Share

Chapter 2

Hari ini Kayla sudah ijin dengan kepala sekolah TK tempat dia mengajar, bahwa dia tidak bisa masuk karena ada jadwal bimbingan skripsi dengan 2 dosen pembimbingnya sekaligus.  Yah begitu semangat Kayla mempersiapkan bahan skripsinya itu menjadi 2 rangkap, satu untuk pembimbing pertama Prof. Subagja yang juga selaku dekan fakultas, sedang satu lagi untuk pak Dicky dosen pembimbing keduanya. Kayla berharap bimbingannya kali ini tidak akan terlalu banyak coretan dari pembimbingnya, dia berharap bisa segera selesai dari urusan skripsi dan bisa segera sidang sehingga bisa bersantai ria untuk menunggu wisuda. 

Pukul 9 Kayla sudah berada di depan ruang dekan untuk menemui Prof. Subagja yang terkenal sopan dan halus tutur katanya itu. Dilihatnya dari balik kaca kecil yang ada di pintu bahwa dosen senior itu belum datang, dengan demikian Kayla memutuskan menunggu di luar ruangan sambil memegang map biru berisi susunan skripsi didalamnya. 

Tak berapa lama terlihat seorang dosen tua berjalan, iya dibilang tua karena memang seumuran ayah Kayla bahkan lebih tua lagi (hehehe..) sampai depan pintu Kayla berdiri menyapa dosen senior tersebut. 

“Pagi Prof… “

“Pagi. Mbak Kayla ya? Bimbingan skripsi kan? “

“Iya prof… “ jawab Kayla semangat mendengar dosennya itu hafal dengannya, meski sudah tua tapi daya ingat dan kepandaiannya sungguh luar biasa menurut Kayla. 

“Ayo silahkan…  nanti saya ada jam di kelas soalnya. “

“Baik Prof… “jawab Kayla sambil mengekor langkah pembimbingnya itu. 

Sampai didalam terlihat keramahan Prof. Subagja menyapa pembantu dekan yang tempat duduknya tak jauh dari pintu itu. 

“Pagi pak Drajat…  “ sapa dosen senior itu sembari menjabat tangan pembantu dekan itu. 

“Pagi pak…  wah, punya asisten baru ya pak sekarang? “ gurau pak Drajat

“Iya ini, mbak Kayla ini selalu menunggu coretan-coretan dari saya… “ jawab Prof. Subagja sambil menuju meja kerjanya yang juga dibuntuti Kayla dari belakang. 

“Permisi pak… “ ucap Kayla ketika melewati pak Drajat

Sampai di depan meja Prof. Subagja, Kayla dipersilahkan duduk. Sambil menunggu dosen pembimbingnya itu mengeluarkan buku-buku yang ia bawa, Kayla meletakkan map biru tebal itu di meja. 

“Oke, coba saya lihat yang kemarin saya beri tanda dan yang perbaikannya juga. “

“Ini Prof… “

Tanpa banyak kata diteliti kembali pekerjaan mahasiswinya itu dengan sesekali memberi tahu kesalahan dan pembenarannya. Penjelasan yang memang begitu mudah dipahami dan juga santun penyampaiannya membuat semua mahasiswa hormat terhadap Prof. Subagja tak terkecuali juga dengan Kayla. 

Kira-kira 15menit sudah berlalu waktu bimbingan, Kayla pamit keluar dari ruang dekan dengan sopan. Dengan senyum lega dia membuka pintu dan menutup kembali dengan sopan. Senyum mengembang di bibir Kayla karena revisi skripsi dari pembimbing pertamanya tidak sebanyak kemarin dan disuruh lanjut ke bab 5 punutup. 

Tanpa sepengetahuan Kayla dari sebelah kanannya ada seorang laki-laki yang tengah memperhatikannya sambil berjalan menuju ke arah Kayla. Senyum laki-laki itu terkembang ketika jauh, namun ketika sudah hampir dekat dengan Kayla senyumnya justru sedikit disimpannya. 

“Pak Dicky… maaf… “ sapa Kayla menghentikan langkah laki-laki tersebut yang ternyata adalah dosennya. 

