Share

Bab 7 Dokter Baru

Callista membelokan mobilnya memasuki halaman parkir rumah sakit. Dia turun dari mobil, dan melangkah masuk ke dalam lobby rumah sakit dan langsung berjalan menuju ruang kerja.

“Callista!” Suara teriakan Olivia memanggil Callista cukup keras, hingga membuat Callista menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangannya ke sumber suara yang memanggilnya.

Callista mengerutkan keninganya melihat Olivia bersama dengan dua orang Dokter yang tidak di kenalnya. Callista terus menatap kedua Dokter itu. Dia benar-benar tidak mengenali kedua Dokter yang bersama dengan Olivia.

“Callista kau baru datang?” tanya Olivia saat dirinya sudah berada di hadapan Callista.

“Ya, aku baru saja datang,” Jawab Callista. “Olivia, apa ini Dokter baru?” tanyanya yang sejak tadi penasaran dengan dua Dokter yang tidak dia kenali ini.

“Ah iya benar. Aku lupa memperkenalkanmu. Callista ini Dokter Grace. Dia Dokter Spesialis Kandungan. Sedangkan di sampingnya Dokter Mike, Dokter Spesialis Jantung.” Olivia memperkenalkan kedua Dokter yang kini bersama dengannya.

“Dan ini Dokter Callista, dia Dokter Spesialis Bedah.” Olivia memperkenalkan Callista pada kedua dokter yang bersama dengannya itu.

Callista mengulas senyuman hangat di wajahnya. “Selamat bergabung Dokter Grace dan Dokter Mike.”

“Terima kasih Dokter Callista,” balas Grace dengan senyuman ramah ke arah Callista.

“Aku rasa minum kopi bersama sebagai bentuk perkenalan bukan hal yang buruk bukan?” tawar Mike dengan senyuman hangat di wajahnya. Sejak tadi dia tidak henti menatap manik mata biru Callista.

“Aku rasa, itu sangat bagus,” sambung Olivia yang menyetujui ajakan Mike.

“Ya, kau benar,” timpal Callista yang juga menyetujui.

“Bagaimana denganmu, Dokter Grace?” tanya Olivia sambil menatap Grace yang berada di sampingnya.

Grace tersenyum. “Tentu saja aku menyetujuinya.”

Olvia tersenyum, kemudian mereka semua berjalan meninggalkan rumah sakit menuju salah satu kafe terdekat dengan Queen Hospital.

***

Callista dan Olivia serta bersama dengan kedua Dokter baru itu, masuk ke dalam kafe terdekat dengan  rumah sakit. kafe ini juga menjadi salah satu tempat favorite Olivia dan Callista. Ketika merasakan jenuh, biasanya Callista dan Olivia selalu mendatangi kafe ini.

Olivia memesan kursi di sudut dekat jendela, lalu dia memesankan kopi espresso dan tiga orange juice beserta dengan beberapa jenis dessert. Mereka melangkah menuju tempat yang sudah di pesan oleh Olivia.

“Dokter Grace, apa aku boleh tahu di mana sebelumnya kau bekerja?” Callista lebih dulu memulai percakapan setelah pelayan mengantarkan makanan.

“Aku dulu tinggal di Paris, aku memiliki butik di sana dan menetap tinggal di Paris selama tiga tahun. Kemudian orang tuaku memaksaku untuk kembali tinggal di Los Angeles, “ jawab Grace yang menceritakan tentang dirinya.

Callista menganggukan kepalanya, kemudian menatap Grace. “Kau memiliki butik di Paris? Apa kau juga memiliki butik di sini?”

“Rencananya aku akan membuka butikku di sini bulan depan. Aku harap kau datang di pembukaan butikku,” balas Grace.

“Ya, aku dan Olivia senang berbelanja. Pasti aku akan datang,” kata Callista begitu antusias. Tentu dia akan datang saat pembukaan butik Grace. Karena memang Callista dan Olivia sama-sama mencintai berbelanja.

“Aku juga pasti datang. Aku tidak sabar menunggu pembukaan butik milikmu,” sambung Olivia yang sudah tidak sabar. Senyum di bibirnya terukir ketika mendengar Grace akan segera membuka butik.

Kini Callista mengalihkan pandangannya pada Mike. “Kalau Dokter Mike sebelumnya bekerja di mana?”

Mike tersenyum tipis. “Aku di Melbourne. Sebelumnya aku bekerja di salah satu rumah sakit di sana.”

Callista kembali menganggukan kepalanya. “Jadi sekarang kau memilih untuk tinggal di sini?”

“Bisa dibilang seperti itu, aku nyaman tinggal di kota ini,” balas Mike.

“Bagaimana denganmu, Dokter Callista? Apa kau sudah lama bekerja di Queen Hospital?” Kali ini Mike yang bertanya pada Callista. Tatapannya tak lepas menatap manik mata biru Callista.

“Belum terlalu lama, aku masih baru dua tahun di rumah sakit ini.” Callista mengambil gelas yang berisikan orange juice, lalu menyesapnya perlahan.

Apa Dokter Callista sudah menikah?” Mike kembali bertanya. Namun pertanyaannya kali ini sontak membuat Callista terkejut.

Tawa Olivia terdengar kala Mike bertanya tentang pernikahaan pada Callista. Pandangan semua orang kini menatap Olivia yang masih tertawa. Callista menajamkan pandangannya ketika Olivia mentertawakan dirinya. Callista sudah yakin pasti Olivia akan tertawa. Callista mengumpat dalam hati, karena Olivia berani menertawakan dirinya.

