Ana benar-benar membersihkan dapur, itu ia lakukan karena ucapan terimakasihnya karena sedikit banyak telah dilindungi walaupun ia di tampar. Ketika ia sedang mencuci lap yang ia pakai, seorang wanita paruh baya yang menamparnya tadi itu masuk ke dalam.
“Sudah bersih, sekarang pergilah!” ucap wanita paruh baya itu.
Ana tidak langsung turun, dia menenangkan dirinya terlebih dahulu lalu membuka pintu mobil. Ana melihat sekeliling dan dia sangat lega ketika tidka melihat sesuatu yang mencurigakan. Sampai sekarang, Ana bisa memastikan bahwa tidak ada yang mengikuti mereka.Ana mengikuti langkah Werren, ia masuk lebih jauh ke vila pria itu. “Terimakasih telah menolongku.” Ucap Ana pelan ketika mereka sampai di ruang tamu.
Ana meluruskan otot-ototnya, dia baru saja bangun. Tiga hari tidur di vila Werren dia merasa tenaganya pulih, Ana tidak pernah tidur selelap ini setelah tiga tahun lamanya. Di organisasi dia selalu was-was untuk tidur lelap karena takut ada orang yang ingin mencelakainya.Werren berada di kamar lain di lantai bawah, dia sangat bersyukur pria tu memberikannya waktu untuk sendiri dan setelah hari itu Werren berhenti betanya-tanya soal kehidupannya. Selain itu, Werren juga belum menyentuhnya sampai saat ini, Ana sadar pr
Werren mengemudi sampai di vila, dia mengemudi dalam kecepatan maksimal dan hanya butuh dua puluh menit sampai di tempat itu. Membawa ikut serta berlanjaan Ana, walaupun tadi gadis itu sempat berdebat dengannya hanya karena dua pasang lingerie itu.Ana tidak bisa apa-apa karena dia membeli semua pakaian itu menggunakan uang Werren jadi ketika pria itu membayar dua pakaian kurang bahan itu, Ana hanya menghela napas pelan. Ketika melihat lingerie itu, jujur Ana merasa merinding karena dia tidak pernah memakai pakaian se
Werren masih saja mengelus perut Ana, bahkan telapak tangannya sering naik dan meremas gundukan lembut milik gadis itu. Ana tidak fokus menonton akibat perbuatan Werren.Dia menahan tangan pria itu di perutnya tetapi Werren malah menurutnkan tangannya dan memasukkan jarinya di celah basah milik Ana membuat gadis itu meggelinjang dan membuatnya berbaring terlentang.
Seluruh tubuh Werren merinding, ia membeku di tempatnya berdiri lalu menoleh ke arah datangnya suara dan menghela napas lega ketika pintu garasinya masih tertutup rapat dan tidak ada bekas peluru sama sekali.Werren melihat sekeliling dan lagi-lagi bernapas lega ketika tidak menemukan siapapun di sana. Tetapi, suara tembakan itu sangat keras hingga ia merasa jaraknya sangat dekat.
Werren mengajak Ana untuk mengelilingi rumahnya, pria itu menunjukkan dua buah tempat rahasia sebagai tempat perlindungan untuk Ana. Dia menuntun Ana pergi ke dalam kamarnya, gadis itu menarik baju kaos miliknya ketika mereka dia melangkah menujukamar mandi.“Werren?”
Malam yang sama sejak dia ditinggal oleh Werren, Ana tiba-tiba terbangun. Walaupun dia mendengar suara yang sangat kecil, Ana langsung waspada. Dia langsung merapihkan tempat tidurnya dan membersihkan jejaknya dari dalam kamar itu. Dia langsung berjalan pelan menuju ruangan CCTV tetapi tidak menemukan apapun di sana.Suara aneh itu masih terus saja terdengar, dia mendengar seperti suara langkah aneh tetapi setahunya rumah Werren memiliki keamanan tinggi tidak mungkin ada yang bisa masuk tanpa alarm berbunyi sedikitpun
Sesampainya di Washington, Werren langsung pergi ke vila miliknya. Dia memperhatikan pemandang di sekeliling ketika perjalanan pulang. Werren menemukan beberapa mobil van berwarna hitam yang terparkir cukup aneh.Semuanya memiliki kaca sangat gelap sampai dia tidak bisa melihat pemandangan di dalam. Itu cukup aneh untuk mobil yang berada jauh dari tengah kota karena rata-rata orang di sini memiliki kaca mobil nyaris transparent karena mereka suka menyapa satu sama lain ketika bertemu.