Annastasia Thomas, wanita cantik yang terpaksa menikah dengan seorang pria bernama Luxander Mitchael karena sebuah ancaman juga kesepakatan. Kejahatan Anna di masa lalu, membuat Anna harus pasrah menerima apa pun jalan hidup yang di berikan oleh takdir padanya. Anna tau, setiap kejahatan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Dan mungkin, inilah karma akan perbuatan jahatnya.
Anna sendirian setelah kematian orang tuanya, kehilangan sahabat terbaiknya, ter asingkan dan terpaksa menikah dengan pria—mantan orang gila.
Sreett!
“Aduh!” Anna yang baru saja turun dari mobil, memekik kaget begitu Luke, suaminya itu mencengkeram pergelangan tangannya dan menariknya ke dalam rumah secara kasar.
“Luke, berhenti! Ini sa—kit!” rintih Anna sambil mencoba melepaskan tangannya dari cekalan tangan Luke yang kasar. Tulangnya sampai terasa nyeri. Tapi Luke tetap tak peduli. Luke seolah menulikan pendengarannya dan tetap menarik Anna dengan langkah besarnya sampai Anna berjalan terseok-seok mengikutinya.
“Lepaskan aku! Apa yang kamu mau huh?!” teriak Anna begitu tangannya berhasil terlepas. Matanya turut membalas tatapan mata Luke yang menyorot tajam ke arahnya. Anna tak peduli dengan sorot mata menakutkan itu. Dia sama sekali tidak takut. Luke tidak akan bisa memerintah nya dengan mudah walaupun sudah mengikatnya dalam sebuah pernikahan. Pernikahan yang sangat sialan baginya.
Luke mendekat dengan tatapannya yang ingin membunuh Anna dengan segera. Begitu langkahnya berhenti satu langkah tepat di depan Anna, tangannya mengambil sebuah map dan melemparkannya tepat di wajah Anna.
Aww! Anna memekik kaget. Perbuatan Luke benar-benar tak ada sopan santunnya. “Apa ini?” tanya Anna sambil menghela nafasnya pelan. Apa yang dilakukan Luke tadi, masih dia beri kompensasi. Jika tidak? sudah dia balas balik, dengan melempari wajah menyebalkan Luke itu dengan map yang kini berada di tangannya.
“Poin-poin penting dalam pernikahan kita,” jawab Luke seadanya. “itu adalah tugas dan posisi mu dalam rumah ini” tegas Luke. “kamu tau sendiri, apa akibat yang kamu dapatkan, jika kamu berani menentangnya!” lanjut Luke dengan gaya angkuh seperti biasa.
Anna membuka surat perjanjian yang mau tidak mau harus dia pahami isinya. Pernikahan ini terjadi karena sebuah kesepakatan. Kesepakatan tetaplah kesepakatan. Anna tidak mau Luke melemparnya ke dalam penjara, jika sampai tak mematuhi peraturan pria gila itu.
“Kamu menjadikan aku pembantu?” tanya Anna tak percaya begitu membaca poin pertama dalam surat perjanjian itu. Luke memang benar-benar gila. Masak iya, dia harus membersihkan dan mengurus rumah sebesar itu sendirian?
“Tentu saja. Apa gunanya dirimu berada di sini jika bukan untuk menjadi pembantuku. Sayang, jika aku harus membayar jasa pembantu, sedangkan ada dirimu yang cukup aku kasihani dengan makan, minum dan tempat tinggal. “
“dan jangan lupa. Kita hanyalah orang asing yang tinggal bersama. Ikatan ini tak ada artinya bagiku. Jadi, aku berhak melakukan apa pun yang aku mau dan kamu tidak berhak ikut campur. Sedangkan, aku berhak ikut campur untuk semua urusanmu. Apa yang boleh dan tidak boleh kau lakukan di rumah ini. Mengerti?!”
“Ini tidak adil!” tegas Anna tak terima.
Dasar suami brengsek! Rutuk Anna dalam hati. Kenapa dirinya harus terjerat bersama pria gila yang merangkap menjadi suami se brengsek ini? Mulai kapan juga, mulut Luke berubah setajam mulut harimau?
Anna membaca lembaran itu lagi. Dia tidak mau mendebat Luke, yang pada akhirnya akan tetap merugikannya. Dia akan menerima posisi itu. Posisi sebagai pembantu, bukan sebagai seorang istri yang biasanya di manja oleh seorang suami.
