Share

2. Cowok Menyebalkan

Setalah selesai memoles sedikit wajahnya dengan bedak dan sedikit liptin di bibirnya, Rena mulai mengatur nafas. Menariknya kuat dan melepaskannya secara perlahan.

Ia melakukan hal tersebut sebanyak tiga kali sampai ia merasa cuckup nyaman dengan suasana hatinya saat ini. Setelah yakin untuk turun ke bawah menemui Papinya, ia pun akhirnya keluar dari kamar dan turun ke bawah.

Selama berjalan menuju pintu kamarnya, ia selalu merapalkan doa, berharap keajaiban datang saat ia turun ke bawah nanti.

Namun sepertinya itu hanya akan menjadi angan-angan Rena saja. Karena Baru saja langkahnya sampai di tangga tengah, ia sudah mendapat lirikan tajam dari papinya. Membuat Rena kesusahan meneguk salivanya sendiri.

Di sebelah papinya, Rena melihat sang mami sudah duduk manis sembari menyesap minuman. Sepertinya hidupnya akan tamat hari ini. Karena sang mami yang biasa menolongnya kini pun bersikap acuh tak acuh padanya.

Rena turun secara perlahan dan berjalan mendekati sang papi yang tengah memasang wajah kesal. Bulu kuduk Rena merinding seketika. Ia terbayang akan amukan murka papinya. Apalagi melihat wajah pria paling tampan baginya itu sekarang tampak tak enak, jadilah ia harus siap-siap dengan resiko yang ada.

"Pagi pi.." sapa Rena takut-takut.

"Siang!" jawab pria itu dingin tanpa melihat wajah Rena.

Glek! Ini mengerikan, batin Rena.

"Ini kunci mobil kamu kan?" Ucap Papinya bertanya sambil memperlihatkan kunci mobil yang ada di tangannya pada Rena.

Rena melirik benda yang begitu ia kenal. Kunci dengan gantungan boneka Hello Kitty yang cukup besar sebagai mainannya. "Iya Pi.." Jawab Rena pelan.

"Ini kemaren dikasih Pak Hendra sama Papi. Mobil ini ia jemput kemaren ke diskotik tempat kamu nyaris mati."

GLEK!

Rena tak berani menatap wajah papinya. Ia terus saja menunduk menatap ujung jari kakinya yang sungguh tak ada untungnya ia perhatikan. Nmun cukup terlihat bagus untuk saat ini. Karena jika harus menattap wajah murka sang ayah, ia tak yakin akan bertahan cukup lama untuk berdiri di tempatnya saat ini.

"Kunci ini akan papi tahan dan..." ucapan papinya terputus saat Rena mengangkat kepala dan hendak protes, "Dan mulai hari ini, kamu kemana-mana harus dikawal oleh Ervin."

Renata melotot kaget. Bahkan jika ia tak cepat sadar, bola matanya mungkin akan nyaris terlepas. Lebay memang, namun itulah kenyataannya karena ia yang sungguh terkejut mendengar pernyataan papinya.

Hah? Ervin? Cowok super duper menyebalkan itu? Oh nooooo! Bisa gila dia jika kemana-mana harus sama si cowok tengil, Ervin. Batinnya merutuk kesal.

Rena tak terima. Ia ingin mengajukan protes. Siapa tahu saja ia bisa mengajukan banding.

"Pi.. ini kan.."

"Tak ada alasan. Tiap kamu ingin pergi, kamu lapor sama papi dan papi akan minta Ervin datang."

Apa-apaan ini. Rutuknya membatin.

"Pi, Tapi Rena nggak suka sama Ervin..."

"Papi nggak minta kamu suka sama dia. Ervin sendiri belum tentu naksir sama kamu. Anak gadis kok suka ke diskotik.." ejek papinya membuat Renata mendadak jadi gadis ngenes paling menderita.

Renata mencelos seketika. Ia menatap papinya nanar.

"Papi jahat.." Teriak Rena.

"Kalau papi jahat, papi akan biarkan kamu begini terus dan bikin kamu terpuruk." Ucap Papinya dengan nada sedikit meninggi, "Kemaren kamu mabuk. Beruntung Ervin bisa nemuin kamu di tempat laknat itu. Kamu nggak sadarkan diri. Kamu pikir apa yang akan laki-laki bejat lakukan sama kamu kalau Ervin nggak cepat datang!!" lanjutnya.

Renata menatap papinya kesal. Apalagi saat tahu fakta bahwa Ervinlah yang membawa dirinya pulang.

"Pokoknya, mulai hari ini, kamu kemana-mana harus diantar jemput dan ditemani sama Ervin. Nggak ada sanggahan lagi.." Renata kembali menarik ucapannya saat kalimat terakhir yang papinya ucapkan berhasil menghancurkan keinginannya untuk berbicara.

Renata melirik maminya, mencoba mencari peruntungan dari sang mami. Siapa tahu mami tercantiknya itu mau membujuk sang papi. Namun Rena kembali mencelos saat sang mami justru membuang muka darinya.

