Share

Part 2

Keanu menatap Haidar yang sejak tadi terdiam sambil mengaduk-aduk kopi di cangkirnya. Tatapan sahabatnya itu kosong dan terkadang dia menghela nafas berat seolah ada beban yang begitu besar didalam dadanya.

"Lo manggil gue kesini ternyata buat jadi saksi pernikahan siri lo sama Shanum?" Keanu meminta penjelasan. Pria berambut hitam pekat dengan mata agak sipit itu mengerutkan keningnya." Terus pernikahan lo sama Sofia gimana?"

"Tetap berjalan. Memangnya harus bagaimana lagi?" jawab Haidar santai kemudian mengangkat cangkir didepannya dan menyesapnya perlahan. Aroma kopi itu cukup menenangkan dirinya saat ini.

"Sofia gak tau kan?" tanya Keanu lebih ke sebuah pernyataan.

"Jangan sampai dia tau. Gue gak mau dia terluka. Selama hampir lima tahun hubungan kami, aku tidak pernah menyakitinya. Hatinya pasti hancur."

"Lalu Shanum? Kamu pikir hatinya dia gak hancur?" Keanu sedikit muak dengan kenaifan sahabatnya yang begitu menjaga perasaan kekasihnya. Sementara istrinya? Ya walaupun kekasihnya Haidar juga akan segera menjadi istri sahabatnya itu.

"Yang penting aku sudah menjalani wasiat Om Yudha kan." Haidar berusaha membela dirinya sendiri.

"Sampai kapan?"

"Apanya?"

"Lo poligami diam-diam?" tanya Keanu dengan gemas. Ya memang sekarang belum terhitung poligami. Tapi bulan depan Haidar akan menyandang sebagai pria yang memiliki dua istri. Iya kan?

Haidar mendengus. Rasanya kata poligami terlalu keras dan tidak sesuai dengan dirinya. Meskipun keadaannya memang seperti itu." Entahlah." Ia akhirnya hanya mengedikkan bahunya.

"Gak mungkin lo nyembunyiin semua ini selamanya. Shanum juga berhak bahagia, Dar."

"Dan lo pikir gue mau seperti ini? Kalo dia mau bahagia dia bisa cari kebahagiaannya sendiri."

"Kalo gitu dari awal lo tolak permintaan ayahnya Shanum. Bukan asal menerima lalu anak orang lo telantarkan gitu aja. Itu sama aja lo gak ngejaga Shanum." Keanu terlihat emosi. Awalnya ia mengira pilihan Haidar benar, yang Haidar lakukan benar. Tapi semakin mengetahui alasan dan yang akan Haidar lakukan pada Shanum, rasanya sangat tidak adil. Shanum sangat dirugikan dalam kasus ini.

"Seandainya gue bisa. Tapi Om Yudha itu baik banget ke almarhum bokap gue dulu."

"Kalo lo ngerasa balas budi ya jalani pernikahan lo dengan baik. Meskipun lo harus membagi tanggung jawab lo sebagai suami pada dua wanita. Jangan cuma harta aja yang lo kasih ke Shanum sementara dia kesepian disini. Gue tau lo bakal pindah dinas kan ke Ibukota? Terus Shanum gimana?"

"Ya dia disini. Dia kan juga kerja disini."

"Terus lo seneng-seneng sama Sofia disana? Seolah istri lo cuma satu."

"Gue gak mau punya istri dua."

"Lalu tinggalkan Sofia."

Haidar mengepalkan tangannya dengan perasaan kesal, seolah Keanu begitu menganggap mudah apa yang menimpanya kini." Gue mencintai dia."

"Lalu biarkan Shanum memilih kebahagiaannya sendiri," kata Keanu lagi.

"Ya, tentu saja. Setelah dia memintanya. Gue akan membiarkannya pergi. Karena itu berarti keinginannya untuk pergi dan bukan salah gue lagi kalo gue gak bisa menjaganya sesuai permintaan Om Yudha."

"Lo licik, Dar." Keanu tersenyum masam. Ia sendiri sangat tau jika Shanum mencintai sahabat kakaknya yang sekarang menjadi suaminya ini. Pasti Shanum tidak akan meminta pergi dari Haidar.

"Lo gak tau rasanya jadi gue, Nu."

...............

"Wah! Dokter Shanum. Kok udah masuk aja? Kan baru nikah," ledek Husna, salah satu perawat yang mendampingi Shanum saat praktek.

Shanum tersenyum kecil. Husna tidak tau saja sejak kemarin ia resmi LDRan dengan Haidar, entah sampai kapan. Mungkin pria itu juga sedang sibuk menyiapkan pesta pernikahannya dengan Sofia.