Dan pada poin ke dua yang di bacanya, dengan lantang Anna berkata, “Kamu juga melarangku untuk ke luar rumah, begitu? Kamj ingin mengurungku , kemudian membuatku sama gilanya sepertimu huh?!” lanjut Anna mulai terpancing emosinya. Luke boleh saja memperlakukannya sebagai pembantu, tapi tidak juga harus membatasi ruang kebebasannya begini. Luke berniat menjadikannya tahanan di rumahnya sendiri. Lalu, jika seperti itu, lebih baik dirinya hidup di penjara, dan itu mungkin lebih baik untuknya daripada hidup di rumah besar tapi menjadi budak.
Plak!
Wajah Anna terlempar ke samping. Pertanyaannya tadi, sudah Luke jawab dengan kekejaman tangannya. Pipinya yang putih, kini memerah oleh bekas pukulan tangan Luke yang kasar. Baru beberapa menit dia berada di sana, Luke sudah tega menamparnya. Bagaimana untuk beberapa jam ke depan? Luke pasti akan mencekiknya hidup-hidup kemudian menggantungnya.
“Jaga mulut ber bisamu itu, atau kamu akan merasakan lebih dari ini,” tegas Luke tak ingin di bantah.
Anna memberanikan diri. Dia melangkah dengan tegas untuk membuktikan jika dirinya sama sekali tidak takut. Dia bukan wanita lemah. Jangan lupa, dia adalah bekas penjahat kelas kakap yang berhasil membuat seorang penguasa seperti Peter buta, Jasmine menghilang dan kehilangan ingatannya selama 6 tahun lamanya, Queen kembaran Luke gila, hanya karena obsesi untuk menjadikan Peter miliknya. Anna melupakan persahabatannya dengan Jasmine dan melakukan semua kejahatan yang saat ini sudah membuatnya sadar dan menyesal.
“Apa yang bisa kamu lakukan lagi huh?! Kamu sudah membuat semua yang aku miliki hancur!”
“Itu pantas kamu dapatkan!”
“Tapi, kamu tidak berhak menghukumku! Kamu bukan siapa-siapa!”
Luke tertawa pelan. “Bukan siapa-sapa katamu? Jangan lupa. Aku saudara wanita yang sudah kamu buat menderita. Jadi, aku akan membuat dirimu lebih menderita dari Jasmine dan Queen !” tegas Luke dengan lantang.
Anna menunduk dalam mendengar jawaban Luke tadi. “Jadi apa lagi alasanmu menikahiku?” lirih Anna pelan. Sepertinya, harapannya untuk bisa meluluhkan hati Luke akan sia-sia belaka. Kebencian Luke terlampau besar untuknya dan tak akan mudah di runtuhkan.
Luke mendekat. Dengan tangannya yang selalu memakai sarung tangan hitam, dagu Anna dia jepit sampai Anna meringis. “Dendam. Apa lagi? Aku akan membuat hidupmu menderita seperti Jasmine, di neraka buatanku sampai-sampai dengan perlahan kau akan mengalami kegilaan seperti yang di alami Queen dan kemudian mati mengenaskan!”
Anna tertawa miris. Jasmine dan Queen, mereka adalah alasan kenapa Luke mengikatnya dalam balas dendam yang ber kedok pernikahan. Andai semua kejahatan itu tak pernah dia lakukan, mungkin semuanya akan baik-baik saja. Keluarganya bahagia dan tetap utuh sampai saat ini. Dan tentu, dirinya tidak akan terjerat bersama kegilaan Luxander
“Jadi, kamu mau mematuhi perintahku atau tidak ?” tanya Luke dekat dengan wajah Anna.
“Tidak!” cicit Anna di sela air mata yang mulai mengenang kala mengetahui nasib buruk apa yang sedang menunggunya.
Luke tertawa licik. “Baiklah. Jika begitu, bersiaplah untuk membusuk di penjara dan menyusul ibumu! ” ucapnya kemudian pergi dari sana tanpa mendengar keputusan Anna.
Anna menutup wajahnya dan menangis terisak. Dia benar-benar sendirian sekarang. Entah siapa, yang akan menolongnya dari kegilaan suaminya sendiri.
Ibu, suami seperti inilah yang harus aku dapatkan? Dia gila juga berengsek, Bu.