“Iya Kay, ada apa? “ jawab Dicky dengan ramah

“Saya sudah bimbingan dari Prof. Subagja, bapak tidak ada kelas hari ini jam berapa ya? Semalam di wa bapak belum memberitahu jam berapa saya bisa bimbingan. “

“Sekarang saya kosong, ada kelas nanti jam 10.30”

“Berarti bisa sekarang ya pak? “ ucap Kayla senang. Memang saat diluar kelas para mahasiswa tidak terlalu formal ketika ngobrol dengan pak Dicky karena usia dosen ini masih muda sehingga Dicky pun tidak keberatan dengan hal  tersebut. 

“Bisa.“ senyum segera mengembang di bibir Kayla. “Tapi saya belum sarapan Kay… saya baru sampai juga. “

“Apa bapak mau sarapan dulu? Saya tunggu kok pak. “ ucap Kayla tetap semangat karena berharap bisa segera selesai. 

“Maksudnya kamu mau nunggu dimana? “

“Saya tunggu didepan prodi pak. Masa iya saya nungguin bapak makan didepan bapak… hehehe nanti saya kepingin pak” jawab Kayla sambil bercanda. 

“Saya belum beli makan, terus kalau makan juga kemungkinan lama karena harus keluar cari dulu. Apa nanti selesai saya kuliah saja bimbingannya? “ tanya Dicky dengan senyum sedikit meledek tapi Kayla masih belum menjawab.

‘Siapa tahu ini bocah malah mau beliin makan sekalian’ ucap Dicky dalam hati. 

“Siang ya pak, berarti bakda dhuhur ya? “ Dicky mengangguk

“Lama ya pak… “ 

“Apa sorean kamu dateng saja ke mes dosen, saya nginep karena besok pagi ada kuliah juga. “

Terlihat Kayla tengah diam dan berfikir keras. ‘Ya ampun gimana ini… lama dong. Coba tawarin makan aja lah’ batin Kayla

“Gimana kalau saya belikan bapak makan didepan, terus bapak tunggu di ruangan bapak sambil koreksi skripsi saya saja. Cepet kok pak belinya.  Gimana? “

Dicky masih diam memikirkan tawaran mahasiswinya itu beberapa saat. “Boleh… “

Kayla tersenyum lega sekali. 

“Kalau begitu saya carikan sarapan dulu y pak… “ sambil membuka tas punggung hendak mengambil map skripsi nya. 

“Terus itu mau ngapain buka tas? Sopan sekali… “

“Saya antar ke ruangan bapak kok skripsinya”

“Oke. " jawab Dicky kemudian berjalan ke ruang prodi dengan dibuntuti Kayla. 

Sampai di ruang prodi ternyata ruangan sedang kosong, pak Tri petugas TU prodi sedang keluar. Langsung saja Dicky masuk menuju biliknya dengan tetap diekori Kayla. 

“Ini pak…  Saya permisi cari makanannya dulu ya… “ kata Kayla sambil meletakkan map tebal di meja dosennya itu dengan sopan. 

“Silahkan”

Setelah Kayla meninggalkan ruangannya, Dicky tersenyum sambil memposisikan duduknya di kursi yang tersedia sembari membuka skripsi yang baru saja diberikan padanya. 

‘Coba aku lihat dia bakal bawain aku makan apa’ ucapnya dalam hati dengan senyum tipis di bibirnya. 

Baru beberapa lembar dia buka skripsi itu, terpikir olehnya untuk mengirimkan pesan pada mahasiswinya yang tengah mencarikan sarapan untuknya itu. 

[Kay, kamu beli dimana?] pesan itu langsung dikirimnya lewat wa ke nomer mahasiswinya itu. 

[DIrumah makan samping kampus pak. Ayam geprek gpp ya?] 

[Tapi sabar y pak, ngantri soalnya. Tapi dijamin enak pakkk….] 

[Keburu lapar saya Kay. Yadah, saya samperin kesitu ya.] 

[Bapak disitu aja koreksi skripsi saya biar hemat waktu pak] 

Tapi belum sempat buka balasan chat itu, Dicky sudah meminjam kunci motor pak Tri petugas TU prodinya untuk segera menyusul Kayla membeli makan. 

[pak…] 

[Bapak sabar aja, pokoknya saya sampai prodi bapak tinggal makan aja karena skripsi saya selesai. Jadi lebih enak pak] 

"Kok gak dibales juga sih? Gak dibaca juga? " gerutu Kayla sambil melihat Hp nya.

