Share

Part 3 : HER!

SEKETIKA lelaki itu tancap gas memacu kendaraanya dengan kecepatan tinggi, ikut membawa Khika yang masih kebingungan disampingnya. Gadis mungil itu menatap sepedanya melalui kaca spion mobil. Sepedanya lambat laun makin mengecil dan akhirnya tak terlihat di telan tikungan demi tikungan. Khika kini sadar betul kalau ini penculikan, tapi kalo diculik dia harus ngapain? Khika jadi keblinger sendiri. Otaknya dia paksa berfikir. Aduh, Khika, berpikir berpikir berpikir. Satu ide mencuat tiba-tiba, seharusnya dari tadi dia sudah tau ini. Dia harus teriak. Ya, harus teriak! Khika menepuk-nepuk lututnya yang lemas sambil tarik napas dalam-dalam mengambil ancang-ancang. 

"TOLOOOONG!!! PENCULIKAN!!! TOLONG PENCULIKAAAN!!!!" Teriak Khika sehisteris mungkin. Tangannya menggapai slot pintu dan berusaha membukanya. Namun ternyata slotnya dikunci otomatis oleh lelaki disebelahnya itu.

"LO GILA!!! GUE BUKAN KELUARGA ORANG KAYA!!! LO NGGAK BISA MINTA TEBUSAN SAMA ORANG TUA GUE!!!" Teriak Khika lagi masih berusaha.

Tangan Khika mencekal tangan pengemudi itu. Niatnya sih mau mengacaukan konsentrasinya menyetir dan kemudian Khika bisa berhasil kabur dengan dibumbui adegan di film action seperti loncat dari mobil---Walau dipikir-pikir loncat dari mobil itu bukanlah solusi yang tepat untuk kabur---Tapi ternyata lelaki itu pun sama sekali tidak konsentrasi pada kemudinya. Dia nyaris nggak lihat jalan, dia melamun! Ini baru namanya menyerahkan nyawa ke jalanan. Khika sontak panik, lebih panik daripada diculik tadi.

"Hey mas! Mas! Tolong bisa lihat jalan nggak... ngeri!" protes Khika sambil menepuk-nepuk pundak cowok itu sedikit. Cowok itu sekejap bergeming sadar dan seolah mulai menemukan kenyataan kalau ada seorang gadis asing di sebelahnya yang sedang kebingungan dan butuh penjelasan segamblang mungkin. Khika jadi ragu dengan maksud sebenarnya dari cowok ini. Dia bukan style-style penculik kayak di film thriller yang sering ia tonton. Dia lebih cocok jadi Rangga di film AADC. Setidaknya itu yang ada dipikiran Khika yang ngelantur.

"Jangan-jangan, kamu salah ngambil orang ya?" tebak Khika.

Cowok itu membalas dengan gelengan kepala, kemudian Khika melihat dia mulai menyalakan lampu sen kiri dan pada akhirnya mobilnya ia parkir di sebuah restoran Jepang yang terkenal di daerah situ. Khika mulai tenang. Entah mengapa dia sungguh yakin. Ini orang bukan berasal dari film thriller, genrenya lebih cocok romance. Lelaki itu kini mulai menatapnya. Dia sepertinya siap menjelaskan maksudnya.

"Begini, hmmm, maaf sebelumnya nama kamu siapa?"

"Khika," ucap cewek itu reflek menjawab.

"Oiya. Begini Khika, I really need your help. Saya mau minta bantuan kamu, boleh?" ucap lelaki itu sesopan mungkin.

"B-Bantuan apa?" Khika jadi gugup.

"Kamu mau jadi pacar saya?" tanya lelaki itu.

"Ha?" Khika terkejut dengan yang barusan dia dengar. Rasanya aneh, mendengar lelaki asing dari antah berantah mengajaknya jadi apa? Pacar? Khika menelan ludah. Lelaki itu hanya terdiam sabar menunggu jawaban dari anak mungil ini. Raut wajah lelaki itu menyiratkan permohonan yang amat sangat seolah ini hal terpenting dalam hidupnya. Hati Khika bergetar sedikit. Walau dia ingat Gerald dan rasa sukanya yang terkukut lama, tapi raut wajah cowok di depannya ini mampu membuat Khika berpikir dia tulus.

"Sebentar aja, nggak perlu ngomong apa-apa, please." lanjut lelaki itu memohon.