****
Tersedia versi ebook dan cetak juga
Anna mengusap wajahnya kasar. Luke sudah tidak ada di sana. Dia tidak boleh menangis, hanya karena gertakan saja. Luke tidak boleh melihat kelemahannya. Kegilaan Luke pasti akan lebih menakutkan jika melihatnya cengeng seperti ini. Lalu kenapa dirinya harus lemah? Pertarungan yang sebenarnya, belumlah dimulai.Anna melangkah perlahan menuju dapur. Tenggorokannya terasa kering karena menangis dan berteriak-teriak tadi. Setelah ini, dia harus belajar mengendalikan diri sebelum mengalami gejala penyakit darah tinggi di usia muda. Itu sangat tidak baik untuk kesehatannya. Bisa-bisa, rencana Luke untuk membuatnya gila sukses besar. Tidak! Dia tidak akan membiarkan Luke berhasil.Setelah meneguk segelas air dingin untuk meredakan tubuhnya yang memanas, Anna lantas bangkit kemudian melangkah menuju tangga.Tap!Langkah Anna sontak saja berhenti ketika melihat ketukan sepatu mengkilap di depannya. Kepalanya mendongak, dan di depannya sudah
Anna terdiam di muka pintu. Kenapa harus Peter yang berdiri di depannya? Dia menjadi serba salah sekarang. Perasaan bersalah dan cinta yang masih terselip rapat di dalam hatinya, berontak bersamaan ingin mencuat ke permukaan.“Kamu tidak ingin mempersilahkan aku masuk ke dalam?”Anna salah tingkah. Kenapa pesona Peter harus se kuat ini pada dirinya? Tidak. Ini tidak boleh lagi terjadi. Peter tidak mungkin dia impikan kembali untuk menjadi miliknya. Dia harus bisa merelakan Peter bahagia bersama Jasmine dan keluarga kecilnya. Yang artinya, Peter adalah adik iparnya sekarang.“I-iya. Silakan masuk,” jawab Anna kemudian mundur memberikan Peter ruang untuk masuk ke dalam.Setelah masuk. Peter lantas duduk di sofa sambil menyandarkan tubuhnya. “Luke di mana? Katakan, aku ingin bertemu dengannya.”Anna kembali di landa perasaan gugup. Sungguh, dia tidak menyangka. Peter masih akan sudi berbicara
“Mana kemejaku yang putih!?”Anna yang saat itu sedang mencuci piring, nyaris saja menjatuhkan piring di tangannya karena terkejut mendengar suara Luke yang tiba-tiba sudah menggelegar bagai petir menyambar.“Sudah aku letakkan di lemari pakaianmu!” jawab Anna dan Luke pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun.Anna menghela nafasnya pelan. Tetesan demi tetesan air mata, tiba-tiba berjatuhan dari ujung hidungnya yang memerah karena terlalu lama menangis tadi malam. Baru dua hari dia tinggal bersama dan menjadi istri seorang Luxander. Luke sudah menyakitinya luar dan dalam seperti ini. Entah, sampai kapan dia bisa bertahan dan terus menghirup udara? Rasanya, tidak lama lagi, dia akan lebih memilih meng akhiri hidupnya saja.Anna memilih duduk dan menelungkupkan wajahnya di meja makan. Tubuhnya yang masih terasa sakit dan nyeri di mana-mana, membuatnya tak kuat lama-lama berdiri. Bagaimana dia akan menjalani hari-harinya j
Anna menutup dadanya yang terbuka dengan bantal. Piama tidurnya yang berpotongan dada rendah dengan serat kain yang agak transparan, tentu saja akan membuat hasrat kelelakian pria mana pun termasuk Luke tergoda.“Luke. Ini tidak benar.” Suara Anna bergetar. Sungguh, dia sangat ketakutan sekarang. Apa yang akan Luke lakukan, dia belum siap. Hubungannya dengan Luke hanya sebatas status saja. Demi menutupi niat Luke untuk membalas dendam. Jadi, untuk memberikan Luke hak sebagai suaminya, dia tidak mungkin bisa memberikan.Luke menyeringai—kejam. Tak peduli dengan teriakan Anna, Luke malah melepaskan kaos putihnya dan bertelanjang dada. Dengan beringas, Luke menarik kaki Anna sampai-sampai Anna jatuh telentang di bawah kungkungan tubuh Luke yang besar dan kekar.“Luke! Apa yang kamu inginkan?” ucap Anna sambil memberi sekat pembatas antara tubuhnya dan Luke dengan mendorong dada Luke dengan ke dua tangannya. 