Sementara antrian masih ada 3 orang lagi. Ya memang tempat ini favorit banget untuk mahasiswa kampus sini karena harganya murah, rasanya enak dan porsinyapun banyak jadi pantaslah masih sepagi ini antrian sudah banyak seperti ini. Di kota kecil seperti Purworejo ini memang banyak sekali tempat makan ala anak kuliah tapi yang enak dan porsi banyak tidak terlalu banyak. Jadi sekalinya ada langsung jadi tempat ramai dan rebutan. 

Tiba-tiba Hp Kayla berbunyi tanda ada pesan wa masuk.  Nah benar saja dari dosennya itu. 

[pesan 2 ya, saya dada atas. Ini saya tunggu di meja pojok] 

Mata Kayla terbelalak membaca pesan itu, tanpa dikomando dia langsung mencari meja pojok dan benar saja ada pria tengah duduk membelakanginya dan tidak salah lagi kalau itu dosen pembimbingnya. [Tapi pak 2 buat siapa yang satu?] 

[Udah pesan aja 2,nanti uanganya saya ganti] membaca pesan itu Kayla menoleh ke arah dosennya tapi dosennya sama sekali tidak juga menoleh ke belakang. 

Tiba giliran Kayla pun memesan 2 porsi nasi ayam geprek dan 2 minum.  Segera ia bawa menuju meja pojok tempat dosen pembimbingnya itu menunggu. Dengan bingung Kayla mendekat dan membawa nampan isi makanan itu dan meletakkannya di depan Dicky. 

“Ini pak… “

“Terimakasih “

“2 sama siapa pak? Teman bapak mau ke sini juga? “ tanya Kayla polos

“Udah, duduk dulu kamu” Kaylapun duduk di kursi tepat di depan Dicky. “Ini satu kamu makan” Kayla kaget mendengar perkataan dosen yang ada didepannya itu. 

“Gak usah pak, bapak aja yang makan. Gak sopan pak masa saya makan semeja bareng bapak, lagipula saya tadi dah makan di rumah”

“Saya cuci tangan dulu ya” ucap Dicky menuju wastafel tempat cuci tangan tangan tanpa  menanggapi perkataan mahasiswinya itu. 

Baru berapa langkah Dicky mengajak serta Kayla untuk cuci tangan juga. “Ayo cuci tangan sekalian, lebih cepat cuci tangan makan nanti bisa segera bimbingan”

Dengan ragu Kayla mengikuti Dicky menuju wastafel yang kebetulan ada 2 kran airnya, mereka cuci tangan bersama.  Selesai langsung menuju meja di mana letak makanan mereka berada. 

“Kamu sering makan di sini ya Kay? “ tanya Dicky sambil memulai mengambil ayam di depannya. 

“Iya pak” jawab Kayla masih dengan posisi diam. 

“Ayo dimakan, udah anggep aja kamu makan bareng teman kamu. Dibuat santai aja Kay… “

“Tapi pak… “

“Kalau tidak dimakan juga berarti lama kelarnya, bimbingan juga cancel nanti jadinya”

“Iya pak”

Dengan sedikit ragu dan rasa malu Kayla mulai makan ayam geprek itu. Gimana tidak canggung, dia harus makan semeja dengan dosen pembimbingnya itu, bingung juga sebenarnya kalau nanti teman atau mahasiswa satu jurusan ada yang melihatnya. 

Kalau Kayla canggung, lain halnya dengan Dicky yang justru terlihat santai dan menikmati sarapannya itu, apalagi Kayla ada di depannya. Ya Kayla adalah mahasiswinya yang telah mencuri perhatiannya sejak semester 3. 

Setelah beberapa menit tanpa suara akhirnya acara makan selesai. 

“Jam berapa ini ya? “ tanya Dicky yang baru selesai cuci tangan. 

“10.15 pak”

“Bentar lagi saya masuk kelas ini”

“Terus bimbingannya pak? “

“Kamu kesini pakai apa? “ bukannya di jawab Dicky malah balik tanya. 

“Motor pak”

“Yaudah, kita balik sekarang ya… “

“Iya pak” 

“Saya bawa motor pak Tri, nanti kita ketemu di prodi saja ya. (Kayla mengangguk) bisa keluarin motormu gak? (menoleh mencari tukang parkir) “

Akhirnya Dicky mengeluarkan motor matic Kayla terlebih dahulu diantara parkiran motor-motor pengunjung lainnya, barulah ia keluarkan motor pak Tri yang dipinjamnya. 

