"Apa kau menyukainya?" tanya Tiger dengan pelukan erat. Virna bersandar pada dada suaminya sambil menikmati matahari yang mulai bergeser ke barat sedikit demi sedikit. Peluhnya membasahi tubuh dan sesekali angin yang menerpa membuat tubuhnya terasa dingin. Ia berharap agar perasaan dingin itu tidak menyusup ke dalam hatinya. Ya. Dia ingin dirinya menjadi hangat. Sehangat punggungnya yang bersentuhan langsung dengan kulit Tiger.
"Ya."' Virna menjawab singkat. Ia ingin seperti ini untuk beberapa saat lagi. Di bawah selimut bersama dengan suami yang memiliki hati dan juga tubuhnya. Bersamanya dalam setengah tahun terakhir, Virna mendapatkan apa yang semua wanita impikan. Gelimang harta, suami tampan dan juga cinta yang seolah tak pernah ada habisnya.
"Apa kau ingin jalan-jalan?"
Virna menggeleng cepat. Jalan-jalan? Ia sudah bosan. Baginya dulu, naik pesawat, makan di restoran mewah, menginap di kamar suite, adalah hal tabu. Tapi kini, semua hal itu seolah tak ada artinya. memberikan semuanya. Kemewahan yang diinginkan setiap wanita. Virna menginginkan hal lain saat ini. Anak. Tidak ada yang lain.
"Jika urusanmu sudah selesai, bisakah kita pulang? Aku ingin melihat keponakanku yang baru dilahirkan."
"Bagaimana kalau belum?" goda Tiger yang tangannya mulai meraba-raba tubuh Virna bagian depan. "Aku ingin seperti ini selamanya," lanjutnya lagi kemudian mengecup mesra bagian tengkuk istrinya.
"Hei, apa kau belum puas?" tanya Virna ketika Tiger memelintir kecil sesuatu yang telah mengeras di dadanya.
"Huuum? Jika itu kau, aku tak pernah puas dan selalu menginginkan lebih."
"Apa kau maniak?"
"Ya. Maniak yang akan selalu mencintaimu!" balas Tiger bersemangat membalikkan tubuh istrinya agar dia bisa lebih leluasa. Tanpa ragu, Tiger membimbing tubuh Virna lalu dengan hati-hati memasuki tubuh perempuan itu.
"Hei!" Belum sempat ia protes, Tiger telah memblokade bibirnya dan ia tak sanggup menolak. Dipegangnya kepala Tiger yang masih basah dan ia mulai mengangkat pinggulnya perlahan dan berirama. Tiger sampai dibuatnya merasa di atas awan. Virna begitu sempurna. Tak hanya cantik dan pandai memasak, tetapi permainannya di atas ranjang tak pernah membosankan dan cengkeraman otot-ototnya begitu kuat.
"Kau sangat luar biasa, sayang!" puji Tiger ketika tubuh istrinya naik turun dan gemetar hebat dibarengi maghma yang mengalir deras dari garba miliknya. "Kau lelah?"
Mata Virna yang sayu pun tak mampu menahan air matanya. Dipeluknya Virna dan disandarkan pada bahunya. Kali ini, Tiger tak mau bertanya. Tidak ingin memintanya berhenti menangis karena dia tahu seberapa besar Virna menginginkan seorang anak.
Virna baru saja selesai menghabiskan semangkuk Jajangmyeon di salah salah restoran legendaris Daesun Kalguksu Seochon ada di wilayah Daejeon. Konon katanya, restoran itu adalah salah satu restoran favorit Song-song couple yaitu Song Joong-ki dan Song Hye Kyo yang merupakan penduduk asli kota Daejon.
"Apa kau mau nambah lagi?" tanya Tiger yang tak begitu menyukai makanan berkarbohidrat. Beda dengan istrinya yang selalu bisa memakan apa saja tanpa khawatir takut gendut.
Virna menggeleng. "Ini sudah cukup. Kalau bisa dibungkus, aku akan membawanya untuk Bibi."
"Mau menghubungi mereka sebelum pulang?" tanya Tiger lagi sambil menyeruput barley tea yang ada di depannya.
"Tidak. Kita akan memberi mereka kejutan!" balas Virna senang lantaran akhirnya dia bisa kembali ke tanah air dan tentu saja dengan seabrek oleh-oleh yang dibawanya dari berkeliling dunia. "Jam berapa kita naik pesawat?" tanya Virna melihat ke arah jam tangannya.
"Sore. Mau jalan-jalan?"
"Dengan senang hati!" Virna lalu berdiri dan mengulurkan tangannya. Tiger menyambut dengan gembira karena bisa melihat lagi senyum yang merekah di bibir istrinya. Butuh waktu lama agar bisa membujuknya untuk keluar dari hotel.
Mereka berjalan melangkah keluar restoran yang tak terlalu besar dan tergolong sederhana itu kemudian berjalan tanpa tujuan.
Dengan tangan yang saling menggenggam, Virna dan Tiger berbincang-bincang di sepanjang jalan di salah satu kota terbesar di Korea Selatan itu.
