Share

Malam Pertama 1

Edwin dan Piona mulai tersenyum, keadaannya masih sama terlihat sangat canggung. Setelah selesai piona memperbaiki make up nya

Edwin mengulurkan tangannya. Lalu piona meraih tangan itu dan mereka berjalan menuju meja makan VIP

"Jeng, aku punya berita bagus! Tadi waktu aku keruang rias mereka sudah berpelukan lo jeng, sepertinya mereka mulai akrap. Kayanya perjodohan ini tidak salah"

Kata tante marta begitu antusias

"Apa iya jeng ? Wahh bagus dong jeng" sahut mama piona ikut bahagia

"Kalau begitu secepatnya kita menjadi kakek dan nenek sepertinya bagus ya jeng marta? " kata om dodi papa piona.

"Iya betul aku setuju, sebentar lagi putra tunggalku juga akan menggantikan aku diperusahaan pakaian ini jadi aku akan punya banyak waktu untuk.bermain dengan cucuku nanti" kata papa edwin dengan bahagia.

Raut tante marta tiba-tiba bersedih, dia juga belum memberitahu kondisinya kepada suaminya itu

' aku berharap dengan cara ini mereka bisa bahagia '

"Jeng ratna ....." tante marta berbisik kepada mama piona.

"Iya jeng bagaimana ? " tanya mama piona

"Sudah kamu sampaikan ke piona tentang kondisiku ?" tante marta memastikan

"Sudah jeng, dia sangat sedih mendengar hal itu" jelas mama piona

"Ya sudah, aku minta tolong kepadamu. Jagalah edwin untukku ya? Masalah perusahaan mu aku sudah bereskan kemarin" jelas tante marta

"Jeng aku nggak enak, seharusnya aku tidak minta pertolongan saat itu. Jika aku tahu kondisinya seperti ini?!"kata mama piona dengan penyesalan

"Tidak, kesepakatan ini sudah tepat.Naluriku berkata tanpa perjodohan ini pun mereka juga akan bersama dan saling mencintai jeng."tanggapan tante marta

"Jangan sungkan untuk menelponku jeng, jika kamu butuh sesuatu atau butuh pertolonganku" kata mama piona

"Baiklah jeng " jawab tante marta

"Akhirnya kalian datang juga ayo duduk!!" tante marta mempersilahkan mereka berdua duduk

Suasana di meja makan sayang harmonis, pasalnya mereka membicarakan masa lalu mereka dan tidak luput dari perhatian mereka juga membicarakan tentang bulan madu.

"Ohh ya win...ini ada hadiah dari temen papa yang tadi nggak bisa dateng hari ini. Lumayan dapet paket bulan madu ke Amerika selama seminggu. Dan besok pagi sekitar jam 9 kalian bisa langsung terbang ke Amerika " kata papa edwin sambil memberikan tiket pesawat dan tiket bulan madu itu.

" sekalian win, kamu bereskan juga urusan kamu di Amerika setelah wisuda kemarin. Setelah kalian bulan madu, kamu bisa bantu papa kan diperusahaan?" tambah papa edwin

" Baik pa"

"Dan satu lagi " papa edwin mulai berbisik ditelinga edwin " berikan aku cucu secepatnya nanti aku beri ramuan khusus untukmu"

Seketika itu wajah edwin memerah dan melirik piona

kali ini edwin hanya bisa.menganggukan kepala

"Pah, apa yang kamu katakan?? Lihatlah edwin, mukanya sampai merah padam begitu ?" tante marta penasaran.

"Kalau ini urusan lelaki, pada intinya kita disini ingin segera menimang cucu" jelas papa edwin

Piona terkejut dan tersedak air putih yang sedang dia minum

"Uhuk, uhukkk....."

"Kamu nggak papa piona " tanya edwin sambil memberikan tisu.

