Share

Bagian 1 - Status

Annastasia Thomas, wanita cantik yang terpaksa menikah dengan seorang pria bernama Luxander Mitchael karena sebuah ancaman juga kesepakatan. Kejahatan Anna di masa lalu, membuat Anna harus pasrah menerima apa pun jalan hidup yang di berikan oleh takdir padanya. Anna tau, setiap kejahatan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Dan mungkin, inilah karma akan perbuatan jahatnya. 

Anna sendirian setelah kematian orang tuanya, kehilangan sahabat terbaiknya, ter asingkan dan terpaksa menikah dengan pria—mantan orang gila. 

Sreett! 

“Aduh!” Anna yang baru saja turun dari mobil, memekik kaget begitu Luke, suaminya itu mencengkeram pergelangan tangannya dan menariknya ke dalam rumah secara kasar. 

“Luke, berhenti! Ini sa—kit!” rintih  Anna sambil mencoba melepaskan tangannya dari cekalan tangan Luke yang kasar. Tulangnya sampai terasa nyeri. Tapi Luke tetap tak peduli. Luke seolah menulikan pendengarannya dan tetap menarik Anna dengan langkah besarnya sampai Anna berjalan terseok-seok mengikutinya. 

“Lepaskan aku! Apa yang kamu mau huh?!” teriak Anna begitu tangannya berhasil terlepas. Matanya turut membalas tatapan mata Luke yang menyorot tajam ke arahnya. Anna tak peduli dengan sorot mata menakutkan itu. Dia sama sekali tidak takut. Luke tidak akan bisa memerintah nya dengan mudah walaupun sudah mengikatnya dalam sebuah pernikahan. Pernikahan yang sangat sialan baginya. 

Luke mendekat dengan tatapannya yang ingin membunuh Anna dengan segera. Begitu langkahnya berhenti satu langkah tepat di depan Anna, tangannya mengambil sebuah map dan melemparkannya tepat di wajah Anna. 

Aww! Anna memekik kaget. Perbuatan Luke benar-benar tak ada sopan santunnya. “Apa ini?” tanya Anna sambil  menghela nafasnya pelan. Apa yang dilakukan Luke tadi, masih dia beri kompensasi. Jika tidak? sudah dia balas balik, dengan melempari wajah menyebalkan Luke itu dengan map yang kini berada di tangannya. 

“Poin-poin penting dalam pernikahan kita,” jawab Luke seadanya. “itu adalah tugas dan posisi mu dalam rumah ini” tegas Luke. “kamu tau sendiri, apa akibat yang kamu dapatkan,  jika kamu berani menentangnya!” lanjut Luke dengan gaya angkuh seperti biasa. 

Anna membuka surat perjanjian yang mau tidak mau harus dia pahami isinya. Pernikahan ini terjadi karena sebuah kesepakatan. Kesepakatan tetaplah kesepakatan. Anna tidak mau Luke melemparnya ke dalam penjara, jika sampai tak mematuhi peraturan pria gila itu.

“Kamu menjadikan aku pembantu?” tanya Anna tak percaya begitu membaca poin pertama dalam surat perjanjian itu. Luke memang benar-benar gila. Masak iya, dia harus membersihkan dan mengurus rumah sebesar itu sendirian? 

“Tentu saja. Apa gunanya dirimu berada di sini jika bukan untuk menjadi pembantuku. Sayang, jika aku harus membayar jasa pembantu, sedangkan ada dirimu yang cukup aku kasihani dengan makan, minum dan tempat tinggal. “

“dan jangan lupa. Kita hanyalah orang asing yang tinggal bersama. Ikatan ini tak ada artinya bagiku. Jadi, aku berhak melakukan apa pun yang aku mau dan kamu tidak berhak ikut campur. Sedangkan, aku berhak ikut campur untuk semua urusanmu. Apa yang boleh dan tidak boleh kau lakukan di rumah ini. Mengerti?!”

“Ini tidak adil!” tegas Anna tak terima. 

Dasar suami brengsek! Rutuk Anna dalam hati. Kenapa dirinya harus terjerat bersama pria gila yang merangkap menjadi suami se brengsek ini? Mulai kapan juga,  mulut Luke berubah setajam mulut harimau? 

Anna membaca lembaran itu lagi. Dia tidak mau mendebat Luke, yang pada akhirnya akan tetap merugikannya. Dia akan menerima posisi itu. Posisi sebagai pembantu, bukan sebagai seorang istri yang biasanya di manja oleh seorang suami. 

