Share

Part 3

Sofia terus berceloteh soal kegiatannya selama LDR dengan Haidar. Wanita itu juga menunjukkan design-design undangan pernikahannya pada Haidar. Meskipun pria itu meminta mengirimnya lewat ponsel tapi Sofia tetap menunjukkannya secara langsung.

"Aku sih suka warna biru muda dan silver ini. Kamu gimana?" tanya Sofia sambil menunjukkan undangan pilihannya.

"Bagus juga. Aku sih setuju aja."

Sofia mengerucutkan bibirnya." Kamu selalu setuju. Gak asik!" Wanita itu protes.

Haidar tertawa," iya maaf." Ia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Sofia dengan lembut." Tapi kan kamu paling pintar memilih paduan warna. Lalu gimana soal prewedding kita?" Haidar mengalihkan pembicaraan.

"Aku ambil tema alam aja. Rencananya sih di gunung gede. Kan view disana bagus." Sofia kembali bersemangat menceritakan rencananya. Ia sangat bermimpi memiliki pernikahan impian dengan segala decorasi sesuai keinginannya. Ia ingin merangkai pesta pernikahan impiannya bersama pria yang akan menjadi suaminya ini.

"Boleh juga. Disana kan sejuk. Kita bisa sekaligus jalan-jalan."

"Aku udah lama gak ke At-Tawun. Nanti kita makan sekuteng disana ya."

"Tentu saja."

Mereka semakin asik membicarakan rencana demi rencana untuk pesta pernikahannya. Kemudian Sofia melirik kearah jam tangannya." Udah sore nih. Kamu mau langsung pulang ke rumah?" tanyanya mengingat mereka sudah menghabiskan waktu cukup lama disini.

"Ya. Aku akan pulang langsung ke rumah kita," ucap Haidar, menyebutkan rumah yang telah ia beli dan memang rencananya untuk ia tinggali bersama Sofia nanti. Rumah impian dengan design minimalis dan halaman yang luas.

Sofia mengulum senyum," aku gak sabar menghabiskan waktu berdua terus sama kamu di rumah kita nanti."

"Sabar." Haidar tersenyum mengerti.

Sofia memegang lengan kekar milik calon suaminya itu," jangan pernah tinggalin aku ya. Kamu gak tau seberapa cemasnya aku dengan hubungan LDR kita kemarin."

"Ma-maksud kamu?" Haidar mendadak gugup.

"Ya, walau aku tau kamu pria yang setia dan baik. Tapi tetap saja aku khawatir ada wanita lain disana yang mencoba merebut kamu dari aku," ucap Sofia dengan wajah murung.

Haidar tertawa hambar," tidak mungkin. Kamu tau sifat aku. Mana berani wanita lain mendekat."

Sofia mengangguk," iya sih. Aku doang yang tahan dengan sifat cuek kamu. Aku hanya gak terbayang aja kalo aku sampai kehilangan kamu atau kamu jadi milik orang lain. Mungkin aku akan mati."

"Sssstttt." Haidar menepuk-nepuk punggung tangan wanita disebelahnya ini." Itu tidak akan terjadi. Jangan berpikiran macam-macam. Sebentar lagi kita akan menikah jadi focus aja dengan pernikahan kita. Kita akan segera saling memiliki secara utuh, tidak akan ada celah untuk orang lain." Ia berusaha menenangkan meski hatinya sendiri dilanda kegundahan.

"Iya. Lagipula aku tidak akan membiarkan ada wanita lain yang merebut kamu dari aku," ucap Sofia dengan sungguh-sungguh.

Haidar tersenyum kecil," aku akan selalu jadi milik kamu. Dan akan terus begitu. Selamanya."

...............

Shanum hampir saja menjatuhkan ponselnya saat sedang asik berselancar didunia maya sembari menghabiskan waktu istirahatnya." Astagfirullah." Ia mengusap-usap dadanya sendiri saking kagetnya. Gadis itu kemudian melirik kearah jam dinding di ruangannya. Masih satu jam lagi menuju jam praktek berikutnya. Ia segera beranjak dari kursi putarnya.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu ruangannya membuat Shanum mengerutkan keningnya. Setaunya Husna sedang makan siang sekarang dan jarang ada yang main ke ruangan ini.

Perlahan pintu itu terbuka dan memunculkan kepala Keanu disana." Hay!" sapanya dengan ramah.

Shanum tersenyum, rupanya sahabatnya sekaligus sahabat almarhum kakaknya dulu." Kok masih disini, Mas?" ia terbiasa memanggil Keanu dengan sebutan Mas karena pria itu lebih tua lima tahun darinya, seperti Haidar. 