Anna meneliti wanita, ahh—tepatnya, Pelacur suaminya yang saat ini sedang duduk manis di depannya.. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, penampilan wanita itu, memang menunjukkan siapa dirinya, dan apa statusnya. Jadi tidak mungkin, jika Luke hanya berniat membohonginya. Wanita bernama Selena itu, benar-benar pelacur yang Luke sewa untuk menggantikan tugas yang seharusnya dilakukan olehnya sebagai seorang istri.Anna menarik nafasnya pelan. Boleh saja Luke menganggapnya sebagai pembantu, budak atau apa. Luke membencinya, juga tidak masalah. Tapi, membawa seorang wanita bayaran ke dalam rumah, saat dirinya masih sah sebagai istri dan nyonya penguasa rumah, tentu sangat tidak sopan dan tidak adil untuknya.“Sebaiknya kamu pergi. Tuan rumah yang ingin kamu kunjungi, sedang tidak ada di rumah,” ucap Anna dengan ramah, meskipun saat ini, dia sangat ingin mencakar wajah wanita yang sok cantik di depannya kini. Bagaimana tidak? Sejak datang beber
Sepanjang perjalanan, Anna membuang muka sambil melihat kendaraan yang berlalu-lalang memadati kota. Di sampingnya, Luke sedang fokus menyetir dengan tampang sangarnya. Jangan tanya, bagaimana takutnya Anna sekarang. Gerak-gerik Luke, menandakan jika sebentar lagi dia akan mendapatkan hukuman.Sungguh Anna tak menyangka, Luke akan berada di mansion utama. Dia kira, Luke sedang di kantor atau di club bersenang-senang dengan makhluk jadi-jadian seperti Selena.Anna melirik Luke kilas. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara dari kubunya maupun dari pihak si menakutkan. Sehingga, suasana di dalam mobil semakin terasa mencekam.Menyadari, jika Anna menatapnya, secara mendadak, Luke menginjak rem dan .... dug! Anna yang tidak siap, harus terantuk ke dashboard mobil.“Aduh! Kamu sudah gila ya?” sungut Anna sambil mengusap keningnya yang merah.Luke menoleh dengan matanya yang tajam. Seringaian t
Luke sudah sampai di rumah. Dalam hatinya, sama sekali tak terbesit keinginan untuk menunggu atau memutar arah untuk menjemput Anna. Biarlah wanita itu mendapatkan hukuman atas kelancangannya. Anna sudah melewati batas, hanya gara-gara perhatiannya tadi pagi. Anna kira, dia akan luluh begitu saja? Cuih! Mimpi!Luke membuka pintu. Dan pemandangan di depannya, membuat bibirnya sedikit tertarik membuat senyuman tipis. Rasa kesal dan kepenatannya menghilang seketika. Selena, pelacur sexi yang dia booking untuk memuaskan sekaligus tinggal di rumahnya, sudah menunggunya dengan pose sexi. Wajah Selena yang cantik dengan gaun tidur merahnya yang berpotongan dada rendah dengan panjang sampai paha, membuat Luke bangga pada dirinya sendiri. Dia tidak salah memilih jalang, untuk membalas penolakan Anna. Selena tak kalah cantik dari Anna, walaupun sisi memesona Anna—sangat alamiah.Luke menutup pintu dan Selena sudah memeluknya dari belakang. Tubuhnya
Beberapa jam sebelumnya ...Alex yang tadi sempat melihat kedatangan Anna, bergegas untuk masuk ke dalam mansion. Entah bagaimana reaksi Queen atau Katherine melihat Anna berada di sana. Yang pastinya, istrinya Rose lah yang akan menjadi penengah di antara mereka.“Sweety, di mana Anna? Tadi, aku melihatnya datang?” tanya Alex begitu mendapati ruang tamu mansion nya, sudah sepi. Hanya ada Rose yang sedang merapikan mainan Davio yang tercecer di sofa.Rose duduk di sofa, lalu menepuk-nepuk sofa di sampingnya. Mengisyaratkan agar Alex duduk bersamanya.Alex tersenyum geli, kemudian mengikuti perintah wanita yang sudah menjadi ibu dari anaknya itu. “Kau semakin manis, Sweety,” Cup! ucap Alex sambil mengecup pipi kiri Rose.Rose sedikit tersentak, lalu memukul dada Alex dan celingak-celinguk tak jelas. “Alex! Ingat umur. Jangan bertingkah sep