Share

Bab 5 Itu Bukan Aku

Selama 2 hari ini kasus tentang kematian seorang model cantik ini menjadi berita hangat yang diperbincangkan di seantero kota Grazia.

Caroline Williams, seorang gadis cantik dengan tubuh semampai yang baru menyelesaikan studinya di bangku SMU tahun lalu, dan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Sejak duduk di bangku SMU kelas 2, Caroline sudah rutin mengikuti beberapa pemotretan dan juga peragaan busana baik di kota Grazia, bahkan sampai ke luar negri.

Caroline adalah seorang gadis yang lahir dari keluarga sederhana, dia anak pertama dari 3 orang saudara, dan mereka semua perempuan. Mereka tinggal di dipinggiran Pantai, Sebelah Selatan kota Grazia. Ayahnya seorang nelayan dan ibunya seorang guru menari di daerah itu.

Bakatnya itu akhirnya menjadikannya seorang model terkenal, Caroline yang dulunya adalah seorang gadis desa kini menjadi putri yang tinggal di sebuah apartemen mewah yang dibelinya dari uang selama dia menjadi model. Namun sebulan terakhir ini beredar kabar jika Caroline di depak dari agensi yang menaunginya menjadi seorang model, karena konflik internal. Dikabarkan Caroline menolak Richard yang memintanya menjadi kekasihnya. Richard sendiri adalah anak pemilik agensi tempat Caroline membesarkan namanya didunia modeling.

Sejak saat itu, tidak ada satupun agensi yang mau menerima Caroline sebagai model, ditambah lagi didengar kabar bahwa Caroline mempunyai tabiat yang kurang baik, kurang beretika, tidak memiliki sopan santun, dan lebih suka bertengkar dengan teman sesama model.

Meski mempunyai tabiat buruk yang sering dibicarakan oleh rekan-rekan sesama model lainnya, Coroline mempunyai banyak fans, karena dia sering membalas setiap komentar yang masuk di akun instagramnya ketika dia meng-upload foto dan videonya.

Setelah sebulan tidak bekerja sebagai model, Caroline kemudian menderita depresi berat yang akhirnya membuatnya harus mengkonsumsi obat-obatan anti depresi.

Meski begitu, Caroline sama sekali tidak pernah bolos kuliah. Dia selalu mengikuti setiap mata kuliah, meski banyak cerita yang dia pendam selama ini. Baginya pendidikan tetaplah nomor satu, dia tahu jika karirnya sebagai seorang model tidak mungkin akan bertahan lama, namun jika ia mengemban pendidikan yang baik, suatu saat pasti itu bisa menjadi bekal untuk masa depannya. Bahkan dihari terakhir hidupnya,    dia masih sempat pergi ke kampus dan mengunjungi ibunya di tempat ibunya melatih anak-anak untuk menari.

Sangat disayangkan, Caroline yang malang akhirnya ditemukan tewas gantung diri    di pintu kamar mandi apartemen miliknya tepat 2 malam yang lalu.

...

Sebuah Artikel terbit tak lama setelah komentar para netizen membanjiri berita tentang kematian model cantik itu, mereka mempertanyakan apa sebenarnya penyebab kematian gadis itu, benarkah ia bunuh diri ataukah mungkin ia dibunuh oleh seseorang? Artikel yang terbit tanpa penulis tersebut bercerita tentang penyebab kematian Caroline Williams.

Dalam artikel tersebut diceritakan bahwa Caroline Williams meninggal karena dibunuh oleh seseorang, dikatakan bahwa Caroline sedang mengandung anak seorang pria, namun pria tersebut tidak mau bertanggung jawab, sehingga akhirnya Caroline mengalami depresi, pria tersebut menjadi kesal karena Caroline selalu mengganggunya dan menuntut tanggung jawab atas anak yang dikandung dirinya, karena merasa selalu diusik akhirnya pria tersebut menyuruh seseorang menghabisi nyawa gadis itu, dan membuatnya seperti kasus bunuh diri. Diakhir dari artikel tersebut, penulis artikel memohon maaf kepada publik karena tidak mampu memecahkan masalah ini, dan meminta publik untuk membantu mengungkap kasus ini. Lalu pada akhir tulisan terdapat inisial A.V

...

Azka memperhatikan laptopnya dengan wajah yang tampak geram, senyum yang biasanya menawan dari pria itu tak lagi tampak, hanya ada senyuman tipis dari amarah yang ingin dia keluarkan.

"Ronald.." teriaknya memanggil salah satu anggotanya.

"Siapkan mobil, ikut saya ke Rumah Sakit Elinton sekarang juga!" Lanjutnya kemudian.

Tanpa berpikir banyak, Ronald lalu bergegas keluar gedung dan mempersiapkan mobil sesuai yang di perintahkan Azka.

...

Sementara itu, di Rumah Sakit Elinton Alice begitu sibuk memeriksa pasien-pasiennya sampai jam makan siang pun dia lupakan. Ternyata indahnya pagi yang ia rasakan bersama sahabatnya tadi tidak sama dengan lelahnya tubuh sepanjang hari ini, semenjak ia menginjakan kaki di ruang IGD sampai detik ini, ia belum sempat menikmati duduk santai dimeja kerjanya sambil menikmati ice cappucino seperti hari biasanya.