Loh kok sebentar? batin Khika dalam hati. Seketika dia sadar maksud sebenarnya. Pacar bohongan kan? Kayak di FTV, klise sekali pemikirannya. Khika pikir cowok ini sepertinya memang bukan dari genre romance tapi lebih cocok drama. Khika terdiam tak menjawab, masih ragu dengan keputusannya. Sedangkan lelaki itu didalam hatinya berusaha meyakinkan diri sekaligus diam-diam berharap agar gadis di hadapanya ini bersedia menolongnya. Lelaki itu masih menunggu jawaban namun sudah beberapa detik tak kunjung ada jawaban dari bibir itu. Lelaki itu merasa tak aman, dia takut menerima penolakan. Seketika dia retas keheningan tersebut.

"Saya harap diam itu berarti mau. Kita keluar sekarang." sahut lelaki itu, membuyarkan pikiran Khika tentangnya.

"Tu-tunggu! Kamu duluan aja.. saya nggg.. saya mau sms temen saya dulu." ucap Khika gugup luar biasa.

"Okay," Lelaki itu membalas cepat seraya bergegas keluar dari mobilnya. Dia lega karena bukan kata-kata sanggahanlah yang keluar dari mulut gadis itu. Walau yang dilakukannya ini sungguh tak masuk akal dan selalu membuat kaget dirinya sendiri tapi dia tetap yakin kalo caranya harus begini. Baru dia tenang, baru dia sanggup untuk menghadapi. Hal yang orang rasa sepele tapi sungguh berat untuk hidupnya.

Didalam mobil, Khika sibuk pura-pura sms. Aduuh, sms siapa coba? Sms itu cuma sekedar alasan Khika untuk rapih-rapih sedikit dan siapin mentalnya. Tapi Bajunya? Baju rumah cuma kaos. Celananya? Cuma celana joger selutut. Sendalnya? Sendal jepit seratus persen SWALOW--dia persis kayak mau ke warung bik Kokom. Rasanya Khika menyesal tadi nggak ganti baju dulu. Pasti malu-maluin bawa cewek sepertinya ke resto kayak begini. Haaah, baru kali ini rasanya Khika pengen terbang, kabur dari sini. Yang bisa dirapihin dari diri Khika ya cuma rambutnya, dia mengikat rambutnya rapih-rapih supaya keliatan lebih natural dan kesannya dia sengaja ngegembelkarena anaknya santai. Mungkin, semoga saja ada yang berpikir begitu. Khika mengutak-ngatik lagi hpnya. Mentok-mentok Khika cuma sms Udin. Sms yang tak terlalu penting yang isinya cuma begitu saja.

Send to : Saepudin

Gue ga jadi beli gel karna di culik

Khika pun turun seolah siap meluncur ke medan perang. Dia tegang sekaligus penasaran sebenarnya apa yang akan dia hadapi. Jangan-jangan cowok itu di jodohin sama orang tuanya jadi bawa cewek dari antah berantah terus dikenalin sebagai pacar untuk menolak pernikahan tersebut. Atau jangan-jangan... apalagi ya. Khika terus mencari kemungkinan peristiwa yang mungkin terjadi. 

Khika dan lelaki itu memasuki resto Jepang dengan berjalan perlahan. Yang cowok keliatan berusaha santai, yang cewek juga keliatan sangat berusaha sok santai. Pelayan resto disana dengan terang-terangan menatap sosok Khika dari ujung kaki sampai ujung rambut. Iya, Khika tau dia kayak orang yang mau ke warung! Nggak usah diliatin gitu, Khika sudah sadar dan sudah masuk ke fase pasrah-pasrah saja, apa yang terjadi terjadilah.

Khika dan lelaki tak bernama itu digiring pelayan ke sebuah bilik khas restoran Jepang. Sepintas Khika melihat satu sosok wanita tegap nan anggun duduk menyeruput sebuah ocha di balik bilik itu. Yang pertama Khika lihat adalah kulitnya yang jernih, kemudian postur tubuhnya yang ideal dan cenderung kurus. Rambutnya panjang rapih dan bergelombang di bagian bawah. Kalau Khika tebak nampaknya cewek ini juga sebaya dengan Khika, atau diatasnya setahun atau dua tahun. Khika jadi makin minder. Apa kabar dengan gaya rambut dan bajunya ini? Dia seratus persen terbanting telak sama wanita di depannya itu.

Tanpa permisi lelaki itu menarik tangan Khika lembut untuk duduk disampingnya. Sedangkan wanita cantik dihadapan Khika masih menunduk seolah tak terganggu dengan kedatangan mereka.

Detik kemudian wanita itu tersenyum dan tak menghiraukan kehadiran Khika. Lelaki tak bernama itu malah membalasnya ketus. Matanya mengobarkan permusuhan, tak ada senyum yang menyertainya.

Khika perhatikan lekat-lekat wajah wanita itu. Nampaknya wajahnya tak asing. Loh itu Serliya Putri! Pekik Khika dalam hati.

----------------

Bersambung

----------------

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status