"Kamu tidak usah terkejut begitu, karena nanti kalian pasti akan melakukan hal itu tanpa kami suruh" kata tante marta mulai menggoda Edwin dan piona

Muka mereka berdua semakin memerah

Bodohnya aku, pernikahan, malam pertama dan bulan madu sampai detik ini belum ada dikamusku. Kenapa waktu begitu cepat Oh Tuhan kata piona masih menggerutu

Aku sangat mengerti dia pasti memikirkan hal itu, tapi semakin dia malu dia terlihat semakin cantik, Edwin tersenyum sambil memandang piona'

Lagi- lagi edwin ketahuan mama nya

"Ehem, Win" tante marta mengagetkannya

"I-iya ma" Edwin menjatuhkan sendoknya lalu mengambilnya lagi

"Piona itu sudah resmi menjadi istrimu, kenapa kamu masih harus mencuri pandang lagi?" kata tante Marta

"Ahh enggak, ma-maksudku e" Edwin susah untuk menjelaskan.

Pesta Pernikahan itu pun berakhir

Malam itu terlihat langit begitu gelap dan benar- benar dingin, Piona merapikan beberapa pakaian yang masih berada didalam koper untuk diletakkan di lemari bersamaan dengan pakaian Edwin. Kala itu Edwin sedang mandi dan Piona masih mengenakan gaun penngantinya.

Beberapa menit kemudian Edwin keluar dari kamar mandi, betapa terkejutnya Piona ketika Edwin bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk putih. Piona benar- benar mengontrol detak jantungnya, Piona spontan berbalik arah.

Piona bingung dan salah tingkah sambil menutup mata dengan tangannya dia melewati Edwin

Edwin hanya tertawa melihat piona bertingkah seperti itu.

Ketika melewati Edwin ternyata Piona lupa kalau dia masih mengenakan gaun pengantin yang panjang, seketika itu juga secara tidak sengaja gaun pengantinya tersangkut di pojok lemari dekat kamar mandi dan piona pun terjatuh tepat dilengan edwin.

pandangan mata mereka berdua terjadi lagi

Jantungku, kumohon jangan sampai edwin tahu. kata piona dalam benaknya

Bibirnya dan matanya membuatku tak bisa menahan diri, tahan Edwin! Tahan!

Edwin menyangkal perasaannya sendiri

Tanpa sadar Piona menyentuh dada bidang edwin yang telanjang itu, Piona tersadar matanya turun kebawah dan ...

"Aarrrrrhhh!" Piona berteriak lalu menutup matanya dengan tangan

Edwin terkejut dan melepaskan lengannya,

Piona kembali berdiri dan berbalik kearah kamar mandi, gaun yang tersangkut itu dibiarkan Piona robek begitu saja. Cepat-cepat dia masuk kamar mandi dan mengunci pintunya.

"Hei, gaunnya" kata Edwin melihat gaun pengantin itu sobek.Edwin menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil saat sadar piona menjadi sedikit aneh.

"Oh Tuhan, jantungku. Ini Gila! Apakah aku harus melihat pemandangan seperti ini setiap hari? Apa yang harus kulakukan?" piona berguman sendiri di depan kaca kamar mandi. Tanganya meraih ritsliting di belakang gaunnya dan itu sangat sulit, berulang kali meraihnya tapi tetap tidak berhasil.

"Kenapa gaun ini sulit sekali dilepas, aku harus bagaimana ? Tapi aku harus mandi?" rengek piona kebingungan.

Apa aku harus minta pertolongannya ?tapi kalau nanti, ah tidak,tidak,tidak jangan berfikir terlalu jauh.

Piona membuka pintu kamar mandi itu pelan dan dengan ragu mengintip dengan kepalanya, edwin yang sudah mengenakan kaos tidurnya berdiri sambil memegang sebuah majalah style, mendengar suara pintu terbuka, spontan dia menoleh kearah kamar mandi, dia pun terkejut

Kenapa Piona membuka pintu? tanya Edwin dalam hati.

