. Luke tidak boleh melihat kelemahannya. Kegilaan Luke pasti akan lebih menakutkan jika melihatnya cengeng seperti ini. Lalu kenapa dirinya harus lemah? Pertarungan yang sebenarnya, belumlah dimulai.Anna melangkah perlahan menuju dapur. Tenggorokannya terasa kering karena menangis dan berteriak-teriak tadi. Setelah ini, dia harus belajar mengendalikan diri sebelum mengalami gejala penyakit darah tinggi di usia muda. Itu sangat tidak baik untuk kesehatannya. Bisa-bisa, rencana Luke untuk membuatnya gila sukses besar. Tidak! Dia tidak akan membiarkan Luke berhasil.Setelah meneguk segelas air dingin untuk meredakan tubuhnya yang memanas, Anna lantas bangkit kemudian melangkah menuju tangga.Tap!Langkah Anna sontak saja berhenti ketika melihat ketukan sepatu mengkilap di depannya. Kepalanya mendongak, dan di depannya sudah
Anna terdiam di muka pintu. Kenapa harus Peter yang berdiri di depannya? Dia menjadi serba salah sekarang. Perasaan bersalah dan cinta yang masih terselip rapat di dalam hatinya, berontak bersamaan ingin mencuat ke permukaan.“Kamu tidak ingin mempersilahkan aku masuk ke dalam?”Anna salah tingkah. Kenapa pesona Peter harus se kuat ini pada dirinya? Tidak. Ini tidak boleh lagi terjadi. Peter tidak mungkin dia impikan kembali untuk menjadi miliknya. Dia harus bisa merelakan Peter bahagia bersama Jasmine dan keluarga kecilnya. Yang artinya, Peter adalah adik iparnya sekarang.“I-iya. Silakan masuk,” jawab Anna kemudian mundur memberikan Peter ruang untuk masuk ke dalam.Setelah masuk. Peter lantas duduk di sofa sambil menyandarkan tubuhnya. “Luke di mana? Katakan, aku ingin bertemu dengannya.”Anna kembali di landa perasaan gugup. Sungguh, dia tidak menyangka. Peter masih akan sudi berbicara
“Mana kemejaku yang putih!?”Anna yang saat itu sedang mencuci piring, nyaris saja menjatuhkan piring di tangannya karena terkejut mendengar suara Luke yang tiba-tiba sudah menggelegar bagai petir menyambar.“Sudah aku letakkan di lemari pakaianmu!” jawab Anna dan Luke pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun.Anna menghela nafasnya pelan. Tetesan demi tetesan air mata, tiba-tiba berjatuhan dari ujung hidungnya yang memerah karena terlalu lama menangis tadi malam. Baru dua hari dia tinggal bersama dan menjadi istri seorang Luxander. Luke sudah menyakitinya luar dan dalam seperti ini. Entah, sampai kapan dia bisa bertahan dan terus menghirup udara? Rasanya, tidak lama lagi, dia akan lebih memilih meng akhiri hidupnya saja.Anna memilih duduk dan menelungkupkan wajahnya di meja makan. Tubuhnya yang masih terasa sakit dan nyeri di mana-mana, membuatnya tak kuat lama-lama berdiri. Bagaimana dia akan menjalani hari-harinya j
Anna menutup dadanya yang terbuka dengan bantal. Piama tidurnya yang berpotongan dada rendah dengan serat kain yang agak transparan, tentu saja akan membuat hasrat kelelakian pria mana pun termasuk Luke tergoda.“Luke. Ini tidak benar.” Suara Anna bergetar. Sungguh, dia sangat ketakutan sekarang. Apa yang akan Luke lakukan, dia belum siap. Hubungannya dengan Luke hanya sebatas status saja. Demi menutupi niat Luke untuk membalas dendam. Jadi, untuk memberikan Luke hak sebagai suaminya, dia tidak mungkin bisa memberikan.Luke menyeringai—kejam. Tak peduli dengan teriakan Anna, Luke malah melepaskan kaos putihnya dan bertelanjang dada. Dengan beringas, Luke menarik kaki Anna sampai-sampai Anna jatuh telentang di bawah kungkungan tubuh Luke yang besar dan kekar.“Luke! Apa yang kamu inginkan?” ucap Anna sambil memberi sekat pembatas antara tubuhnya dan Luke dengan mendorong dada Luke dengan ke dua tangannya. 
Anna meneliti wanita, ahh—tepatnya, Pelacur suaminya yang saat ini sedang duduk manis di depannya.. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, penampilan wanita itu, memang menunjukkan siapa dirinya, dan apa statusnya. Jadi tidak mungkin, jika Luke hanya berniat membohonginya. Wanita bernama Selena itu, benar-benar pelacur yang Luke sewa untuk menggantikan tugas yang seharusnya dilakukan olehnya sebagai seorang istri.Anna menarik nafasnya pelan. Boleh saja Luke menganggapnya sebagai pembantu, budak atau apa. Luke membencinya, juga tidak masalah. Tapi, membawa seorang wanita bayaran ke dalam rumah, saat dirinya masih sah sebagai istri dan nyonya penguasa rumah, tentu sangat tidak sopan dan tidak adil untuknya.“Sebaiknya kamu pergi. Tuan rumah yang ingin kamu kunjungi, sedang tidak ada di rumah,” ucap Anna dengan ramah, meskipun saat ini, dia sangat ingin mencakar wajah wanita yang sok cantik di depannya kini. Bagaimana tidak? Sejak datang beber
Sepanjang perjalanan, Anna membuang muka sambil melihat kendaraan yang berlalu-lalang memadati kota. Di sampingnya, Luke sedang fokus menyetir dengan tampang sangarnya. Jangan tanya, bagaimana takutnya Anna sekarang. Gerak-gerik Luke, menandakan jika sebentar lagi dia akan mendapatkan hukuman.Sungguh Anna tak menyangka, Luke akan berada di mansion utama. Dia kira, Luke sedang di kantor atau di club bersenang-senang dengan makhluk jadi-jadian seperti Selena.Anna melirik Luke kilas. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara dari kubunya maupun dari pihak si menakutkan. Sehingga, suasana di dalam mobil semakin terasa mencekam.Menyadari, jika Anna menatapnya, secara mendadak, Luke menginjak rem dan .... dug! Anna yang tidak siap, harus terantuk ke dashboard mobil.“Aduh! Kamu sudah gila ya?” sungut Anna sambil mengusap keningnya yang merah.Luke menoleh dengan matanya yang tajam. Seringaian t
Luke sudah sampai di rumah. Dalam hatinya, sama sekali tak terbesit keinginan untuk menunggu atau memutar arah untuk menjemput Anna. Biarlah wanita itu mendapatkan hukuman atas kelancangannya. Anna sudah melewati batas, hanya gara-gara perhatiannya tadi pagi. Anna kira, dia akan luluh begitu saja? Cuih! Mimpi!Luke membuka pintu. Dan pemandangan di depannya, membuat bibirnya sedikit tertarik membuat senyuman tipis. Rasa kesal dan kepenatannya menghilang seketika. Selena, pelacur sexi yang dia booking untuk memuaskan sekaligus tinggal di rumahnya, sudah menunggunya dengan pose sexi. Wajah Selena yang cantik dengan gaun tidur merahnya yang berpotongan dada rendah dengan panjang sampai paha, membuat Luke bangga pada dirinya sendiri. Dia tidak salah memilih jalang, untuk membalas penolakan Anna. Selena tak kalah cantik dari Anna, walaupun sisi memesona Anna—sangat alamiah.Luke menutup pintu dan Selena sudah memeluknya dari belakang. Tubuhnya