Share

WOLVIRE (Bahasa Indonesia)
WOLVIRE (Bahasa Indonesia)
Penulis: Varga Nurlela Blafire

Prolog

Darah mengalir turun dari leher lelaki yang duduk terkulai di ruangan itu. Membasahi tuksedo hitam yang ia pakai dan lantai di bawahnya dengan genangan pekat. Rambut kelabunya bernoda merah dan tampak lengket, setetes darah mengalir ke dahinya. Bahu dan dada orang itu bergeming. Tak ada tanda-tanda napasnya masih tersisa.

Beberapa langkah dari mayat itu, seorang wanita telentang dengan posisi janggal dan leher penuh darah. Wajahnya yang telah pucat menyiratkan kesakitan. Bibirnya terbuka, seakan wanita bergaun putih itu sempat berteriak sebelum urat lehernya terputus. Di sampingnya, berlutut seorang pria yang tersengguk-sengguk dengan perasaan terluka. Pria bernama Rudi itu menoleh secepat embusan angin, iris matanya yang gelap menatap seorang pria lain yang berdiri tak jauh darinya dengan benci.

“Opo sing mok karepke?” (Apa yang kau inginkan?) Rudi menggeram rendah. Perlahan dan agak gemetar, ia berdiri.

Yang dimusuhi menyeringai di bawah tudung jubahnya yang bermotif batik hitam. Kelepai jubah itu bergerak saat kedua tangan si pemilik terentang seperti akan memeluk seseorang.

“Opo sing tak karepke?” Pria berjubah batik tertawa. “Aku sing goblok, opo kowé sing pekok? Kowé wêruh opo pengarepanku!” (Aku yang bodoh, atau kau yang tolol? Kau tahu apa keinginanku!)

Rudi mengepalkan tangannya dengan marah. “Anakku wés mati, Sétan!”

Yang dipanggil setan memiringkan kepalanya dengan geli. “Aku uduk cah cilik, Rud. Anakmu séhat, ora loro, ora dipatèni, opo manèh mati ngêndhat! Mok dhêlikake nek endi bocahé?!” (Aku bukan anak kecil, Rud. Anakmu sehat, tidak sakit, tidak dibunuh, apalagi mati bunuh diri! Kau sembunyikan di mana dia?!)

Rudi terkekeh sedih. “Kowé ora perlu wêruh opo-opo bab panggonané anakku. Arep kok gawé opo dhèwèké? Anakku duwé hak urip! Ojo ganggu dhèwèké!” (Kau tidak perlu tahu apa-apa tentang di mana anakku berada. Mau kau apakan dia? Anakku punya hak untuk hidup! Jangan ganggu dia!)

Pria berjubah batik melesat bagaikan kilat. Dalam sekian milidetik, leher Rudi sudah berada di cengkeramannya.

“Ojo neko-neko karo aku, 'cok!” (Jangan macam-macam denganku, sialan!) Pria berjubah batik menggeram dengan suara mirip binatang. Wajahnya berkerut marah. Cekikannya semakin erat, tapi Rudi bergeming.

Rudi mendengus. “Aku mung berusaha dadi wong tuwo sing apik kanggo anakku.” (Aku cuma berusaha jadi orang tua yang baik untuk anakku.)

Sang musuh menggertakkan gigi. “Bakal tak sepuro awakmu, anggêr gêlêm nyerahaké anakmu ning aku!” (Akan kumaafkan dirimu, asal kamu mau menyerahkan anakmu padaku!)

Wajah Rudi terpilin marah. Kebencian membakar tatapannya. Ia meludah, tepat ke wajah sang musuh di hadapannya.

Pria berjubah batik berteriak geram. Dengan satu kedipan mata, ia mematahkan leher Rudi tanpa usaha yang berarti. Darah hitam muncrat hingga memercik ke wajah si pembunuh. Kepala Rudi terlontar dan menggelinding, lalu berhenti di samping kepala istrinya yang telah mati. Sang musuh menghempaskan tubuh tanpa kepala yang ia pegang dengan kasar.

“Bakal tak golèki anakmu, Rud. Bakal tak golèki.” (Akan kucari anakmu, Rud. Akan kucari.)

Pria berjubah batik itu membalikkan badan, lalu pergi meninggalkan hasil kerja tangannya di sana.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
firsty.luvi
This is one of the best story I've read so far, but I can't seem to find any social media of you, so I can't show you how much I love your work
goodnovel comment avatar
Deeta Pratiwi
ya ampun mak, bab awal wes gembok-an ??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status