“Callista menikah? Dokter Mike apa menurutmu Dokter cantik di hadapanmu ini sudah layak untuk menikah?” Oliva terkekeh geli. Dia hendak menggigit bibir bawahnya untuk menghentikkan tawanya.

Mike tersenyum kaku. “Maaf, apa aku salah bertanya?”

“Oh tidak-tidak Dokter Mike. Jangan dengarkan Dokter Olivia. Dia memang seperti itu.” Calista lebih dulu menjawab. Sungguh memalukan. Olivia menertawakannya tidak tahu tempat. Terlebih di hadapan Dokter baru. Callista terus mengumpat dalam hati. Rasanya ingin sekali mencekik Olivia.

“Kau tidak salah, Dokter Mike. Tapi sayangnya Dokter cantik di hadapanmu ini belum menikah atau memiliki kekasih. Dokter cantik di hadapanmu ini lebih memilih menyendiri dari pada harus memiliki pasa-“

Callista langsung mencubit keras paha Olivia, membuat ucapan wanita itu terpotong karena harus menahan sakit di pahanya. Callista tidak berhenti mengumpat dalam hati. Bisa-bisanya Olivia mengatakan ini padanya. Andai tidak ada Mike dan Grace sudah pasti Callista mencekik Olivia hingga tidak lagi bisa bernapas.

Olivia meringis kesakitan saat Callista mencubit dirinya. Padahal dia tidak melakukan apa pun. Perkataannya hanya mengatakan kejadian sebenarnya. Lagi pula bagi Olivia bagus kalau ada yang tahu Callista masih sendiri. Itu akan membuka peluang bagi para pria yang ingin mendekati sahabatnya itu.

“Dokter Olivia? Kau tidak apa-apa?” tanya Mike saat melihat wajah Olivia meringis kesakitan.

“T-Tidak, kakiku hanya terbentur meja,” jawab Olivia cepat. Bagaimana Olivia bisa mengatakan sebenarnya jika tangan Callista sudah bersiap-siap mencubitnya lagi.

Mike menganggukan kepalanya. “Hati-hati, Dokter Olivia.”

Olivia meringis. Lalu dia memaksakan senyuman di wajahnya. “Ya ya lain kali aku akan berhati-hati, Dokter Mike.”

“Jadi Dokter Callista masih belum menikah?” Mike kembali melanjutkan pertanyannya. Pasalnya dia masih belum mendapatkan jawaban dari Callista langsung. Tatapan Mike kini kembali menatap manik mata biru Callista. Ya, nyatanya manik mata biru Callista terlihat begitu sangat indah. 

Callista tersenyum tipis. “Lebih tepatnya aku masih ingin menikmati kebebasan. Lagi pula usiaku masih sangat muda. Aku ingin fokus dalam karirku terlebih dulu.”

“Great, sangat mengagumkan,” puji Mike.

“Bagaimana dengan anda, Dokter Olivia? Apa Dokter Olivia sudah menikah?” Kali ini  Grace bertanya pada Olivia. Tatapan lembutnya menatap Olivia yang duduk di hadapan Grace.

Callista mencebikan bibirnya. “Dia itu sama saja. Olivia masih sendiri.”

Olivia mengumpat dalam hati. Sepertinya Callista balas dendam  karena tadi menertawakannya. “Saat ini aku juga masih fokus dalam karir,” jawab Olivia cepat.

“Kalau Dokter Grace apa kau sudah menikah?” tanya Olivia yang langsung mengalihkan pertanyaan Grace. Dia tidak ingin ada pertanyaan selanjutnya tentang dirinya.

Grace tersenyum. “Belum aku masih sendiri dan belum menikah. Sama seperti kalian, aku masih ingin menikmati waktuku dulu dan fokus pada karirku.”

“Rupanya ketiga Dokter cantik yang berada bersama denganku saat ini kalian masih sendiri,” sambung Mike yang sengaja menggoda ketiga wanita yang tengah bersamanya itu.

Terdengar tawa pelan dari Callista, Olivia dan Grace. Karena memang apa yang dikatakan oleh Mike itu benar. Ketiga wanita cantik dan cerdas masih menyendiri dan belum memiliki pasangan.

“Bagaimana denganmu, Dokter Mike?” tanya Olivia yang sudah sejak tadi penasaran.

Mike tersenyum. “Aku sama seperti kalian. Saat ini aku masih menyendiri.”

“Ah, sayang sekali padahal kau sangat tampan,” balas Olivia.

“Aku masih mencari wanita yang tepat untukku,” kata Mike. Namun pandangannya melirik Callista. Olivia mengulum senyumannya kala Mike melirik sahabatnya itu.

“Semoga kau segera mendapatkanya Dokter Mike,” ucap Olivia tulus.

“Lebih baik kita segera kembali sekarang,” sambung Callitsa. Dia melirik arloji mereka sudah meninggalkan rumah sakit selama dua jam. Sudah waktunya untuk segera kembali.

Grace mengangguk setuju. “Kau benar Dokter Callista. Kita harus segera kembali.”

Kemudian Callista meminta bill pada pelayan. Saat Callista ingin membayar, Grace sudah menahannya. Grace ingin dirinya yang membayar tagihan itu. Sayangnya perdebatan Callista dan Grace sia-sia karena Mike sudah lebih dulu mengeluarkan black cardnya dan memberikan pada pelayan.

Callista merasa tidak enak pada Mike, tapi tentu saja Mike tidak mungkin membiarkan seorang wanita yang membayarkan tagihan itu.

Kini mereka mulai berjalan meninggalkan kafe dan menuju rumah sakit. Beruntung jarak antara kafe di mana mereka pergi dan Queen Hospital tidak jauh.  

***

-To Be Continued

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status