Luna menepuk-nepuk rambutnya yang basah. Ia memang baru saja selesai mandi keramas demi menghilangkan semua hairspray yang membuat rambutnya kaku, dan terasa tidak nyaman. Saat ini, Luna hanya mengenakan sebuah kimono handuk, karena pakaiannya masih berada di atas ranjang. Namun, begitu ke luar dari kamar mandi, Luna terkejut dengan Dominik yang tengah duduk bertelanjang dada di tepi ranjang.
Bukan, bukan keberadaan Dominik yang setengah telanjang yang membuat Luna merasa terkejut. Namun, apa yang tengah dilakukan oleh CEO hot itu saat ini. Dominik tengah mengangkat celana dalam dan bra milik Luna ke udara, dengan kedua netra yang tertuju pada kedua benda tersebut. Dominik menampilkan ekspresi yang s
“Jadi dia menikahi perempuan itu?” tanya Ignor pada salah satu bawahannya yang memang bertugas untuk mengumpulkan informasi demi informasi yang dibutuhkan olehnya.Bawahannya yang bernama Roy tersebut mengangguk. “Benar, Tuan. Mereka menikah kemarin, secara tertutup. Acara resepsinya pun dilangsungkan secara terbatas.”“Apa yang aku perkirakan rupanya benar. Sepertinya ia takut jika kejadian yang terjadi di masa lalu, akan terjadi kembali terulang. Betapa bodohnya. Semakin dia berusaha untuk tidak membuat kejadian itu terulang, maka semesta akan bekerja sebaliknya,” ucap Ignor p
Luna menunduk dan terus saja menghindari tatapan tajam Dominik yang tentu saja tengah memberikan intimidasi padanya. Luna memang merasa salah. Ia sudah melakukan kesalahan dengan melanggar batasan yang ada. Luna memang sudah menjadi nyonya rumah kediaman Yakov ini. Namun, Luna sudah berani memasuki area yang seharunya tidak Luna masuki. Meskipun tidak ada larangan tertulis jika Luna tidak boleh memasuki ruangan tadi, tetapi Luna sadar jika dirinya memang tidak boleh memasuki ruangan tersebut.Hal itu sudah jelas, dari bagaimana tersembunyinya ruangan tersebut. Bodohnya Luna karena ia tidak bisa menyadarkan dirinya dan berakhir di situasi yang menyulitkan ini. Tentu saja, Luna begitu merinding saat mengingat puluhan, bahkan ratusan senjata yang tertata rapi di dinding ruangan. Belum lagi alat-alat pembuata
Dominik seakan-akan menggenggam kelemahan Luna dan memanfaatkan itu untuk melakukan semua yang ia inginkan pada Luna. Ia membuat Luna kelelahan karena terjaga hampir tiap malam. Rasanya, Luna benar-benar ingin melepaskan dirinya dari Dominik. Untungnya, siang ini Dominik ternyata memiliki sesuatu yang harus dibicarakan dengan Harry secara pribadi. Itu artinya, Luna memiliki waktu untuk menikmati makan siang sendiri tanpa ocehan mesum Dominik yang membuatnya malu.Karena itulah, Luna turun sendiri untuk makan di kafetaria. Sayangnya, kafetaria kali ini lebih ramai daripada sebelumnya. Jam makan siang Luna tepat bersamaan dengan waktu istirahat karyawan lainnya. Melihat jika tidak ada kursi yang kosong, Luna
“Obsesinya ada dalam dirimu, Luna. Dominik terobsesi terhadap sesuatu yang kau miliki, dan untuk saat ini kau yang harus mencari tau itu sendiri,” ucap Ignor memberikan sebuah teka-teki yang sama sekali tidak bisa dimengerti oleh Luna.Seperti kaset rusak, perkataan Ignor terus terngiang-ngiang di dalam benak Luna. Tentu saja, hal itu membuat Luna tidak fokus dengan pekerjaannya. Setelah waktu makan siang habis dan Luna kembali ke kantor seolah-olah tidak ada yang terjadi, Luna kesulitan untuk fokus pada pekerjaannya dan terus terpikirkan apa yang dikatakan oleh Ignor. Rasanya akan sangat mudah menanyakan hal ini
“Ayo, lari Luna,” ucap Dominik sembari berlari mundur menghadap Luna yang tampak begitu lelah. Perempuan satu itu basah kuyup karena keringat. Rambutnya yang diikat ekor kuda bergerak sesuai dengan gerakannya. Anak-anak rambut tampak menempel erat pada kening, pipi, hingga tengkuk Luna yang dibanjiri keringat.Luna menggeleng, dan menghentikan gerakan kedua kakinya sebelum memilih untuk duduk di atas tanah. Ia benar-benar lelah dan tidak sanggup lagi melanjutkan latihan yang dipimpin langsung oleh Dominik. Setelah menggauli Luna hampir dua jam dengan dalih pemanasan, Dominik menepati janjinya untuk melatih fisik Luna yang memang agak lemah. Luna sendiri tidak terima, karena dirinya disebut lema
“Apa kau menyiapkannya sesuai dengan apa yang aku minta?” tanya Dominik saat melihat Harry memasuki ruangannya. Saat ini, Dominik tengah menugaskan Luna untuk mengerjakan laporan, hingga dirinya bisa berbincang dengan leluasa bersama Harry. Termasuk untuk membicarakan perihal masalah rahasia sekali pun.“Tentu, Tuan. Saya sudah mendapatkan apa yang Tuan inginkan,” jawab Harry lalu mengeluarkan sebuah pisau bersarung berukuran sekitar lima belas sentimeter dari saku jas bagian dalamnya.Harry memberikan pisau tersebut pada Dominik. Setelah menerimanya, Dominik menimbangnya dan membuka sarung
“Angkat rokmu,” ucap Dominik membuat Luna yang tengah merapikan gaun yang ia kenakan, mendongak terkejut.Gaun yang dikenakan Luna tampak sederhana dengan panjang rok yang mencapai pertengahan betisnya membuat Luna tampil anggun. Luna melotot pada Dominik dan berkata, “Tidak mau! Aku tidak mau harus kembali mandi dan berdandan.”Luna berpikir, jika Dominik ingin melakikan quick sex yang biasanya memang tidak melepaskan pakaian secara sempurna. Dalam quick sex, pasangan hanya akan membuka sedikit paka
“Selamat datang, Tuan dan Nyonya terhormat. Terima kasih karena kalian sudah menghadiri acara pelelangan barang-barang berharga yang pastinya sudah menjadi incaran kalian semua sebelumnya. Baik, mari kita mulai acara ini,” ucap seorang pria yang bertugas sebagai pembawa acara.Luna menoleh dan menatap Dominik yang tiba-tiba menyambar bibirnya dan mengulumnya beberapa detik sebelum melepaskannya. Baru saja Luna akan melayangkan pertanyaan sekaligus sebuah protes pada Dominik, lampu dimatikan hingga membuat Luna berjengit dan secara refleks menempelkan tubuhnya pada Dominik yang memang duduk melekat padanya. Luna menelan ludah, berpikir jika kemungkinan ada sebuah insiden yang terjadi seperti pes