Pesta pernikahan.

Rasanya sangat menyakitkan ketika ia tau suaminya sedang menyiapkan pesta pernikahan dengan kekasihnya disana. Pesta pernikahan impiannya, bukan pernikahan terpaksa seperti yang mereka lakukan kemarin. Shanum tau jika dirinya memang egois, ingin memiliki Haidar secara utuh padahal pria itu punya kebahagiaannya sendiri. Sejak dulu ia memendam perasaannya pada pria itu tanpa berani mengutarakannya. Sekarang ketika mimpinya jadi nyata, menjadi istri Haidar ... nyatanya kenyataan tak seindah mimpinya. Ia harus menelan rasa sakit yang begitu banyak, menyadari ia hanya istri siri Haidar dan pria itu tidak pernah mencintainya.

Shanum sadar diri dengan posisinya sekarang. Ia hanya akan menjadi istri yang tak dianggap oleh Haidar. Hanya dirumah sakit ini yang tau hubungan mereka berdua. Selebihnya ... mereka akan menutupi hubungan pernikahan ini sesuai permintaan Haidar. Bukankah istri memang harus menuruti ucapan suaminya? Meskipun itu menyakitkan. Mungkin jika Sofia tau, gadis itu akan memakinya habis-habisan dan menyebutnya pelakor.

Pelakor.

Bermimpi pun tidak untuk merebut pria milik wanita lain. Andai Haidar tidak menyetujuinya, apa Shanum bisa lebih tenang saat ini tanpa baying-bayang orang yang akan mengira dirinya sebagai perusak hubungan Sofia dan Haidar nanti? Padahal ia tidak pernah ingin menikah seperti ini. Meskipun mimpinya adalah menikah dengan Haidar ... tapi jika keadaannya begini, wanita mana yang mau?

"Tapi kok dokter Haidar malah tetep pindah ya ke kota. Padahal baru nikah sama dokter Shanum. LDR dong, dok," ucap Husna lagi sambil membereskan kartu-kartu pasien yang sudah mengantri sejak pagi. Ia tidak tau saja bagaimana kalutnya pikiran Shanum saat ini.

"Gak apa-apa. Kan biar karirnya makin bagus disana," kata Shanum berusaha biasa saja.

"Iya sih. Ya apalah disini hanya rumah sakit kecil."

"Husss! Jangan begitu."

"Tapi, dok ... emang gak takut apa? Dokter Haidar kan ganteng. Ntar banyak yang naksir loh disana," canda Husna sambil meletakkan tumpukan map berisi data pasien didepan Shanum.

Shanum terkekeh kecil," gak lah. Kamu ada-ada aja deh."

"Iya sih." Husna menggaruk kepalanya yang tidak gatal." Lagian dokter Shanum cantik, soleha dan baik. Masa iya dokter Haidar berpaling."

Mau berpaling bagaimana? Melihat kearahku saja tidak pernah. Batin Shanum yang lagi-lagi terdengar miris.

Shanum menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Bagaimana pun juga pernikahan ini akan tetap ia jalani sebaik mungkin. Meski hatinya akan patah berkali-kali, ia akan tetap bertahan. Ia juga akan berusaha menjadi istri yang baik meski Haidar tak menganggapnya ada. Setidaknya hanya ini yang bisa ia lakukan saat dirinya sadar jika Shanum tidak punya siapa-siapa lagi didunia ini.

..............

Haidar membuka pintu mobil Pajeronya kemudian keluar dari sana. Ia menatap butik besar didepannya dengan arsitektur minimalis. Beberapa gaun mewah pun terpajang dilemari kacanya. Ia tersenyum lebar ketika wanita berjilbab peach itu akhirnya keluar dan berlari kecil kearahnya. Wanita barbola mata coklat itu seketika tersenyum saat sudah berada tepat didepannya.

"Aku rindu," kata Haidar seraya merentangkan tangannya untuk memeluk wanita didepannya.

Sofia mengulurkan tangannya, mencegah agar Haidar tidak semakin mendekat." Sabar! Gak sampai sebulan lagi kita akan menikah dan gak perlu LDR lagi." Wanita itu tersenyum dengan manik mata yang berbinar.

"Ah! Baiklah." Haidar mengusap wajahnya dengan frustasi karena tidak bisa memeluk calon istrinya ini." Bagaimana butikmu?"

"Semua lancar kok. Ayo kita ke café sebelah. Kamu pasti belum makan siang kan? Aku mau banyak cerita," ucap Sofia sambil menarik tangan Haidar agar mengikutinya.

Aku juga, Sofia. Sayangnya aku tidak bisa ceritakan ke kamu. Maaf. 


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status