Share

4- SELALU ADA UNTUKMU

“Kau baik - baik saja, ed ?” tanya emma saat dia sedang menyandarkan kepalanya di dada edward.

Dengan wajah yang tegang, bahkan tangan edward kini sudah dingin bagaikan es dia terus mencoba bersikap biasa saja. Tapi emma tidak bisa begitu, dengan jelas dia mendengarkan detak jantung kakaknya yang tidak beraturan.

Sesekali emma mengecek suhu tubuh edward dengan menyentuh kening pria itu.

“Nggak panas, tapi kenapa mukamu pucat gitu sih ed ?” emma terlihat khawatir saat memperhatikan wajah kakaknya dengan seksama. Terlihat sekali seperti sedang tidak sehat, tapi edward tidak mengeluh tentang apapun.

“....” edward hanya diam saja.

“Ah…. mungkin karena kau minum kopi di pagi hari saat perut kosong, ed.” kata emma dengan semangat seakan sedang memecahkan sebuah teka - teki.

“Nggak em, aku baik - baik saja. Mungkin aku hanya lelah.” jawab edward yang mencari alasan sambil mencoba merebahkan tubuhnya dengan mengubah posisi kursinya yang tadinya duduk menjadi tempat tidur. Tapi tanpa sengaja tangannya menyentuh punggung tangan emma.

Saat menyadari hal itu, edward langsung buru - buru menarik selimut yang menutupi kakinya, berharap emma tidak akan menyadari keanehan yang terjadi padanya.

“Jangan berbohong, ed. Tanganmu sangat dingin. Sini.” kata emma yang langsung menarik tangan edward tanpa komando apapun, lalu menggosoknya menggunakan kedua tangan miliknya yang memang sangat hangat.

Kejadian tak terduga itu tentu saja membuat jantung edward semakin tak terkontrol, entah kenapa semakin sering mereka bersentuhan kerja jantungnya ini semakin tidak terkendali. Bahkan terkadang edward merasakan gemetar yang berlebihan. 

Padahal dulu hal ini tidak terjadi separah itu.

Emma membawa kedua tangan edward ke pangkuannya, menghangatkan tangan itu dengan cara yang lembut dan menyentuh sampai ke relung hati edward.

“Aku baik - baik aja, em.” kata edward sambil berusaha menarik tangannya.

“Kali ini kau yang harus mematuhiku, ed!!” ancam emma.

“Kalo kau saja bisa berjanji pada mami untuk menjagaku, kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama, hmm ?” lanjut emma lagi.

“Baiklah, terserah padamu saja.” edward akhirnya memilih untuk pasrah saja. Lebih baik dia fokus untuk mengatur detak jantungnya daripada memperparah keadaan dengan berdebat dengan emma. Lagi pula ini benar - benar membuat nyaman keduanya, jadi tidak ada yang salah kan ?

Tanpa sadar edward yang tenggelam dalam sentuhan lembut emma itu mulai tertidur, jika biasanya hal ini terjadi pada emma tapi tidak untuk kali ini. Percobaan pertama emma ternyata berhasil. Mereka berdua sama - sama tertidur sambil memeluk satu sama lain. Perjalan yang memakan waktu 5 jam terasa bagaikan 5 menit saja.

Sesampainya disana, emma memeluk lengan edward dengan eratnya. Seakan mereka berdua ini sepasang kekasih bukan kakak - adik. Jika orang lain yang melihatnya pasti mereka akan iri dengan kemesraan mereka berdua. Edward sendiri tidak memprotes sikap emma yang seperti itu.

Disana mereka sudah disambut oleh seseorang yang memang di atur edward untuk mengurus semua keperluan mereka. Bahkan sebuah mobil mewah berwarna putih yang hanya mengangkut 2 penumpang sudah menyambut mereka.

Edward membukakan pintu untuk adiknya, lalu dia sendiri memasuki mobil dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

Sudahlah, kalian pasti akan salah paham saat melihat kedekatan mereka berdua. Atau mungkin akan salah paham lebih tepatnya. Karena mereka benar - benar terlihat seperti sepasang kekasih.

Si cantik emma dengan rambut ikal, kulit putih, hidung mancung, dan pipi yang sedikit tembem serta bonus senyuman yang sangat menawan. Sedangkan edward sudah bagaikan pangeran berkuda putih dengan rambut rapi yang tersisir ke samping, hidung yang juga mancung, tinggi bagaikan seorang model disertai tubuh proporsional, dan kulit kuning langsat khas Indonesia yang terlihat seksi. 

“Baiklah, tempat mana yang ingin kau datangi pertama kali sampai disini ?” tanya edward.

“Biar aku pikirkan..” jawab emma sambil terdiam sebentar untuk memutuskan kemana mereka akan pergi.

“Sebaiknya kita jalan terlebih dahulu sambil kau memikirkannya, em.” emma mengangguk, lalu memakai kacamata hitamnya yang sejak tadi hanya dia sangkutkan di atas rambutnya.

Selama perjalanan emma tidak memberikan lokasi yang akan mereka datangi, hingga edward memutuskan untuk berjalan menuju ke arah rumah tempat mereka tinggal selama di sana.

