Share

5

"Lah? Jayden? Lo ngapain disini?" tanya Felicia dengan alis tertaut. Ia baru saja akan selesai shift kerja tapi tiba- tiba rekannya meminta tolong untuk melayani pelanggan yang baru datang karena dia sedang melayani pelanggan lain. Siang itu kafe memang cukup ramai. Apalagi di weekend seperti ini.

"Mau ngajak lo makan siang. Sini sini," Jayden malah menepuk- nepuk kursi kosong disampingnya.

Felicia memutar bola matanya dengan malas, "gue serius. Gue mau balik nih mau ke kampus."

"Ngapain? Kan sabtu sekarang." Jayden mengingat- ingat hari apa sekarang. Iya sabtu. Ia tak salah ingat. Tapi memang sih sabtu pun kampus tetap ramai. Ada beberapa mata kuliah dan beberapa praktikum yang membludak jadwalnya jika di weekday.

" Ke perpus. Ngerjain tugas proposal sama nyari materi penelitian," balas Felicia ogah- ogahan.

"Yaudah yuk bareng gue."

"Trus lo gak jadi pesen apa- apa?"

"Lo diajak gak mau sih. Kita makan di kantin aja deh nanti. Gak enak diliatin senior lo." Jayden tampak memperhatikan sekelilingnya. Mereka memang sedang jadi pusat perhatian. Mungkin karena Felicia malah mengobrol dengannya. Pria itu pun beranjak dari tempatnya.

"Gue ganti baju dulu sama ambil tas. Bentar." Felicia langsung masuk ke dalam back office sementara Jayden memilih untuk menunggu diluar, menghindari tatapan bertanya orang- orang padanya.

"Susah deh orang ganteng mah, banyak yang liatin," gumam pria itu sambil mengusap rambutnya dengan gaya tengil.

"Cih! Siapa yang ganteng?" Felica yang baru menghampiri pria itu setelah ganti baju dan mengambil tasnya tjba- tiba berdecih begitu mendengar Jayden bicara sendiri.

"Gue? Kenapa?" Jayden malah nyolot.

Felicia menepuk- nepuk dadanya berusaha sabar menghadapi junior yang unik seperti Jayden. Kalo bukan karena mengingat jasa adik tingkatnya itu yang selalu mengajaknya di setiap kelompok diskusi mau pun kelompok presentasi di kelas, ingin ia tendang pria ini jauh- jauh. "Udah ayo berangkat. Keburu sore. Ntar kampus sepi."

"Cieee takut kesepian. Tenang. Ada babang Jay." Jayden menepuk- nepuk dadanya dengan gaya angkuh.

"Babang Jay? Jijay sih iya!" Felicia langsung berjalan lebih dulu menuju halte bus. Jayden yang sibuk menggerutu itu pun akhirnya mengikuti dibelakangnya.

"Tadinya gue mau bawa mobil, tapi takut dikira sombong sama lo," ucap Jayden yang menyejajarkan langkah gadis jangkung disampingnya. Jika dilihat- lihat tinggi mereka hampir sama. Bahkan Felicia tingginya sama dengan telinganya. Padahal ia sendiri tingginya 180 sentimeter. Berarti Felicia termasuk tinggi untuk ukuran gadis Asia.

Felicia memutar bola matanya dengan malas ketika Jayden mulai meninggikan dirinya sendiri. Telinganya sudah terbiasa mendengar kata- kata sombong pria itu. Ia tau, Jayden hanya bercanda. Tepatnya ingin mencairkan suasana.

Sekitar tiga puluh menit perjalanan dengan bus transjakarta, mereka pun sampai tepat didepan pintu utama kampus yang memang menyatu dengan halte bus. Sebagai salah satu fasilitas untuk memudahkan perjalanan mahasiswa disini.

"Adem ya naek bus tadi," ucap Jayden lagi begitu turun dari bus dan menuju gerbang kampus.

"Jangan norak deh!"

"Maklum, biasa naik angkot gue."

"Bodo amat! Gue gak nanya!" Felicia jadi kesal sendiri mendengar kalimat- kalimat random dan gak penting yang Jayden ucapkan. Ia harap di perpustakaan nanti mulut pria itu mendadak tak bisa terbuka daripada mengganggunya. Padahal hanya di weekend seperti ini ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu di perpustakaan karena ia selalu dapat shift pagi saat weekend. Sudah perjanjian sejak awal kontrak kerja.

Setelah sampai di gedung perpustakaan, Felicia mengabsen dirinya dan mengambil kunci loker. Ia pun meletakkan tasnya didalam loker setelah mengeluarkan laptopnya untuk mengerjakan tugas.