"Iya nih. Aku sengaja ambil cuti tiga hari. Males banget bolak balik Solo Jakarta dua hari doang. Capek dijalan," ucap Keanu sembari masuk ke dalam ruangan praktek milik Shanum. Padahal dengan harta warisan peninggalan keluarganya Shanum bisa mengambil spesialis kedokteran lagi tapi gadis itu malah enggan dan memilih tetap menjadi dokter umum. Katanya nanti dia mau buka kliniknya sendiri dengan sisa peninggalan orangtuanya.

"Oh. Aku kira mas Keanu pulang sama mas Haidar," ucap Shanum dengan nada kecewa. Kecewa karena Haidar pulang lebih dulu ke Jakarta sementara Keanu saja masih disini.

"Kenapa? Gak seneng ya aku disini?" canda Keanu.

Shanum menggeleng cepat," bukan gitu maksudnya."

Keanu langsung tertawa melihat wajah gugup Shanum. Sangat menggemaskan." Iya aku tau kok. Gak usah panik gitu."

"Mas ih!"

"Mau makan siang gak? Masih belum mulai kan prakteknya?"

"Pasti ngintip jadwal aku ya," canda Shanum yang dibalas anggukan oleh Keanu.

"Ya udah yuk. Aku lapar."

Shanum mengangguk. Gadis itu melepaskan jas putihnya dan menyampirkannya di kursi putar kemudian keluar dari ruangannya mengikuti Keanu. Mereka pun berjalan melewati koridor rumah sakit, menuju pintu keluar utama. Disana banyak berjejer pedagang makanan dan beberapa ruko-ruko tempat makan. Keanu sengaja tidak mengajak Shanum ke kantin rumah sakit agar mereka bisa lebih santai dan suasananya berbeda. 

"Makan apa ya yang enak?" gumam Keanu sambil melihat-lihat pedagang makanan disekitarnya.

"Pecel lele?"

"Kamu mau?"

"Ya habisnya bingung. Makanan disini kan itu-itu aja." Shanum menggaruk kepalanya yang ditutupi jilbab biru muda sambil tersenyum kikuk.

"Boleh deh. Daripada keburu habis jam istirahat kamu," ucap Keanu akhirnya. Mereka pun masuk ke salah satu kios yang menjual pecel lele. Setelah memesan, mereka memilih duduk di bagian agak dalam karena lebih sejuk. Cuaca kota Solo siang ini cukup panas.

"Terimakasih, Pak," ucap Shanum sopan saat menerima pesanannya.

Setelah mendapatkan makanannya masing-masing. Mereka berdoa kemudian langsung memakan makanan masing-masing dalam keheningan. Tidak ada yang membuka suara karena tidak baik juga makan sambil berbicara. Baik Shanum maupun Keanu larut dalam pikiran mereka masing-masing, terutama Shanum. Gadis itu tidak bisa berhenti memikirkan suaminya dan juga rasa sakit akibat kehilangan sang Ayah yang masih begitu terasa. 

Rasa sakit kehilang satu-satunya keluarga yang dimiliki ditambah kenyataan jika Shanum harus berbagi suami dengan Sofia, membuat hati gadis itu semakin hancur berkeping-keping. Jika kata orang setelah rasa sakit yang kamu rasakan, akan hadir seseorang yang akan membahagiakanmu sampai kamu lupa rasa sakitmu ... tidak bagi Shanum kini. Walau begitu ia tidak mau suudzon dengan takdir yang telah Allah tuliskan. Jika memang begini takdirnya, Shanum berusaha ikhlas agar kehidupannya terasa lebih ringan dijalani. Karena jika ia terus larut dalam lukanya yang ada ia akan putus asa nanti. Amit-amit.

Tapi seandainya kehadiran Haidar akan menjadi obat dari segala rasa sakitnya, mungkin akan sedikit lebih baik. Sayangnya Shanum tidak ingin berharap lebih. Ia takut kenyataan akan semakin menjatuhkannya nanti. Sekarang ia hanya bisa terus berdoa dan ikhtiar menjadi istri yang baik bagi Haidar. Meski pria itu akan menyembunyikan dirinya dari dunia luar. Ia harus mempersiapkan hatinya jika nanti melihat postingan demi postingan milik Haidar soal pernikahan suaminya itu dengan Sofia.

Shanum hanya sekali bertemu Sofia saat liburan bersama Keanu dan Haidar ke Jakarta. Ia tau Sofia adalah wanita dewasa yang baik dan terlihat sangat manis. Wanita itu juga berjilbab seperti dirinya, sangat anggun. Pantas saja membuat Haidar cinta mati.

"Haidar udah menghubungi kamu?" tanya Keanu saat sudah selesai menyantap makanannya.

Shanum tersadar dari lamunannya," eh. Belum."

Keanu tampak mendengus," udah aku duga. Kamu baik-baik aja?" tanyanya memastikan.

Shanum tersenyum kecil sambil mengangguk," Alhamdulillah."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status