"Suster, saya mau pergi dari sini." Kata seorang pasien dengan wajah ketakutan.

"Tolong lepas infus saya, suster." Pintanya kemudian sambil memegang tangannya yang diinfus.

"Tunggu sebentar pak, bapak masih belum kuat untuk berjalan. Istirahatlah dulu, sebentar lagi istri bapak akan datang." Kata seorang perawat menenangkannya.

"Wanita itu selalu mengikuti saya, saya sudah tidak tahan lagi melihat wajahnya." Pria itu berkata sambil menunjuk kearah tempat duduk di depan tempat tidurnya.

"Siapa yang bapak lihat? Tidak ada seorang pun di sana pak?" Perawat tersebut balik bertanya. Pasien itu kemudian menjadi histeris dalam seketika dan melempar bantal ke arah kursi tersebut, dia kemudian berteriak dengan keras.

"Pergi kamu.. Pergi.. Kamu sudah mati!!"

Seketika Ruangan IGD menjadi ricuh, pasien itu berteriak dan    memohon agar infusnya di lepas.

"Tolong saya suster, saya takut melihat wanita itu. Saya harus pergi dari sini. Tolong lepaskan infus saya!!" Teriak pria itu histeris sambil setengah memohon.

Alice yang melihat hal itu lalu bergegas menuju pasien.

"Bapak Alfred, tenanglah sejenak." Kata Alice dengan lembut sambil menenangkan pasien itu. "Saya dokter Alice yang akan mengobati Bapak. Bapak tidak perlu khawatir, tenanglah sejenak suster Ratna akan membantu merawat Bapak." Ujar Alice kemudian sambil meminta suster Ratna menenangkan Bapak Alfred.

"Dokter, tolong saya dokter. Saya tidak mau melihat dia lagi." Kata pasien itu.

"Siapa yang anda lihat pak?" Tanya Alice kemudian.

Yang ditanya tidak langsung menjawab, dia melihat ke arah kursi, lalu melihat keseluruhan ruangan kemudian dia tersenyum.

"Dia sudah pergi dokter." Kata pasien itu kemudian.

"Baiklah, kalau begitu sekarang bapak istirahat dulu, nanti saya akan periksa bapak lagi. Jika sudah membaik, kami akan melepaskan infus bapak, dan bapak boleh pulang." Kata Alice dengan senyum manisnya.

Pasien itu hanya mengangguk kemudian kembali membaringkan tubuhnya.

Alice duduk bersandar pada kursi sambil memperhatikan pasiennya tadi. Kenapa dia begitu ketakutan, apakah dia mengalami halusinasi sehingga menjadi demikian, Alice lalu mengingat bahwa yang membawa bapak itu adalah seorang psikiater, psikiater tadi sebelum pergi meninggalkan kartu namanya jika sewaktu-waktu diperlukan.

Alice lalu mencari kartu nama psikiater tadi di atas meja kerjanya, wajah Alice sumringah ketika mendapatkan apa yang dicari. Alice menekan nomor yang terdapat pada kartu nama tersebut.

"Halo selamat sore, dengan Anastasya. Ada yang bisa saya bantu" terdengar suara diseberang ponselnya.

"Selamat sore. Saya dokter Alice, mohon maaf mengganggu anda disore ini" Kata Alice memulai percakapan.

"Oh yah, dokter Alice ada keperluan apa hingga dokter menelepon saya?" Tanya suara diseberang.

" Saya ingin menanyakan tentang Bapak Alfred, sejak kapan beliau mulai konsultasi tentang kejiwaannya dengan anda?"

"Kami baru bertemu sekali saja, beliau belum sempat mengatakan keluhannya lalu kemudian pingsan, tapi yang saya lihat sepertinya beliau tampak begitu ketakutan, mungkin beliau mengalami halusinasi" Ungkap wanita itu.

Alice lalu mengucapkan terimakasih untuk informasinya dan menutup teleponnya.

Disaat yang bersamaan, di pintu UGD tampak 2 orang lelaki yang datang dengan penuh pesona. Dengan seragam polisi yang rapih, membuat keduanya tampak bersahaja. Semua mata memandang, bahkan dokter Alice sekalipun semacam terhipnotis oleh kedua orang tersebut.

"Selamat sore dokter Alice, sepertinya jam dinas anda sudah melewati batas. Bisakah anda istirahat sekarang, ada hal yang ingin saya bicarakan?" Dokter Alice tersadar dari lamunan nya, sekarang berdiri Azka Carmelo dan seorang anak buahnya di depannya.

"Hmp.. iya, boleh. Tunggu sebentar." Kata Alice kemudian.

Alice lalu masuk ke dalam ruangan dokter sejenak, dia lalu mengumpat dirinya sendiri yang tak sadar bahwa ia baru saja memandangi kedua orang tadi dengan kagum tanpa sadar bahwa mereka adalah anggota Cyber Police

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status