"Apa yang akan kau lakukan setelah kembali ke Indonesia?" tanya Tiger ketika mereka sampai di sebuah taman bermain yang ada di pinggir jalan.
"Karena Mama dan Papa menyuruh ku untuk mengurus hotel, aku tidak keberatan."
"Kau?" Virna menoleh ke arah suaminya.
"Seperti yang kubilang, aku akan memimpin Eternal untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Aku akan lebih sering bepergian keluar negeri daripada bersamamu. Apa kau tak masalah?"
Virna mendengus. "Jika kubilang masalah, apa kau tidak akan pergi?"
"Jika aku tidak pergi, Bos bisa membunuhku."
"Berjanjilah kau akan baik-baik saja."
Tiger memeluk istrinya yang terlihat khawatir. "Kau tenang saja. Di dunia ini, hanya dua orang yang bisa membunuhku. Kau dan Bos."
"Raymond begitu penting bagimu?"
"Ya. Aku rela menyerahkan nyawa untuknya."
"Jangan bicarakan nyawa! Aku masih tidak bisa melupakan kejadian di alexandria. Aku tidak ingin tahu secara detail bagaimana dunia bisnis kalian, yang jelas, apapun yang kau lakukan ingatlah untuk pulang. Kalau tidak, aku akan mengutukmu!" rutuk Virna kesal sekaligus khawatir. Perasaannya tak nyaman karena harus melepaskan Tiger. Dia tak bisa terus menerus ada di sisi suaminya berkeliling mengurus bisnis Eternal yang tidak ada habisnya.
"Baik, My Majesty," balas Tiger dengan suara lemah lembut dan tunduk atas perintah ratunya.
*****
"Di mana anak-anakku?" tanya Tara begitu membuka mata. Yang pertama kali dia tanyakan adalah ke empat anaknya. Dia ingin sekali melihat wajah mereka. Pasti menggemaskan!
"Istriku ...." Raymond yang duduk di tepi ranjang sambil memegang tangan Tara berkata lesu, kecewa berat lantaran yang ditanyakan adalah bukan dirinya melainkan anak-anak mereka. Dia sangat cemburu!
"Tidak bisakah kau menanyakan aku dulu sebelum anak-anak? Maksud ku ... berikan aku sedikit pelukan setelah hampir mati mengkhawatirkan mu."
Tara mengembuskan napasnya kemudian berkata. "Kemari lah suami ku. Biarkan aku memeluk mu." Tara merentangkan kedua tangannya dan Raymond menyambutnya dengan senyuman. Akhirnya istrinya sadar setelah tak sadarkan diri. Tak ada kebahagian yang lebih dari ini.
"Apa kau sudah makan?" tanya Tara mengelus punggung suaminya.
"Hmmm." Raymond menggeleng. "Bagaimana aku bisa makan sementara kau terbaring di sini?"
Tara menarik napas dalam-dalam kemudian mengeluarkan dengan cepat. "Kalau kamu tidak makan, kamu bisa sakit! Kalau kamu sakit siapa yang mengurus anak-anak? Aku sudah melahirkan dengan susah payah dan sekarang giliran mu merawat mereka! Jangan mau enaknya saja!" Tara nyerocos sambil memukul punggung suaminya lantaran kesal.
Raymond hanya tersenyum. Ini baru istriku. Enerjik dan selalu bersemangat.
"Tenanglah, sayang. Aku akan merawat mereka, memandikan, kalau perlu aku akan menyusui mereka," balas Raymond langung mencium bibir istrinya. Dia tak tahan lagi untuk tidak melakukannya.
"Kalau kamu bisa menyusui mereka, kenapa tidak sekalian kamu saja yang hamil?!"
*Pastikan komen dan masukkan ke rak buku agar tahu kalau author update.
Setelah lima jam perjalanan, akhirnya pesawat pribadi yang ditumpangi oleh Virna dan Tiger mendarat di Jakarta. Virna melihat ke luar jendela, lampu-lampu di landasan pacu begitu gemerlap dan terasa romantis karena ada suaminya berada di sampingnya. Meski tengah sibuk dengan laptop di pangkuan, Tiger tak pernah mengalihkan perhatiannya dari Virna yang sedang mengenakan celana jeans warna hitam dan t-shirt warna senada. Lelaki itu begitu perhatian dan tak pernah mengabaikan Virna sesibuk apapun dirinya."Kita ke rumah sakit sekarang," ucap Virna melepaskan sabuk pengamannya lalu berdiri."Tidak, sweet heart. Ini sudah malam. Besok pagi saja. Oke?"Virna mengerucutkan bibirnya. "Aku ingin melihat keponakan ku."Huuffttt. Tiger menutup laptop dan meletakkannya di meja. Dengan sigap, pria yang berkulit bersih itu menarik tubuh Virna ke atas pangkuannya. "Dengarkan suami mu. Kau harus beristirahat malam ini."
