Share

Bab 3 Home

Sebuah mobil sport berwarna hitam mulai memasuki halamn parkir sebuah mansion yang terletak di Beverly Hills. Malam itu Daniel baru saja kembali dari Barcelona. Dia memilih menikmati waktunya untuk bersantai dengan sahabatnya. Tentu, dia tidak langsung kembali ke rumah. Dia lebih memilih bertemu dengan sahabatnya lebih dulu dari pada harus pulang ke rumahnya.

“Tuan Daniel,” sapa Harry kala melihat Daniel turun dari mobil dan hendak melangkah masuk ke dalam rumah.

“Kau di sini? Apa ayahku memanggilmu?” Daniel mengerutkan keningnya, dia menatap lekat Harry. Tidak biasanya assistantnya itu datang ke rumahnya di malam hari.

Harry mengangguk. “Tuan Besar Gio memanggil saya untuk membahas beberapa pekerjaan.”

“Sekarang di mana ayahku?” tanya Daniel dingin.

“Tuan Besar Gio sedang beristiahat, Tuan,” jawab Harry. “Maaf, Tuan. Saya ingin mengingatkan besok ada rapat pemegang saham di Queen Hospital.”

Daniel mengangguk singkat. “Ya, aku mengingatnya.”

“Harry?” panggil Daniel serius.

“Ya, Tuan?” jawab Harry.

“Ada yang ingin aku tanyakan,” tukas Daniel dingin.

“Maaf, apa yang ingin Tuan tanyakan?” tanya Harry dengan tatapan begitu serius ke arah Daniel.

Aku ingin bertanya, apa pandanganmu jika melihat seorang wanita yang sangat cantik, tapi dia terlihat tangguh. Dia bagai mawar yang di luar begitu indah. Tapi ketika kau menyentuh mawar itu, tanganmu bisa terluka dengan duri yang mengelilingi mawar itu,” ujar Daniel. Dia berkata dengan begitu santai, namun tatapaannya begitu serius.

Tuan, menurut saya wanita tidak selamanya lemah. Meski pada dasarnya para wanita memang harus kita jaga. Tapi banyak juga wanita yang tidak ingin dianggap lemah. Kebanyakan wanita dengan ciri yang Tuan maksud memiliki harga diri yang tinggi. Dan pasti wanita yang Tuan maksud memiliki sifat keras.” Harry menjelaskan dengan apa yang dia pikirkan tentang sosok wanita yang dimaksud oleh Daniel.

Daniel mengangguk-anggukan kepalanya. “Sepertinya apa yang kau nilai tentang wanita itu sudah menjelaskan tentang karakter wanita itu,” balas Daniel yang membenarkan perkataan assistantnya itu. “Harry, apa kau sudah mencari wanita yang tepat untukku? Wanita itu harus menemaniku di pertunangan Adam dan juga Mr. Jonathan. Apa kau sudah menemukannya?” 

“Tuan maaf, sebelumnya saya sudah mengirimkan beberapa foto dari anak pengusaha terkenal di sini tuan. Tapi kemarin tuan tidak memilih satu pun dari mereka,” jawab Harry hati-hati.

Daniel membuang napas kasar. “Foto yang kau berikan tidak ada yang aku suka. Aku suka wanita yang cantik natural. Tidak berlebihan, sedangkan kau mengirimkan wanita yang berpenampilan berlebihan.”

“Tuan, tapi kebanyakan wanita dari kalangan atas, maaf maksud saya jika mereka

Nona dari keluarga kaya mereka akan berpenampilan seperti yang Tuan maksud.” Harry berusaha menjelaskan.

“Kalau begitu cari dari kalangan biasa. Tidak perlu berlebihan. Aku tidak menyukai wanita yang berpenampilan berlebihan!” tukas Daniel dingin.

“Tuan, bukannya sebelumnya anda meminta wanita dari anak pengusaha terkenal?” tanya Harry memastikan. Pasalnya, Daniel mengatakan padanya jika dia harus mencari seorang wanita berpendidikan tinggi dan juga anak dari pengusaha terkenal untuk bisa menemaninya nanti di pesta.

Daniel mengumpat pelan. “Ini karena Adam, dia terus mendesakku mencari anak dari pengusaha. Tapi sekarang lebih baik kau mencari yang lain. Tidak masalah dia hanya karyawan biasa, perawat, atau pekerjaan apa pun selama wanita itu berasal dari wanita baik-baik.”

