"Lah? Jayden? Lo ngapain di sini?" tanya Felicia dengan alis tertaut. Ia baru saja akan selesai shift kerja tapi tiba- tiba rekannya meminta tolong untuk melayani pelanggan yang baru datang karena dia sedang melayani pelanggan lain. Siang itu kafe memang cukup ramai. Apalagi di weekend seperti ini.
"Mau ngajak lo makan siang. Sini sini," Jayden malah menepuk- nepuk kursi kosong disampingnya.
Felicia merenggangkan tangannya begitu selesai menyalin materi ke laptopnya dan beberapa yang belum ia rangkum, ia foto dengan ponselnya. Agar tidak perlu bolak- balik ke perpustakaan lagi. Apalagi kesempatannya ke perpustakaan dengan banyak waktu hanya di weekend. Gadis itu pun melirik pekerjaan Jayden yang sedang merangkum jurnal- jurnal yang telah pria itu prin."Udah selesai?" tanya Felicia sambil menutup laptopnya.
Felicia baru akan masuk kelas manajemen Farmasi ketika melihat sosok Jayden yang tengah berkumpul dengan para mahasiswi dan beberapa mahasiswa di belakang asik mengobrolkan sesuatu yang tak ia mengerti. Pria itu memang sangat mudah bergaul dengan siapa saja. Tidak seperti dirinya yang lebih sering menarik diri dibanding mencoba berbaur. Felicia hanya lelah berpura- pura jika mereka menyukainya sebagai teman mengobrol. Padahal mereka suka membicarakannya dari belakang. Tentu ia tau dan memiliki telinga yang masih bekerja dengan baik. Meski hanya bisikan, tapi ia sering mendengar orang- orang yang membicarakannya. Terutama soal perkuliahannya.
Felicia melirik ponselnya yang bergetar di saku seragam kerjanya. Ternyata ia sudah dimasukkan ke grup penelitian oleh Jayden. Tampak ada beberapa anggota lain dalam grup selain Jayden dan Harumi, yang Felicia tebak adalah kelompok proyek pembuatan ekstrak. Karena untuk bagian kelompok Felicia adalah khusus farmakologinya. Agar tugas dan skripsinya tidak terlalu banyak yang dibahas. Juga untuk pengerjaan bisa lebih singkat dan cepat jika dikerjakan banyak orang. Lagipula katanya untuk ekstrak akan dibuat dalam jangka waktu satu bulan lagi. Sementara seminar proposal masih sekitar tiga bulan lagi. Jadi sambil menunggu seminar proposal, ia dan yang lain bisa membuat ekstraknya dulu. Setelah seminar proposal selesai, bisa dilanjut ke uji farmakologinya. Mungkin
Felicia duduk di kursi kosong lobby gedung laboratorium seperti biasa. Gadis itu sibuk dengan laptopnya, merevisi proposal yang sudah dicoret oleh bu Dinda kemarin dan mengirim proposal ke Bu Rahmi. Ia sengaja mengirim yang sudah direvisi lagi biar mengurangi kesalahan yang mungkin akan direvisi lagi oleh bu Rahmi. Bu Rahmi itu dosen fitokimia, biasa yang berhubungan dengan tanaman dan ekstrak. Sesuai skripsi Felicia dan kelompoknya.Saking seriusnya, Felicia tidak menyadari ada pria yang duduk didepannya dan menatap gadis itu
"Karena gue terlalu sibuk dengan dunia gue, gue sadar gue gak punya banyak uang kayak mahasiswa lain makanya gue perlu kerja keras. Orang yang gue pikir bisa menemani gue disaat- saat terendah hidup gue, nyatanya malah ninggalin gue. Dan sekarang dia balik lagi dengan muncul didepan gue. Padahal gue mulai melupakannya."Jayden masih sangat mengingat bagaimana ekspresi Felicia saat mengatakan soal masa lalunya, tepatnya alasan gadis itu akhirnya putus dari Ansel. Sebenarnya ia hanya bercanda soal Felicia yang seakan tak pantas
Setelah revisi dua kali dengan dua dosen yang sama, akhirnya proposal Felicia sudah sempurna. Ia sudah memeriksanya lagi mulai dari typo atau tanda baca yang salah juga format kepenulisan proposal penelitian sangat ia perhatikan. Demi menghindari adanya revisi lagi. Karena baik Bu Dinda maupun Bu Rahmi sangat teliti dengan tanda baca dan kesalahan penulisan. Entah mereka mungkin sudah terbiasa membimbing banyak mahasiswa jadi sudah hapal kesalahan- kesalahan dalam proposal.Berhubung masih pagi, Felicia segera ke tempat fotoko
"Mending lo abisin makanan lo cepetan. Kita mau ke Bu Dinda loh.""Santai. Doi juga ngajar kok hari ini. Pasti ada sampe siang." Jayden tampak santai mengunyah makanannya tidak seperti Felicia yang bahkan sudah menghabiskan semangkuk soto dan teh manisnya.
Felicia memasang wajah masam, semasam es jeruk yang dipesannya kali ini. Ditambah mi ayam super pedas dengan setumpuk sambal diatasnya. Matanya melotot tajam pada pria yang kini asik memamerkan lipbalm buatannya ke para mahasiswi yang mendadak kepo ingin coba.Sepertinya presentasi mereka memang sukses. Jayden bahkan lebih mirip sales lipbalm dibanding mahasiswa yang presentasi. Lihat sendiri hasilnya. Banyak yang kepo dengan produk mereka.