“Ini Kay… kamu duluan aja. “ ucap Dicky memberi tahu bahwa motornya sudah siap dijalankan.

“Iya pak “ mengambil kunci dan siap untuk kembali ke kampus.  “Saya duluan pak”

Dicky hanya mengangguk serasa tersenyum tipis. Dia menyusul di belakang setelah membayar uang parkir pada tukang parkir yang entah tadi berada dimana dan tiba-tiba saja berlari kecil mendekat setiap ada yang hendak keluar. Yah memang beginilah kondisi perparkiran, di setiap toko-toko pinggir jalan tukang parkirnya berbeda. Biarlah karena sejatinya merekapun juga ingin mencari rezeki lewat itu semua. 

------------------

Di depan ruang prodi terlihat banyak sekali mahasiswa semester 4 yang tengah menunggu dosen untuk mengikuti kuliah pukul 10.30.  Dari sekian banyak mahasiswa itu tidak terlihat Kayla ketika Dicky sampai. Matanya berputar mengitari sekitar prodi mencari keberadaan mahasiswinya itu tapi tak juga terlihat. Dengan ekspresi datar ia langsung masuk dengan menjawab sapaan mahasiswi-mahasiswi yang menyapanya dengan senyuman. Memang banyak sekali mahasiswi yang sering menggodanya terlebih mereka mengetahui bahwa dosennya itu masih single

Di dalam ruangan Dicky menyapa rekan kerjanya yang beberapa sudah menunggu waktu mengajar dan mengembalikan kunci motor TU prodi yang tadi dipinjamnya. 

“Makasih ya pak Tri. “ mengembalikan kunci sepeda motor pada pemiliknya. 

“Sama-sama” jawab pak Tri dengan senyum. 

“Dari mana pak? “ tanya bu Rika, dosen senior disitu. 

“Makan buk, di depan. Tadi dari Jogja belum sempat sarapan… “

“Ooohh…. “

Dicky segera menuju meja kerjanya dan menatap heran map biru yang ada di mejanya. Sempat terbersit niat untuk menanyakan ke pak Tri apa tadi Kayla kesini namun urung karena tiba-tiba terdengar salam dari pintu dan benar saja mahasiswi berjilbab hitam yang tadi makan dengannya. 

“Assalamualaikum…. “

“Wa’alaikum salam…  “jawab semua yang ada di ruangan itu. 

“Mau bertemu dengan pak Dicky, pak… “ ucap Kayla pada pak Tri yang tempat duduknya paling dekat dengan pintu. 

“Silahkan, itu pak Dicky baru saja kembali. “ jawab pak Tri 

“Permisi… “ 

Sampai di depan Dicky, Kayla segera mengutarakan maksudnya. 

“Pak, mau bimbingan skripsi…. “

“Saya sudah mau masuk itu mbak…  “ Kayla melongo kaget mendengar jawaban dosennya itu. “Nanti setelah jam kuliah ya mbak… “

“Tapi pak… “

“Atau pas saya tidak ada jadwal mengajar ya. “

Kayla benar-benar tidak percaya dengan ucapan dosen pembimbingnya itu, padahal baru saja selesai makan dan dia yang menyuruhnya kembali ke prodi. Kekecewaan itu terlihat jelas di wajah Kayla. 

“Iya pak… kalau begitu saya permisi” 

Dicky melihat wajah Kayla yang seketika berubah menunjukkan kekecewaannya itu. Di dalam hati ia merasa bersalah tapi juga senang karena pertanda masih akan ada pertemuan selanjutnya dengan mahasiswi manis yang kritis dan membuatnya kagum hingga akhirnya menaruh simpati kepadanya. 

------- 

Tiba-tiba ponselnya berbunyi ketika Kayla sudah berada diluar ruangan prodi, dengan segera ia ambil benda pipih lebar warna putih itu dari dalam tas ransel yang digendongnya. 

“Bimbingan nanti sore jam 4 di mes dosen saja ya”

“Saya harus ke mes dosen pak? “

“Atau diundur minggu depan saja? “

“Jangan pak, nanti saya datang ke mes pak. “

'Kenapa dosen ini selalu mempersulitku? Waktu itu pernah tiba-tiba nentuin tempat bimbingan di rumah makan. Perasaan kalau Prof Subagja tidak seperti itu.' gerutu Kayla dalam perjalanan menuju parkiran. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status