Share

3. Sekolah Baru

Apartemen dengan luas setara rumah, didalamnya sangat lengkap sekali. Tak perlu keluar jika hanya ingin berenang, apalagi berolahraga seperti ngegym.

April mengenakan seragam putih dengan rok putih yang merupakan seragam SMU yang akan ia masuki, tas hitam kecil digendongnya. Rambutnya terurai rapi dengan sedikit curly bawahnya seperti biasa. Dirinya menatap gedung-gedung tinggi yang terlihat dari balik jendela apartemen. Sebentar lagi tepat jam sembilan pagi, April akan ke sekolah untuk tes. Dia bahkan tidak tahu harus seperi apa jika bertemu seseorang.

Para body guard sudah menunggunya di luar. April hanya bilang untuk sebentar menunggu saja. Tante Sandra pun sudah menelpon mengirimkan supir untuk mengantar April ke sekolah dan pulangnya harus bersama Aliga karena ada hal penting katanya.

Kakinya kini melangkah menjauhi jendela Apartemen itu, berbalik menuju pintu keluar apartemen. Di balik pintu Apartemen itu ada dua body guard yang disuruh Oma Dera juga Oma Sari. April kadang merasa istimewa karena selalu harus dilindungi tapi kadang juga dia berfikir apa maksud Omanya? Yang justru dia merasa terkekang.

Dulu April bahkan berlatih bela diri, dia bukan wanita dengan fisik lemah. Oma Dera dan Oma Sari memang tidak melarang cucunya untuk melakukan apapun namun dengan syarat seuai aturan yang dibuatnya.

April memang belajar banyak hal. Dia menguasai bela diri, musik, dan yang paling utama akademik. Setiap harinya dia tidak pernah beristirahat dari semua kegiatan itu. Seiring berjalannya waktu setelah April selesai mempelajari semua itu, ia di terjunkan ke dunia bisnis. Bahkan sampai perjodohan ini terjadi pun memang tidak jauh dari bisnis juga. Itu yang April tahu.

Sebagai seorang wanita kadang April lelah dituntun sempurna oleh Omanya. Dia mau mencoba dengan baju lusuh, rebahan di kamar tanpa gangguan. Tidak harus berias diri, tidak harus selalu rapi.

Namun nyatanya setiap hari dia harus selalu rapi dan tampil sempurna.

“Selamat pagi Nona, supir yang dikirimkan Nyonya Sandra sudah sampai,” ucap wanita dengan pakaian formal kerja. April baru melihatnya sekarang, ah atau dia memang tak sadar bahwa semalam wanita itu memang mendampinginya saat ke Apartemen?

“Kamu siapa?” tanya April dingin, ingin menuntaskan rasa penasarannya.

“Perkenalkan saya Marinka Nona, yang akan menemani Nona kemana pun. Saya asisten Nona yang dipekerjakan Nyonya Sari.”

April tidak mungkin membantah lagi apalagi mengusir Marinka.

“Baiklah, kita berangkat sekarang.”

April kemudian lebih dulu berjalan. Bahkan dengan orang baru hanya satu atau dua orang saja April benar-benar tidak tahu harus bersikap bagaimana. Dan sekarang dia benar-benar akan merasakan dunia barunya.

Saat ini April berfikir, kenapa tidak dari kecil dia di sekolahkan di sekolah umum? Yang sulit adaptasi kan akhirnya April sendiri. Dia benar-benar gelisah sebenarnya. Jika ia bisa, ia ingin menjauh dari orang-orang yang menekannya. Namun bukan berarti April tak sayang, dia hanya ingin dimengerti. Itu saja.

***

“Kusut amat muka Lo.”

Aliga hanya menatap malas cowok yang ada dihadapannya itu. Saudaranya itu belum tahu saja apa yang telah dihadapi Aliga. Justin Reon Adelard, sepupunya Aliga sekaligus sahabatnya. Mereka tadi di kelas tak sempat bertemu tatap muka hanya sekilas saja. Sekarang saat berhadapan seperti ini sangat jelas sekali wajah Aliga yang kusut.

“Lagi berantem sama Raini?” Mika, cewek itu ikut bertanya. Dia juga sahabat cewek Aliga. Yang kini duduk di samping Justin sambil memperhatikan Aliga karena ucapan Justin itu. Cewek itu tidak sekelas dengan Aliga juga Justin. Bahkan beda gedung.

Andrew, cowok itu yang juga sahabat Aliga masih fokus dengan game yang sedang dimainkannya itu. Dia duduk disebelah Aliga. Jadi sangat malas sekali untuk mengalihkan perhatiannya dari game. Dia yang sekelas dengan Mika.

Mereka sedang di halaman sekolah. Halaman luas dengan hamparan rumput hijau, dan meja panjang juga kursi yang tersedia sebagai tempat nongkrong. Mereka biasa menghabiskan waktu disini atau berjuma disini. Karena Aliga dan Justin merupakan siswa dari kelas Istimewa sedangkan Mika dan Andrew dari siswa kelas reguler.

Bukan maksud membeda-bedakan. Karena nyatanya Siswa dan Siswi di sekolah ini merupakan orang-orang pintar. Sekolah ini hanya sengaja untuk memorivasi siswa untuk lebih mengeksplore juga mengasah kepintaran mereka. Jadi adanya kelas Istimewa ini akan membuat siswa termotivasi lagi untuk lebih giat belajar.

Aliga menghela napasnya, “ini masalahnya lebih dari itu, dua hari lagi ulang tahun nyokap, dan kalian akan tahu apa yang terjadi.”

Justin terlihat berfikir sejenak.

“Masalah apa sih? Kok gue gak tahu,” ucap Justin, biasanya Papa dan Mamanya memberi tahu ada apa. Tapi sepertinya dia ketinggalan info.

