“Wah cantiknya, sudah berapa bulan?” tanya seorang nenek pada Edelia yang tengah mengajak putrinya berjalan-jalan pagi. Edelia menggendong putrinya dengan kain gendongan khusus.
“Usianya baru dua bulan,” jawab Edelia dengan kebahagiaan yang tampak begitu jelas pada wajahnya yang cantik.
“Pasti berat harus merawat anak sendiri. Jangan ragu untuk meminta bant
Bertahun-tahun lamanya, Dominik mencari keberadanaan Luna. Mencari sebagian hatinya. Namun, usahanya sia-sia. Ia tidak bisa menemukan Luna, bahkan setelah menggunakan semua kemampuan serta koneksinya. Seakan-akan Luna memang menghilang begitu saja, dan selama ini tidak pernah ada di dunia ini."Tuan, apa Anda masih akan melanjutkan pencarian ini?" tanya Harry. Pertanyaan ini wajar, mengingat Dominik melakukan pencarian ini sudah hampir dua puluh tahun lamanya. Namun semua pencarian ini tidak membuahkan hasil. Rasanya, sudah saatnya Dominik berhenti dan melanjutkan kehidupannya tanpa melihat masa lalunya.Sayangnya, pemikiran Harry berbeda dengan Dominik. Mengingat Dominik masih ingin mencari Luna. Jika memang Luna sudah meninggal, maka ia ingin menemulan makam dan melihat kerangkanya. Namun jika Luna masih hidup, maka ia ingin membawanya kembali. Dominik ingin kembali membawa Luna ke dalam pelukannya. Sebab sepeninggal Luna, semuanya terasa hampa."Tidak. Tetap lanjutkan semuanya seper
Luna menguap lebar sebelum memasuki aula hotel yang saat ini difungsikan sebagai tempat di mana pesta mewah tengah diselenggarakan. Luna adalah gadis berusia dua puluh empat tahun yang sibuk bekerja freelancer, sebelum dirinya mendapatkan pekerjaan tetap yang sesuai dengan ijazah yang ia miliki. Saat ini, Luna sendiri tengah bekerja sebagai pelayan tambahan karena pihak hotel ternyata membutuhkan pelayan tambahan untuk membantu. Luna yang mendengar kabar itu dari temannya, tentu saja tidak melepaskan kesempatan emas untuk mendapatkan tambahan uang bulanan.Jadilah, pada akhir
“Ya, ada apa Yeni?” tanya Luna pada Yeni yang menghubunginya melalui sambungan telepon. Hari ini, Luna mendapatkan libur dari pekerjaan utamanya di restoran, karena itulah Luna memilih untuk menghabiskan waktunya untuk belajar, mengingat jadwal wawancaranya sudah dekat. Namun, di tengah-tengah kegiatan belajarnya, ternyata Yeni menghubunginya. Tidak ada alasan bagi Luna untuk menolak telepon dari kakak tingkat yang sudah sering membantunya tersebut.“Apa nanti malam bisa kembali datang ke hotel? Pihak hotel kembali membutuhkan pelayan tambahan,” ucap Yeni.Luna pun otomatis teringat dengan pria bernetr
Luna tampak begitu antusia untuk menyiapkan dirinya mengikuti wawancara di sebuah perusahaan. Sebelumnya, Luna memang sudah mengirimkan lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan cukup besar di kotanya. Ternyata Luna berhasil lolos tahap pertama dan mendapatkan panggilan untuk wawancara. Karena jadwal wawancara tersebut tidak berlangsung pada satu hari, Luna tentu saja memiliki kesempatan untuk hadir di ketiga wawancara. Sebab Luna sendiri yakin jika dirinya tidak akan berhasil dalam sekali percobaan dalam wawancara ini.Luna selesai bersiap dan memeriksa ponselnya yang selama beberapa hari ini ia abaikan. Luna memang sengaja mengabaikan semua pesan atau telepon yang masuk. Lebih tepatnya mengabaikan Yeni ya
Luna menjambak rambutnya sendiri, merasa kesal dengan kenyataan yang ia hadapi. Dari tiga wawancara yang ia ikuti, hanya satu yang lolos. Kabar buruknya adalah, Luna lolos di perusahaan pertama yang ia ikuti wawancaranya. Kenapa bisa Luna menyebutnya sebagai kabar buruk? Tentu saja bukan karena bidang perusahaannya, melainkan karena adanya Dominik sebagai bos besar di sana. Jelas Luna merasa keberadaan Dominik di sana sebagai ancaman. Dominik yang hadir dengan kesan misterius yang tanpa sadar membuat Luna mengambil langkah mundur.Hanya saja, Luna sama sekali tidak bisa mundur dari pekerjaan yang sudah berada di depan matanya. Karena sebelumnya, pemilik restoran sudah menghubungi Luna dan mengatakan jika d
“Karena aku sudah memastikannya, maka aku sudah mengambil keputusan. Selamat, kau diterima sebagai sekretarisku. Besok, kita pergi ke Rusia.”Luna yang mendengar hal tersebut tentu saja tidak mempercayai pendengarannya. Lebih-lebih tidak percaya dengan perlakuan seperti apa yang sudah ia terima barusan. Luna mengepalkan kedua tangannya. Hilang sudah rasa takut yang Luna rasakan pada Dominik. Perempuan itu menatap Dominik dengan tatapan penuh peringatan.
Negeri Salju, itulah julukan negeri Rusia yang dikenal oleh dunia. Rusia yang terkenal sebagai salah satu destinasi favorit para turis. Namun, memilih waktu terbaik untuk mengunjungi negeri berjuluk Negeri Salju ini adalah hal yang terasa sangat sulit bagi sebagian besar orang. Hal itu terjadi, karena musim sering datang atau pergi tidak tepat dengan prediksi kalender musim yang sudah ditetapkan oleh instansi yang memiliki wewenang.Hanya saja, bagi Luna yang tidak pernah berkunjung ke luar negeri, kapan pun waktunya itu tidak masalah. Saat ini saja, Luna terlihat begitu takjub dengan apa yang ia lihat. Karena membutuhkan waktu yang lama untuk menempuh perjalanan hingga tiba di negeri asing ini, Luna sama
Luna tampak berbeda dengan sebuah syal tipis cantik yang menghiasi lehernya. Gadis satu itu tampak sesekali membenarkan letak syal tersebut, seakan-akan dirinya sangat enggan jika syal cantik tersebut berpindah letak sedikit saja. Sepertinya, Luna tengah menyembunyikan sesuatu di balik syal yang ia gunakan tersebut. Luna mendengkus kesal, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Luna sama sekali tidak berusaha untuk menyembunyikan ekspresi kesal yang menghiasi wajah cantiknya yang membawa kecantikan gadis Nusantara yang begitu kental. Suasana hati Luna memang sangat buruk, dan ia tidak berniat untuk menyembunyikan suasana hatinya yang buruk tersebut.Luna larut dalam pekerjaannya, sesekali ia mendapatkan tel