Burung-burung yang bertengger di atas pohon mangga mulai bercicit ketika Raymond baru saja selesai menidurkan Cleo. Seminggu sudah Tara dan anak-anaknya kembali ke kediaman Lewis dan seminggu itu pula Raymond melakukan pekerjaan barunya. Ayah rumah tangga!"Apa dia sudah tidur?" tanya Tara yang baru saja memeras air susu dan dimasukkan ke dalam botol untuk disimpan di lemari pendingin. Ia tak mungkin menyusui keempat anaknya dalam waktu bersamaan. Apalagi Cleo? Dia sama sekali tak ingin minum susu langsung dari ibunya. Bahkan, saat Tara menggendongnya, si mbontot justru menangis."Ya. Sekarang kau istirahatlah. Aku akan menyimpan botol-botol itu," jawab Raymond membetulkan selimut yang menutupi tubuh kecil Cleopatra yang ada di tengah-tengah ranjang. Jika ketiga anak yang lainnya cenderung pendiam dan mau dijaga oleh pengasuh, maka, Cleo sedikit spesial. Dia hanya akan diam menangis jika Papa nya lah yang memintanya diam.
"Kamu yakin suami dan anakmu akan ikut?" bisik Virna di telinga Tara ketika Raymond sedang menyiapkan keperluan Cleopatra. Pria itu bergerak dengan semangat. Memasukkan popok, baju ganti, tissue basah dan kering, dan juga mainan ke dalam sebuah tas yang ukurannya cukup besar. Benar-benar Papa baru yang teladan!"Ya. Aku aku tidak bisa melarangnya," jawab Tara santai sambil memperhatikan Cleo yang ada di pangkuan Mamanya. " ... dan Mbak Virna tahu, kan? Di mana ada Raymond, di situ ada Cleo. Di mana ada Cleo, di situ ada Raymond! Mereka adalah amplop dan perangko! Harus nempel!""Memangnya masih jaman orang pakai perangko?""Entahlah ...." Tara mengangkat kedua bahunya. Kalau Raymond sudah bilang mau ikut, badai yang. Isa mencegahnya. Jangankan lautan yang berisi air asin. Lautan lahar pun akan diseberangi!Raymon
Virna menarik napas dalam-dalam ketika suara Sofi terus saja terdengar oleh telinganya. Kawannya itu memang tak pernah berubah. Cerewet dan memang suka memandang rendah dirinya karena dianggap tidak sekelas. Terlebih, Virna adalah yatim piatu yang hanya mengandalkan otaknya agar bisa kuliah dan mendapatkan beasiswa."Vir, makan, dong. Udah gue ambilin, nih! Gue inget banget waktu kuliah dulu, Lo jarang ke kantin," kata Sofi menyodorkan kimbab yang baru saja diambilnya dengan nada setengah memaksa."Makasih, Fi. Aku masih kenyang." Virna menjawab enggan dan sesekali melambaikan tangan pada kawan-kawan yang menyapa dirinya dari kejauhan."Sarapan apa, Lo? Nasi bungkus sama seperti waktu kuliah dulu? Kerja di mana sekarang? Eh, itu tas KW kan? Emang, sih. Kalau barang tiruan memang murah dan cocok sama Lo! Ya gak, Hans?"
Akhirnya selesai juga. Desah Virna dalam hati ketika ia telah sampai di dalam mobil dan duduk di belakang kemudi setir dengan
"Virna?"Mata Firman terbelalak melihat perempuan yang barusan ditabraknya itu ternyata adalah mantan istrinya. Virna.Tubuh wanita itu kini makin berisi, wajah berseri, terlebih lagi pakaiannya yang terlihat mahal dan makin modis. Pokoknya lebih cantik dari istrinya. Kalau tahu begini, dia tak akan menceraikan mantan istrinya itu. Kalau tahu kehidupannya akan makin runyam begini ... tak akan dia mengkhianati pernikahannya. Tak akan dia bermain mata di belakang Virna. Seandainya waktu bisa diputar kembali, Firman akan dengan ikhlas kembali ke masa lalu. Tapi, tiada guna penyesalan Firman. Kini dia sudah hidup dengan istri, anak, dan calon jabang bayi yang masih ada dalam kandungan."... apakah istrimu hamil lagi?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Virna. Lagipula, tidak mungkin, kan, laki-laki ada di rumah sakit ibu dan a
Virna dan Tiger sedang berada di ruangan Hilma. Seperti biasa, Tiger bersikap tenang setenang wajahnya yang tampan dengan rahang kokoh. Sedangkan Virna, dia sedang harap-harap cemas. Tangannya berkeringat sambil memperhatikan dokter kandungan yang ada di hadapannya itu. Hilma terlihat serius membaca laporan kesehatan Tiger yang ada di tangannya sembari sesekali membetulkan kacamatanya yang bertengger di hidungnya yang cukup tinggi untuk ukuran orang Indonesia. Dia tak mau melewatkan satu huruf pun. Apalagi, laporan ini adalah harapan dari sahabatnya sendiri. "Semuanya normal," kata Hilma begitu selesai membaca laporan kesehatan Tiger. Tak ada yang salah. Pria yang duduk di hadapannya itu tidak kekurangan satu apapun. Kesehatan fisik dan psikis juga oke. Tak ada masalah. &