"Ada yang bisa kubantu apakah kerannya mati?" dengan polosnya Edwin bertanya.

"Ee...tidak air kerannya baik-baik saja tapi, bolehkah aku meminta bantuanmu?" Piona sedikit bingung.

"Tentu, apa yang bisa aku bantu?" Edwin meletakkan majalahnya dan mendekat ke arah kamar mandi.

Apa yang harus ku katakan? Piona sedikit takut. seketika tanganya menarik Edwin masuk kamar mandi, Edwin terkejut suasana berubah menjadi sangat canggung.

"Bisakah kamu membantuku membuka ritsliting belakang gaunku? Sedari tadi aku kesulitan untuk melepasnya!" Piona juga merasa aneh dengan suasana ini.

Edwin sekali lagi tercengang dengan permintaan itu.

Apa membuka ritsliting gaun? Piona ga salah menyuruhku membantunya? Apa dia tidak takut aku seorang pria normal? Edwin bingung sendiri

"Baiklah, berbaliklah Piona!" Edwin mengatur nafasnya untuk berkata dengan biasa saja.

Detak jantung Piona mejadi sangat tidak beraturan dia menutup matanya. Hawa tubuhnya berubah panas dan benar- benar menyesakkan dadanya.

Jantungku kenapa tiba-tiba berdetak hebat,tanganku sedikit gemetar, aku mencoba membuka ritsliting itu pelan- pelan. Edwin mulai membayangkan hal yang tidak- tidak tapi selalu dia tampik sendiri. Ritsliting itu terbuka pelan- pelan sampai berakhir di area pinggang.

Edwin menelan ludah melihat punggung piona telanjang didepan matanya, dia berfikir 'ternyata selama pesta ini berlangsung piona sama sekali tidak menggunakan bra?' pikiran edwin semakin liar

Mung-mungkin dia memakai gaun yang sudah ada bra nya ? Edwin menampik sendiri perkataannya mencoba menghilangkan pikiran kotornya. Sekali lagi Edwin menghela nafas panjang dan memeberitahu piona bahwa dia sudah membuka ritsliting gaunya.

"Aku sudah membukanya," kata Edwin sangat gugup

Piona yang terpaku dan menahan bagian depan dadanya agar gaun itu tidak melorot spontan saja mengucapkan.

"Terimakasih" kata Piona dengan suara yang lembut.

Tubuh Edwin sama sekali tidak bisa berdamai dengan keadaan, keringat mulai sedikit membasahi sebagian tubuhnya itu. Apalagi setelah dia mendapatkan ucapan Terimakasih dengan nada yang membuatnya tergoda.

"Maaf, aku keluar," dia bergegas membuka dan menutup lagi pintu kamar mandi itu, dengan wajah yang sudah memerah.

Piona menoleh dan melihat edwin dengan heran. Piona juga tidak bisa berbohong jika dirinya sangat gugup saat edwin membuka ritsliting gaunya. Sejenak dia melupakan hal itu dan bergegas untuk mandi

"Huhhhh hahhh..…" nafas edwin tidak bisa ditahanya lagi,dia terus mengelus dadanya dan mengibaskan bajunya yang sudah penuh dengan keringat karena sangat gugup.

Edwin berjalan menuju ranjang tidurnya dan mencoba tiduran terlentang untuk menenangkan pikirannya.

Kenapa aku masih terus terbayang? berulang kali tangan Edwin mengusap raut wajahnya.

Beberapa menit kemudian Piona selesai Mandi. Kini rambutnya juga basah dan Piona mengenakan dress tidur berlengan pendek yang hanya setengah menutupi pahanya . Piona berjalan sambil menggosok handuk diatas kepalanya agar rambutnya cepat kering.

Edwin yang menoleh melihat hal itu tiba- tiba berbalik arah ke jendela sambil memeluk guling di sebelahnya.

kenapa kamu pakai baju seseksi itu? batin edwin bertanya.