“Dijodohin,” jawab Aliga kemudian, dia tidak bisa menahan masalah itu. Yang maksudnya liat saja nanti menjadi diberitahukannya sekarang.

Mika, Andrew, juga Justin menatap Aliga tak percaya. Dijodohin?

“Dijodohin sama siapa?” Andrew kini menatap Aliga lekat-lekat. Tidak salah dengarkah dia?

Aliga kini sedang tidak baik moodnya. Untuk memberikan penjelasan pada mereka tentang hal ini pasti akan memperburuk moodnya.

Tadi sebelum berangkat sekolah bahkan dia disuruh untuk menjemput April. Namun ternyata April jam sembilan ke sekolah. Aliga merasa lega karena tak harus bertemu cewek egois itu. Cewek egois? Ya Aliga menyebutnya seperti itu setelah obrolannya pada pertemuan pertama mereka.

“Hai semua,” sapa cewek cantik dengan rambut rapi diikat, senyumnya sepertinya tak pernah luntur dari wajah ayunya.

“Hai Raini,” sapa Aliga balik dengan senyum manisnya.

Raini ini adik kelas Aliga, dia akrab dengan mereka karena memang Aliga yang pada waktu itu mendekati Raini langsung. Tapi awal mulanya begini; saat itu Raini diharuskan meminta tanda tangan Kakak kelas, dan dia berhasil mendapatkan tanda tangan Aliga dengan mudah. Karena ternyata Aliga menyukai Raini saat pertemuan pertama mereka.

Pada waktu itu Raini terkena hukuman karena terlambat datang. Hukumannya meminta salah satu kakak tingkat yang masuk kelas istimewa. Kelas istimewa ini adalah mereka-mereka yang sangat pintar dari orang-orang pintar yang sekolah di SMU Adelard.

Aliga yang saat itu kebetulan akan memasuki gedung kelas Istimewa dijegat oleh Cewek yang bernama Raini. Wajah cantik yang ternyata jadi inceran para kakak kelas lain itu ternyata membut Aliga tertarik juga. Tentunya dengan bantuan sahabat-sahabatnya ini. Mika, si cewek cantik berambut pendek itu yang berhasil mendapatkan nomer Raini. Justin sebenarnya kurang setuju, namun ya sudah lah mau bagaimana lagi? Andrew hanya ikut membantu saja menjalankan rencana. Tapi nyatanya Aliga tidak memberi kepastian pada Raini. Dia bahkan belum menyatakan perasaan atau meresmikan hubungannya. Mereka sebatas teman dekat namun tahu perasaan masing-masing. Entahlah mungkin mereka sama-sama memiliki komitmen. Mungkin?

“Kakak kenapa? Kok wajahnya kayak lagi kesel gitu?” tanya Raini, yang meilahat perubahan wajah Aliga dengan cepat.

“Enggak, itu tadi quiz dadakan, iya gak Justin?” tanya Aliga kemudian pada Justin untuk meminta persetujuan apa yang diucapkannya. Mana mungkin dia menjawab perihal perjodohan itu.

“Ah, iya. Tadi qiuz dadakan.”

Raini hanya mengangguk. Dia percaya saja. Karena selama ini Aliga tidak pernah menyembunyikan apapun dari Raini. Perihal ada cewek yang nembak saja Aliga memberi tahu Raini.

Raini dan Aliga ini baru kenal beberapa bulan. Namun  sepertinya karena Raini yang gampang dekat dan akrab dengan orang lain menjadikannya mudah berbaur dengan siapapun. Bahkan Justin seiring berjalannya waktu tidak masalah dengan Raini. Cuman dia memang sedikit tak suka dengan wanita yang mudah menebar senyum begitu saja.

“Wah...wah, SMU kita bakalan ada murid baru cewek?” heboh Andrew yang baru saja mendapatkan notifikasi pemberitahuan.

Aliga langsung tahu siapa cewek itu. Siapa lagi kalau bukan April?

“Kelas apa? Kelas apa?” tanya Justin yang kini berpindah posisi mendekati Andrew.

“Belum tahu, kan tes dulu.”

“Ah, iya.”

“Kalau masuk kelas istimewa, siap-siap aja rangking terakhir kembali ke kelas biasa,” lanjut Justin.

“Apa enaknya sih kelas istimewa? Kumpulan orang-orang ambis,” ucap Andrew.

“Heh, namanya kelas istimewa berarti ada yang istimewa,” ucap Justin.

“Apa coba? Sama aja,” ucap Andrew lagi.

“Otak kita yang istimewa,” jawab Aliga kemudian.

“Cih,” Andrew berdecak.

“Lo niat masuk kelas istimewa?” tanya Andrew pada Raini.

“Kalau nyoba gak masalah kan?”

“Kumpulan orang-orang Ambis,” ujar Andrew kemudian.

Jadi sistemnya begini, saat semester dua kelas sepuluh ada tes masuk kelas Istimewa. Hanya dua puluh orang setiap angkatannya. Jika memang menyerah, mereka bisa mengundurkan diri dan masuk kelas reguler biasa. Dan setiap siswa baru boleh langsung tes untuk masuk kelas istimewa ini, jika nilainya memenuhi syarat mereka bisa ambil kelasnya atau memilih kelas reguler biasa. Dan jika diambil juga lolos, nilai terendah selama belajar di kelas Istimewa terpaksa dikembalikan ke kelas reguler meski sebenarnya masih ingin dikelas istimewa. Kecuali memang kuotanya masih kosong. Dan untuk tes seperti ini di semester dua bisa saja mengajukan untuk tes, jika memang mau masuk kelas istimewa.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status