Ya, Daniel terpaksa mencari wanita yang tepat untuk menemani dirinya. Berkali-kali, Adam sahabatnya selalu meledek dirinya karena hingga detik ini, dia masih sendiri dan tidak memiliki seorang kekasih. Bukan tidak bisa mendapatkan kekasih, tentu Daniel sangat mudah mendapatkan wanita yang dia inginkan. Dengan kekuasaan yang dimilikinya membuat para wanita bertekuk lutut padanya. Tidak hanya memiliki kekuasaan, tapi Daniel memiliki wajah yang sangat tampan, tubuh yang tegap bahkan tidak ada seorang wanita yang mampu menolak seorang Daniel Renaldy. Namun, sejak perselingkuhan Rossa, kekasihnya, Daniel sudah tidak lagi menjalin hubungan dengan wanita mana pun. Dia lebih fokus pada pekerjaannya.

Harry mengangguk patuh. “Baik Tuan, saya akan mencari wania yang anda inginkan.”

“Satu lagi, mungkin wanita bermata biru. Terlihat sangat cantik bukan? Wanita bermata biru dan berambut coklat,” tambah Daniel dengan seringai di wajahnya.

Tuan, sebelumnya ada wanita bermata biru bernama Nona Alana. Tapi hanya berbeda rambut Nona Alana berwarna pirang. Apa Tuan menginginkan Nona Alana?” Harry berusaha menawarakan salah satu pilihannya.

“Alana Foland, aku mengenal wanita itu. Tidak aku tidak menginginkan wanita seperti Alana Foland. Aku tidak suka wanita terlalu angkuh. Dia selau memandang rendah seseorang. Bukan wanita seperti itu yang aku inginlan. Lagi pula, aku menginginkan wanita berambut coklat. Sepertinya jauh lebih menganggumkan dengan perpaduan mata yang indah.” Daniel membayangkan wanita berambut coklat dann bermata biru.

“Baik Tuan, saya akaan berusaha mencarinya,” jawab Harry. “Tuan, saya juga ingin mengingatkan besok adalah rapat pemegang saham di Queen Hospital.”

Daniel mengangguk samar. “Ya, aku mengingatnya. Sudah lama aku tidak melihat perkembangan rumah sakit itu secara langsung. Aku hanya melihat dari laporan yang kau berikan ruamh sakit itu berkembang sangat pesat. Rencananya aku akan membuka cabang Queen Hospital di Europe.”

“Benar tuan, saat ini Queen Hospital memang sangat maju dan berkembang dengan pesat. Saya yakin, jika kita memperluas cabang Queen Hospital tentu akan membuat Queen Hospital semakin memiliki reputasi yang sangat baik,” ujar Harry yang membenarkan perkataan Daniel.

“Aku ingin beristirahat. Besok setelah rapat pemegang saham, aku ingin lebih bersantai dan kosongkan jadwalku,” tukas Daniel dingin.

“Baik tuan,” jawab Harry.

Kemudian, Daniel berjalan meninggalkan Harry menuju kamar. Namun langkah Daniel terhenti ketika melihat Ali, ibunya turun dari tangga. Melihat Alin menghampiri Daniel, dengan cepat Harry menundukan kepalanya lalu undur diri.

“Daniel, Mama ingin bicara pada mu!” kata Alin tegas.

“Ada apa?” tanya Daniel sedikit malas. Terakhir kali Alin membahas tentang perjodohan yang membuat pria itu enggan bebricara dengan Ibunya.

“Mama tahu kau takut Mama bicara tentang perjodohan, bukan?” Alin bisa menebak dari raut wajah putranya itu yang tidak ingin membahas tentang perjodohan.

Daniel membuang napas kasar. “Jangan membahas itu.”

Alin melangkah mendekat, dan tersenyum. “Tidak sayang, kali ini mama tidak membahas itu.”

“Lalu apa yang Mama inginkan?” Daniel menautkan alisnya. Tatapanna menatap dingin ibunya itu.

“Adikmu sudah resmi menjadi dokter di Queen Hospital. Mama ingin kau terus menjaga dan mengawasi adikmu. Mama tidak ingin dia kembali tinggal di Paris. Mama ingin kalian tinggal di sini. Kau sebagai kakak tidak boleh lengah. Kau harus menjaga adikmu dengan baik,” kata Alin mengingatkan.

“Aku tahu, sekarang aku ingin beristirahat,“ balas Daniel datar.

“Ya, istirahatlah.” Alin mengelus rahang putranya itu.

Tanpa lagi menjawab, Daniel langsung melangkah masuk ke dalam kamr. Beruntung, Ibunya tidak lagi membahas tentang perjodohan. Sejak dulu, Daniel tidak pernah menyukai jika dirinya harus dijodohkan. Biasanya, Daniel akan selalu menghindar permintaan Ibunya yang menginginkan dirinya agar segera menikah.

***

-To Be Continued

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status