“Em, mau kemana ?” tanya edward lagi.

“Sebaiknya kita pulang dulu, ed. Aku akan pikirkan saat dirumah nanti.” kata emma tanpa perasaan bersalah. Untung saja edward mengambil jalan yang benar. Jadi, mereka tidak perlu lagi mengelilingi kota yang baru untuk mereka ini.

Emma terdiam sepanjang perjalanan sambil menyandarkan kepalanya di kursi penumpang sebelah edward.

“Everything ok, em ?”

“Hmm.”

“Ada yang salah ?”

“Aku cuma capek, ed.” jawab emma cepat.

“Apa rumah kita masih jauh ?” tanya emma lagi.

“5 menit lagi.” emma mengangguk, lalu kembali menyandarkan kepalanya dengan tangannya dia tempelkan di sebelah keningnya.

Mereka akhirnya sampai dirumah yang edward maksudkan. Sebuah rumah mewah di daerah yang terkenal disana, benar - benar sesuai dengan keinginan emma.

Dengan cepat emma menuruni mobil, wajah takjub dan terpesonanya terlihat jelas membuat edward ikut tersenyum bahagia.

“Kau menyukainya, em ?” tanya edward. Dengan cepat emma mengangguk dengan antusias.

“Ini mirip sama rumah yang aku pengen. Dari mana kau mengetahuinya, ed ?” tanya emma tak percaya pada kakaknya yang seakan bisa mengetahui semua keinginannya seperti peri.

“Apa yang aku nggak tau tentang kamu, em ? hmm ?” emma langsung memeluk dan mencium pipi kanan dan kiri edward secara bergantian.

“Makasih, ed. Kau benar - benar pria terbaik dalam hidupku.” puji emma lalu berjalan menuju pintu dengan semangat.

Saat di depan pintu emma berhenti sambil menghadap ke edward dengan wajah yang bertanya - tanya.

“Tanggal lahirmu.” kata edward. Maksudnya adalah password untuk membuka pintu.

Melihat emma yang sangat antusias membuat edward menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan sesekali menyentuh kedua pipinya yang tadi mendapatkan hadiah dari adiknya.

‘Sial!! Aku harus belajar mengendalikan semua ini.’ maki edward dalam hati saat lagi - lagi jantungnya berdetak tak karuan. 

Emma melihat - lihat seisi rumah dengan wajah bahagia, membuka satu per satu pintu kamar yang ada disana.

“Kamarmu ada di atas, em.” kata edward.

Mendengar hal itu emma langsung saja berjalan ke kamar miliknya dengan riangnya.

Tok… Tok….

Terdengar suara pintu yang diketuk dari luar kamar.

“Masuklah, ed.” teriak emma dari dalam kamar. Dia masih sibuk mengagumi kamarnya yang benar - benar sudah dipersiapkan edward beserta isinya.

“Kau menyukainya ?” emma mengangguk. Lalu, edward memberikan sebuah kotak berwarna biru dengan pita putih.

“Bukalah, em.” dengan wajah bingung emma membuka kotak itu dengan hati - hati.

“Untukku ?” tanyanya dengan wajah tak percaya. Edward hanya menganggukkan kepalanya.

“Lihatlah keluar sana.” kata edward sambil menunjuk ke arah jendela kamar.

Sebuah mobil sport berwarna merah seperti milih emma yang dia pakai di Indonesia terparkir dengan indahnya di halaman rumah mereka.

Edward benar - benar mempersiapkan semuanya, bahkan emma tidak pernah menduga akan selengkap dan sesempurna ini. Rasanya semua harapannya terkabul disini.

Dengan berlari dan memeluk edward, emma menenggelamkan kepalanya di dada pria itu.

“Kau mengabulkan semuanya ?” edward yang membalas pelukan itu hanya mengangguk sambil mengusap lembut kepala adiknya.

“Tentu saja, em. Aku akan melakukan semuanya untukmu.”

“Kau benar - benar akan menjadi idaman banyak wanita di luar sana, ed. Dan aku tidak akan rela berbagimu.” kata emma sambil mengeratkan pelukannya pada edward.

“Tenanglah, kau tidak akan berbagi dengan siapapun. Aku akan menjadi milikmu seutuhnya, em.”

“Berjanjilah, ed.”

“Aku janji.” 

Rasanya edward sengaja menciptakan sebuah dunia baru disini untuk emma, rasanya semua hadiah itu lebih dari yang diberikan seorang kakak pada adiknya.

“Kau bahagia ?”

“Selama bersamamu, aku yakin aku akan selalu bahagia ed.”

“Akan aku usahakan untuk selalu bersamamu.”

“Apa dengan begitu kau tidak akan menikah, ed ?”

“....” edward tidak bisa menjawab pertanyaan emma yang satu ini.

“Kau tidak bisa menjawabnya ?”

“Jangan memikirkan yang belum tentu terjadi, em. Mungkin saja masa depan akan berubah.” jawab edward. 

‘Aku benar - benar berharap masa depan berubah terutama untukmu dan aku.’

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status