Wwanita cantik itu lebih suka melirik cemilan di atas meja ketimbang sang anak yang tengah meminta pertolongan.

Kesal diacuhkan, Renata langsung berjalan keluar rumah, "Mau kemana kamu?" teriak Irman sang papi.

"Mau ke super market depan. Telpon Ervin juga?" balas Rena kesal.

Irman mengusap dadanya untuk menenangkan diri. Kelakuan Renata sungguh membuatnya naik darah. Beruntung ia memiliki istri yang bisa menenangkannya, jadilah ia bisa kembali nyaman.

"Sudah pi. Nanti papi sakit." Ucap Mirna lembut.

"Dia anak perempuan kita satu-satunya Mi, tapi kenapa kelakuannya lebih heboh dari abangnya Gilang." Ucap Irman dengan raut wajah sedih.

"Sudah Pi. Kita kan sudah minta bantuan Ervin. Siapa tahu Ervin bisa mengajarkan anak kita dan menjaga Rena dengan baik."

Irman mengangguk, "Semoga saja. Makasi ya sayang. Beruntung papi punya istri seperti mami." Mirna tersenyum manis mendengar rayuan suaminya.

Irman kembali duduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa tersebut. Ia berharap dengan meminta Ervin untuk mengawasi Renata, anaknya itu bisa berubah dan patuh dengan peraturan yang ada. Berubah menjadi gadis baik-baik tanpa ada embel-embel bar atau klub malam lagi dihari-hari sang anak gadis.

*◊*◊*◊*◊*

Rena membuka pintu supermarket yang ada di dekat rumahnya dengan kasar. Ia meraih satu troli dorong dan langsung berjalan menuju rak cemilan. Dengan kesal, ia menarik banyak cemilan dan memasukkan ke dalam keranjang dorongnya, dimakan atau tidak, itu akan jadi urusan belakangan.

Yang penting hatinya tenang sejenak dengan melihat banyaknya cemilan di dalam keranjang belanjaan yang ia dorong kemana-mana selama berada di dalam.

Setelah puas, Rena lalu berjalan menuju rak berisi coklat-coklat kesukaannya dan mengambil coklat disana tanpa mengira. Berbagai merek dan harga ia turunkan semua dan melemparkannya ke dalam troli. Setelah puas di rak khusus coklat, Ia juga berjalan menuju rak box eskrim dan mengambil sesukanya.

Setelah puas, Renata lalu berjalan menuju kasir untuk membayar. Ia tak peduli, tumpukan cemilan di keranjang dorongnya membuat orang-orang melirik takjub padanya. Yang jelas sekarang ia sedang kesal dan ingin melampiaskan dengan makanan.

Saat itu antrian cukup panjang dan Rena harus melewati tujuh pembeli dulu sebelum tiba gilirannya untuk membayar.

Beruntung kemana-mana ia selalu membawa kartu debit yang papinya sediakan untuknya. Dan sekarang sambil menunggu gilirannya membayar, Rena selalu merapalkan doa berharap kartunya tak di blokir papinya. Jika diblokir, Rena sudah tak tahu lagi harus melakukan apa.

Saat tiba gilirannya, Rena menunggu kasih menghitung makanannya yang menggunung tinggi.

“Totalnnya satu juta tiga ratus dua puluh dua ya kak..” ucap sang kasir pada Rena saat ia selesai menghitung.

Rena mengangguk, lalu menyerahkan dengan ragu kartu tersebut. Dan ia bisa bernafas lega setelahnya karena kartu debit yang ia bawa masih bisa dipakai alias tak di blokir sang papi.

Setelah selesai membayar, Renata langsung keluar. Sesampainya diluar, ia harus meletakkan kembali troli yang tadi ia pakai, dan menenteng semua belanjaanya yang banyaknya tak kira-kira. Renata bahkan membawa nyaris tujuh kantong besar belanjaan membuat dirinya kesusahan bahkan tak pelak ia juga tersandung plastik belanjaannya sendiri.

Rasa jengkel Renata bertambah semakin besar. Sudah di rumah ia dimarahi papinya, di sini plastik-plastik belanjaan bahkan juga tak mau bersahabat dengannya.

Saking kesalnya, Renata melemparkan ke lantai semua belanjaanya dengan kesal. Beruntung sang kasir tadi mengklip bagian tengah plastik, jadi belanjaan Rena tak berhamburan keluar. Ia menatap nanar semua kantong tersebut, nyaris Renata menangis sebelum sebuah suara menarik kembali semua air matanya.

"Butuh bantuan?"

Niat Renata yang ingin menangis langsung terhenti saat ia melihat sosok yang membuatnya jengkel setengah mati hari ini. cowok menyebalkan itu tiba-tiba muncul dihadapannya. Renata menatap sosok itu dengan tatapan tak bersahabat. Wajahnya bahkan memerah karena kesal.

Ervin si cowok menyebalkan, cowok paling mengesalkan dalam hidup Renata, kini berdiri dengan santainya di hadapan gadis tersebut.

"Butuh Bantuan nona?" ulang Ervin kembali.

******

 BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status