Dominik seakan-akan menggenggam kelemahan Luna dan memanfaatkan itu untuk melakukan semua yang ia inginkan pada Luna. Ia membuat Luna kelelahan karena terjaga hampir tiap malam. Rasanya, Luna benar-benar ingin melepaskan dirinya dari Dominik. Untungnya, siang ini Dominik ternyata memiliki sesuatu yang harus dibicarakan dengan Harry secara pribadi. Itu artinya, Luna memiliki waktu untuk menikmati makan siang sendiri tanpa ocehan mesum Dominik yang membuatnya malu.
Karena itulah, Luna turun sendiri untuk makan di kafetaria. Sayangnya, kafetaria kali ini lebih ramai daripada sebelumnya. Jam makan siang Luna tepat bersamaan dengan waktu istirahat karyawan lainnya. Melihat jika tidak ada kursi yang kosong, Luna
“Obsesinya ada dalam dirimu, Luna. Dominik terobsesi terhadap sesuatu yang kau miliki, dan untuk saat ini kau yang harus mencari tau itu sendiri,” ucap Ignor memberikan sebuah teka-teki yang sama sekali tidak bisa dimengerti oleh Luna.Seperti kaset rusak, perkataan Ignor terus terngiang-ngiang di dalam benak Luna. Tentu saja, hal itu membuat Luna tidak fokus dengan pekerjaannya. Setelah waktu makan siang habis dan Luna kembali ke kantor seolah-olah tidak ada yang terjadi, Luna kesulitan untuk fokus pada pekerjaannya dan terus terpikirkan apa yang dikatakan oleh Ignor. Rasanya akan sangat mudah menanyakan hal ini
“Ayo, lari Luna,” ucap Dominik sembari berlari mundur menghadap Luna yang tampak begitu lelah. Perempuan satu itu basah kuyup karena keringat. Rambutnya yang diikat ekor kuda bergerak sesuai dengan gerakannya. Anak-anak rambut tampak menempel erat pada kening, pipi, hingga tengkuk Luna yang dibanjiri keringat.Luna menggeleng, dan menghentikan gerakan kedua kakinya sebelum memilih untuk duduk di atas tanah. Ia benar-benar lelah dan tidak sanggup lagi melanjutkan latihan yang dipimpin langsung oleh Dominik. Setelah menggauli Luna hampir dua jam dengan dalih pemanasan, Dominik menepati janjinya untuk melatih fisik Luna yang memang agak lemah. Luna sendiri tidak terima, karena dirinya disebut lema
“Apa kau menyiapkannya sesuai dengan apa yang aku minta?” tanya Dominik saat melihat Harry memasuki ruangannya. Saat ini, Dominik tengah menugaskan Luna untuk mengerjakan laporan, hingga dirinya bisa berbincang dengan leluasa bersama Harry. Termasuk untuk membicarakan perihal masalah rahasia sekali pun.“Tentu, Tuan. Saya sudah mendapatkan apa yang Tuan inginkan,” jawab Harry lalu mengeluarkan sebuah pisau bersarung berukuran sekitar lima belas sentimeter dari saku jas bagian dalamnya.Harry memberikan pisau tersebut pada Dominik. Setelah menerimanya, Dominik menimbangnya dan membuka sarung
“Angkat rokmu,” ucap Dominik membuat Luna yang tengah merapikan gaun yang ia kenakan, mendongak terkejut.Gaun yang dikenakan Luna tampak sederhana dengan panjang rok yang mencapai pertengahan betisnya membuat Luna tampil anggun. Luna melotot pada Dominik dan berkata, “Tidak mau! Aku tidak mau harus kembali mandi dan berdandan.”Luna berpikir, jika Dominik ingin melakikan quick sex yang biasanya memang tidak melepaskan pakaian secara sempurna. Dalam quick sex, pasangan hanya akan membuka sedikit paka
“Selamat datang, Tuan dan Nyonya terhormat. Terima kasih karena kalian sudah menghadiri acara pelelangan barang-barang berharga yang pastinya sudah menjadi incaran kalian semua sebelumnya. Baik, mari kita mulai acara ini,” ucap seorang pria yang bertugas sebagai pembawa acara.Luna menoleh dan menatap Dominik yang tiba-tiba menyambar bibirnya dan mengulumnya beberapa detik sebelum melepaskannya. Baru saja Luna akan melayangkan pertanyaan sekaligus sebuah protes pada Dominik, lampu dimatikan hingga membuat Luna berjengit dan secara refleks menempelkan tubuhnya pada Dominik yang memang duduk melekat padanya. Luna menelan ludah, berpikir jika kemungkinan ada sebuah insiden yang terjadi seperti pes
Luna sama sekali tidak mengatakan apa pun, saat Dominik menggantikan gaunnya menjadi gaun tidur yang tentu saja akan nyaman digunakan untuk tidur. Sebelumnya, Dominik juga membantu Luna membersihkan semua darah yang terciprat pada lehernya dan melumuri kedua tangannya yang puti bersih. Saat ini, Dominik mendudukkan Luna di tepi ranjang dan meminta Luna untuk meminum dua buah obat berukuran kecil sembari berkata, “Minumlah. Setidaknya, ini bisa membuatmu lebih tenang.”Luna menurut dan meminum obat tersebut dengan bantuan Dominik. Setelah itu, Dominik pun membuat Luna berbaring dengan nyaman di tengah ranjang mereka. Dominik juga ikut berbaring di samping Luna dan memeluknya dengan erat. Seakan-
Luna membuka matanya dan terlihat linglung karengan kamar di mana dirinya bangun, tampak berbeda dari kamar di mana dirinya tidur sebelumnya. Semakin bingunglah Luna saat mendapati hanya dirinya yang berada di sana. Bergerak pun, Luna bingung. Ah, lebih tepatnya paranoid. Luna takut jika dirinya bertemu dengan seseorang atau situasi yang membahayakan. Semua yang sudah ia lalui, membuat Luna tanpa sadar memang harus bertindak waspada setiap saat, bahkan untuk melakukan hal sepele pun, Luna tidak bisa melakukannya secara bebas. Di tengah kebingungannya itu, untungnya Dominik muncul dari sebuah pintu. Tampaknya Dominik baru saja mandi, karena rambutnya masih setengah basah.Dominik yang melihat Luna sudah terbangun, Dominik pun mendekat pad
Luna tampak takjub dengan semua keindahan yang ia lihat. Saat ini, Dominik menggandeng tangannya dan berjalan bersama di jalanan kota paris yang sarat akan sejarah dan keindahan yang membuat setiap turis ingin kembali menginjakkan kaki mereka di sini. Luna benar-benar tidak pernah berpikir, jika suatu hari dalam kehidupannya, ia memiliki kesempatan untuk menginjakkan kakinya di tempat-tempat menakjubkan seperti ini. Dimulai dari dirinya yang bisa bekerja di perusahaan besar di Rusia, tinggal di kediaman mewah, hingga bisa berlibur ke destinasi mahal yang jelas harus merogoh kocek dalam-dalam. Ini semua hanya ada di dalam mimpi Luna, jika Luna tidak bertemu dengan Dominik. Luna menatap Dominik yang memang berada satu langkah di depannya.Saat ini pun, Luna masih merasa jika dirinya berpimpi, mengingat siapakah yang sudah menjadi suaminya ini. Rasanya, sejak awal pun, Dominik hadir seperti sebuah mimpi dalam kehidupan Luna. Menjeratnya dengan semua hal misterius dan menyulitkan yang memb