Sementara Jayden membawa setumpuk kertas beserta laptopnya juga lalu mengikuti Felicia masuk ke dalam ruang baca. Mereka memilih duduk lesehan di paling pojok. Karena paling adem dan deket wifi. Jelas jaringannya jadi kencang.

Felicia beranjak dari tempatnya untuk mencari beberapa buku referensi.

Perpustakaan ini cukup ramai, beberapa mahasiswa memang sengaja mengerjakan tugas atau jurnal disini, atau yang mengerjakan laporan kelompok dan laporan individu praktikum. Beberapa mungkin hanya sekedar menemani dan numpang wifi. Dengan alibi mengambil buku dari rak, dibuka, tapi pandangannya fokus ke hape.

Felicia mengambil beberapa buku referensi penelitiannya seperti buku toksikologi klinik, anatomi tubuh hewan dan tentang ekstrak tumbuhan yang akan diuji. Setelah dapat, ia kembali ke tempatnya.

Jayden masih sibuk dengan lembaran kertas yang dibawanya tadi." Gue udah bawa jurnal- jurnal yang berkaitan sama penelitian kita."

"Bagus deh. Jadi referensi kita banyak. Gue juga udah nyari jurnal sih tapi gak di prin."

"Eh iya kalo soal proposal kewirausahaan lo udah ada ide?" tanya Jayden yang teringat tugas lain yang sekelompok juga dengan Felicia.

"Baru gue mau omongin. Gue ada ide," ucap Felicia dengan santai. Ia pun mengeluarkan buku catatannya yang bergambar hati itu.

"Pfftt!" Jayden tidak bisa mengontrol tawanya. "Cewek banget buku lo."

Felicia menutup bukunya lagi dengan keras lalu melotot kearah Jayden dengan garang." Lo mau gue kasih tau gak idenya?! Atau gue bisa nyusun proposal ini sendiri," ucapnya penuh ancaman. Ia lupa pria didepannya selain jadi penyelamat dirinya saat butuh kelompok tapi juga pria yang menyebalkan.

Jayden mengontrol nafasnya. "Iya maaf. Yaelah gitu aja ngambek. Gak asik lo!"

Felicia berdecak sebal. Ia pun membuka buku catatannya kembali. Catatan ide yang ia kerjakan saat di sepertiga malam hari ini.

"Apa tuh?" Jayden tampak penasaran.

"Lipbalm dari buah naga merah. Keren kan? Sederhana tapi peminatnya banyak. Bahannya juga mudah didapet. Kemasannya kita pake jar aja jadi cara pakainya dioles pake jari ke bibir bukan yang pake kuas atau kayak lipstick."

"Buat cewek sih iya." Jayden mencibir.

"Terus ide lo apa?" Felicia kembali garang. Emang dasarnya seorang Jayden gak bisa dibaikin.

Jayden menggaruk kepalanya sendiri yang tidak gatal. Ia memang sudah mencoba mencari ide tapi belum ketemu yang unik dan sederhana. Meski hanya proposal kan harus diliat juga realisasinya nanti bagaimana. Apakah memang bisa dikerjakan mahasiswa atau malah menyulitkan untuk direalisasikan. "Yaudah ide lo aja."

"Serius? Tinggal cari bahan tambahan aja nih. Sama cara pembuatan. Urusan latar belakang sama teori mah gampang."

"Iya iya serah lo." Jayden mengibas-ngibaskan tangannya kemudian fokus dengan jurnalnya lagu.

Felicia mengerucutkan bibirnya dengan sebal. Ia pun memasukkan kembali buku catatan ke dalam tas laptopnya kemudian mulai membaca buku yang ia ambil tadi. Beberapa materi yang ia perlukan di foto, tak lupa pustakanya. Karena ini yang penting. Suka dipertanyakan sama pembimbing kebenaran dari pustakanya. Makanya saat mencari jurnal pun harus yang sesuai. Biasanya jurnal yang sudah ada nomor ISSNnya yang dibolehkan.

Diam- diam Jayden memperhatikan Felicia yang tampak serius menyalin beberapa materi ke laptopnya, juga sibuk mengambil foto buku- buku itu dengan ponselnya. Ia tersenyum kecil.

Gue tau. Yang orang pikir tentang lo itu salah. Lo bahkan lebih giat dari mereka. Tindakan lo bener. Lo cukup fokus sama diri lo sendiri tanpa pusing mikirin kata orang.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status