Dan pada poin ke dua yang di bacanya, dengan lantang Anna berkata,  “Kamu juga melarangku untuk ke luar rumah, begitu? Kamj ingin mengurungku , kemudian membuatku sama gilanya sepertimu huh?!” lanjut Anna mulai terpancing emosinya. Luke boleh saja memperlakukannya sebagai pembantu, tapi tidak juga harus membatasi ruang kebebasannya begini. Luke berniat menjadikannya  tahanan di rumahnya sendiri. Lalu, jika seperti itu, lebih baik dirinya hidup di penjara, dan itu mungkin lebih baik untuknya daripada hidup di rumah besar tapi menjadi budak. 

Plak! 

Wajah Anna terlempar ke samping. Pertanyaannya tadi, sudah Luke jawab dengan kekejaman tangannya. Pipinya yang putih, kini memerah oleh bekas pukulan tangan Luke yang kasar. Baru beberapa menit dia berada di sana, Luke sudah tega menamparnya. Bagaimana untuk beberapa jam ke depan? Luke pasti akan mencekiknya hidup-hidup kemudian menggantungnya. 

“Jaga mulut ber bisamu itu, atau kamu akan merasakan lebih dari ini,” tegas Luke tak ingin di bantah. 

Anna memberanikan diri. Dia melangkah dengan tegas untuk membuktikan jika dirinya sama sekali tidak takut. Dia bukan wanita lemah. Jangan lupa, dia adalah bekas penjahat kelas kakap yang berhasil membuat seorang penguasa seperti Peter  buta, Jasmine menghilang dan kehilangan ingatannya selama 6 tahun lamanya, Queen kembaran Luke gila, hanya karena obsesi untuk menjadikan Peter miliknya. Anna melupakan persahabatannya dengan Jasmine dan melakukan semua kejahatan yang saat ini sudah membuatnya sadar dan menyesal. 

“Apa yang bisa kamu lakukan lagi huh?! Kamu sudah membuat semua yang aku miliki hancur!”

“Itu pantas kamu dapatkan!”

“Tapi, kamu tidak berhak menghukumku! Kamu bukan siapa-siapa!”

Luke tertawa pelan. “Bukan siapa-sapa katamu? Jangan lupa. Aku saudara wanita yang sudah kamu buat menderita. Jadi, aku akan membuat dirimu lebih menderita dari Jasmine dan Queen !” tegas Luke dengan lantang. 

Anna menunduk dalam mendengar jawaban Luke tadi. “Jadi apa lagi alasanmu menikahiku?” lirih Anna pelan. Sepertinya, harapannya untuk bisa meluluhkan hati Luke akan sia-sia belaka. Kebencian Luke terlampau besar untuknya dan tak akan mudah di runtuhkan. 

Luke mendekat. Dengan tangannya yang selalu memakai sarung tangan hitam, dagu Anna dia jepit sampai Anna meringis. “Dendam. Apa lagi? Aku akan membuat hidupmu menderita seperti Jasmine, di neraka buatanku sampai-sampai dengan perlahan kau akan mengalami kegilaan seperti yang di alami Queen dan kemudian mati mengenaskan!” 

Anna tertawa miris. Jasmine dan Queen, mereka adalah alasan kenapa Luke mengikatnya dalam balas dendam yang ber kedok pernikahan. Andai semua kejahatan itu tak pernah dia lakukan, mungkin semuanya akan baik-baik saja. Keluarganya bahagia dan tetap utuh sampai saat ini. Dan tentu, dirinya tidak akan terjerat bersama kegilaan Luxander 

“Jadi, kamu mau mematuhi perintahku atau tidak ?” tanya Luke dekat dengan wajah Anna. 

“Tidak!” cicit Anna di sela air mata yang mulai mengenang kala mengetahui nasib buruk apa yang sedang menunggunya. 

Luke tertawa licik. “Baiklah. Jika begitu, bersiaplah untuk membusuk di penjara dan menyusul ibumu! ” ucapnya kemudian  pergi dari sana tanpa mendengar keputusan Anna.

Anna menutup wajahnya dan menangis terisak. Dia benar-benar sendirian sekarang. Entah siapa, yang akan menolongnya dari kegilaan suaminya sendiri. 

Ibu,  suami seperti inilah yang harus aku dapatkan? Dia gila juga berengsek, Bu. 

****

Tersedia versi ebook dan cetak juga

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status