Apa mungkin dia tidak menganggapku pria normal? lanjut Edwin dalam hati.

Edwin menelan ludah berkali- kali, mencoba menutup matanya dan mencoba untuk tertidur.

Piona yang melihat edwin terbaring diatas ranjang, merasa heran tapi juga sangat senang.

Apa dia sudah tertidur? Aku selamat dari malam pertama ini, gumamnya dalam hati

Setelah Piona selesai menggunakan skincare dia menoleh kearah ranjang dan berfikir sejenak, Mungkin dia sudah tertidur pulas, dan mungkin nggak jadi masalah jika aku tertidur disampingnya.

Piona naik keatas ranjang dan membenarkan selimut Edwin.

Edwin terbelalak dan tetap mematung di tempat yang sama

Dia sangat berani, gumam Edwin masih menahan segala hasratnya.

Piona berbaring menghadap kearah yang berlawanan Sambil mematikan lampu disampingnya. Mereka seolah tidur dengan jarak yang cukup jauh dalam satu ranjang.

Edwin masih sulit untuk tertidur begitu juga piona. Seketika itu edwin berbalik arah melihat punggung piona, dia masih membayangkan punggung telanjang piona tapi berhasil untuk menahanya, pelan- pelan edwin mendekatinya dan membetulkan selimut piona juga. Tangannya tidak tahan untuk menyentuh sehelai rambut yang menutupi wajah piona lalu menyingkirkan ketelinganya.

Piona yang terpejam merasakan sentuhan demi sentuhan yang dilakukan edwin kepadanya, perasaannya begitu takut membuat dia mematung di tempat yang sama. Edwin mendekatkan bibirnya untuk mengecup kening piona tapi tidak berhasil ketika piona sedikit bergerak. Edwin kembali ketempat semula dan menarik selimutnya untuk bergegas tidur.

Piona masih terjaga, Kenapa aku masih sulit untuk tidur ? 

Berulang kali piona menggulingkan badannya

Aku takut, dengan kebiasaan tidurku yang buruk.Piona berbalik menatap punggung Edwin.

Piona teringat betapa edwin memperlakukannya dengan baik beberapa hari ini. Tapi masih ada sedikit trauma yang bersarang di hatinya.

Tangannya tidak sengaja menyentuh punggung edwin dan merabanya pelan.

Ini pertama kalinya aku menyentuh punggung pria, ternyata seperti ini bentuk punggung seorang pria? Edwin terkejut saat piona meraba bagian punggungnya, edwin semakin tidak bisa tidur.

Piona tanpa sadar juga meraba lengan edwin yang berotot itu, Aku baru sadar tangan pria itu berbeda dengan tangan seorang wanita.

Edwin merasakan suhu tubuhnya semakin panas, suasana yang gelap saat itu tidak bisa lagi untuk menahan apa yang yang edwin rasakan sedari tadi. Ketika tangan Edwin diraba oleh piona spontan tangan edwin yang satu menggenggam tangan piona tanpa berbalik badan.

Piona terkejut dan berusaha menarik tangannya tapi tidak berhasil. Mereka masih terdiam dalam gelap, edwin berbalik sambil menggenggam tangan piona. Mereka pun saling bertatapan diranjang, cahaya yang remang- remang itu semakin membuat suasana tidak menentu.

Jantung Piona berdetak sangat cepat begitu juga dengan Edwin, mereka sama- sama menelan ludah.

"Maaf aku tidak sengaja," kata Piona mencoba mencairkan suasana yang sangat canggung ini. Nafas piona mulai terengah tapi Edwin tetap diam dan hanya menatapnya saja

Tiba-tiba tangan piona ditarik oleh Edwin agar tubuh Piona lebih dekat dengan nya.

Valen Ash

Nah ini nih, waspada 45 dikit lagi guys Eit jangan lupa yah komentar dan bintangnya... baca kelanjutannya yukk!!

| 2

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status