Truth never damages a cause that is just
-Mahatma Gandhi--
Genta tidak beranjak sedikitpun dari ruang inap yang saat ini di tempati Hening. Setelah melakukan beberapa tes yang dilakukan oleh psikiater, gadis itu ternyata mengalami gangguan kecemasan di karenakan trauma atau pernah mengalami peristiwa yang membuatnya stress.
Terlebih saat ini Hening sedang hamil, adanya perubahan hormon yang tidak bisa dikendalikan dapat memicu terjadinya anxiety disorder nantinya. Dan jika tidak di kontrol dan diterapi sejak dini akan ada kemungkinan menjadi Generalized anxiety disorder (GAD).
Karena itu, keluarga terdekat disarankan, harus selalu mendukung dan memberi pengaruh positif pada kehamilan Hening saat ini. Dan, menjauhkan gadis itu dari segala pemicu kecemasannya.
Genta meminta orang tuanya agar pulang terlebih dahulu. Dan, berjanji akan menjelaskan semua duduk permasalahannya kepada mereka.
Setelah berdebat c
True love is not a hide-and-seek game; in true love, both lovers seek each other.—Michael Bassey Johnson -- Terdengar sayup-sayup suara tawa dari kamar inap yang ditempati Hening saat ini. Ada seorang pria dengan setelan jas mahal yang sedang menjenguknya. “Jadi hari ini udah mau pulang?” tanyanya dengan santai, dan Hening mengangguk. “Cepet banget, emang udah pulih bener.” “Fisik Hening tu sehat kali, Wa, cuma gak boleh stress aja, kalau kelamaan di sini kwatirnya dianya tambah stress.” Jawab Esa. “Syukur deh, kalau lo udah baikan.” Dewa melirik arlojinya, lalu berdiri. “Kalau gitu gue balik, ada meeting bentar lagi.” “Sok sibuk banget lo.” Celetuk Hening. Dewa mengendik dengan tersenyum. “Namanya juga tanggung jawab, kalau elo jadi tanggung jawab gue, pasti deh, lo gue duluin di atas segalanya.” Hening mencebik “Halaah, bibir lo, WA, dari dulu manis manis pait bawaanya, kalau ada maunya aja manii
Death ends a life, not a relationship - Mitch Albom, Tuesdays with Morrie -- Hening duduk, terjaga dalam gelap, matanya tertutup dengan mulut tersumpal. Tak mampu bergerak karena kaki serta tangannya pun terikat erat. Hanya bisa menggeram keras tertahan di tenggorokan. Entah sudah berapa lama waktu terlewat. Hanya ada dingin serta sunyi yang tercekat. Tubuhnya awas, saat mendengar decit pintu terbuka, dengan suara wanita yang semakin mendekat berjalan ke arahnya. Ia mengenal suara itu. “Buka!” perintah wanita itu dengan ketusnya kepada seorang pria, sepertinya seorang pesuruh. Manik Hening mengerjab, menyesuaikan cahaya pagi yang menelusup dari celah dinding yang mengukungnya. Kain yang membalut mulutnya pun ikut terlepas. “Lo!” Hening menyipitkan mata, menggantung kalimatnya. Sedikit terkejut melihat wajah wanita di depannya. “Gue gak punya urusan sama elo!” “Tapi, gue punya!” Wanita itu menarik kursi dan duduk t
Maybe I can't stop the downpour, but I will always join you for a walk in the rain-Unknown--Esa mengumpat setelah mendapat telepon dari Riko Wajahnya merah dengan geram amarah.“Dewa! gue pinjam bodyguard lo, sama Om Abraham!” Ujar Esa tergesa menuju pintu sembari memakai jaketnya. Namun Reno menutup pintu dengan cepat.“Buat apa?” Sergah Reno. Pria itu bertanya karena dialah yang mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan gelap keluarga Lee.Detik itu juga tubuh Reno tersungkur. Esa menarik kerah baju pria itu dan menghempasnya di lantai.“Esa!” Hardik Dewa“Hening di markas preman timur, Wa.” Esa membuka pintu lalu berbalik. “Tanya Om Abraham tempatnya, gue duluan!”Esa berlari tergesa keluar di susul Genta di belakangnya.“Gue ikut, Sa!”Esa tak menjawab, pikirannya dan perasaannya sudah tidak enak, merasa kalut, pe
You opened my eyes, You opened the doorTo something I'd never known beforeAnd your love, Is the music of my heart By Nsync--Tiga bulan berlalu sejak kejadian penyekapan Hening. Gadis itu tertekan dan hanya termenung sendiri di kamar Genta dengan tatapan hampa di kediaman Abhiraja.Kehilangan Ayah dan bayinya dalam waktu bersamaan membuat Hening seperti kehilangan dirinya. Ada suster yang menjaga di kala siang, sesekali bergantian dengan Mama Ruby, jika Genta pergi ke showroom.Dan, setiap harinya, pagi juga malam, Genta dengan setia menyuapi istrinya itu. Terus mengajaknya berbicara tentang kegiatannya sehari-hari untuk menstimulus kinerja otaknya agar kembali kepada pikirannya.Seperti pagi ini, ia kembali menyuapi Hening sambil bercerita semua hal yang terjadi padanya, serta keluarganya."Jadi, Lastra semalam udah lahiran, bayinya cowok." Genta kembali menyuapkan sesendok bubur pada bibir istrinya.Man
Each new day has a different shape to it. You just roll with it.-Unknown--Suasana resepsi pernikahan Genta dan Hening diadakan dengan tema modern minimalis. Didominasi dengan warna pastel yang begitu lembut, dengan berbagai bingkai berwarna gold yang terkesan kontras membuat latar pelaminan terlihat elegan. Ditambah barisan bunga yang tersusun secara linear menjadikan visual yang ada semakin terlihat sempurna.Banyak tamu kenegaraan yang di undang, anggota legislatif, juga para pengusaha. Para tamu didominasi dari relasi papa Genta, serta beberapa sahabat dekat keluarga mereka.Tak banyak yang diundang dari pihak Hening, hanya keluarga besar dan beberapa kerabat serta tetangga dekat.Rasa bahagia serta sedih bercampur aduk di dalam hati Hening. Tak ada kedua orang tua yang menyaksikan resepsi mewahnya mebuat ada Sebagian relung hatinya yang kosong. Kali ini, yang mewakilinya adalah Esa serta Uwa Adil. Tidak bisa berharap lebih ba
Life can only be understood backwards; but it must be lived forwards ― Søren Kierkegaard--Hening menggoyang-goyangkan tubuh suaminya yang masih terlelap itu. awalnya hanya perlahan namun karena tidak ada respon, gadis itu lebih kuat lagi mengguncangnya.“Mas Genta bangun!”“Aku masih ngantuk, Ning! Setengah jam!” Ucap Genta tanpe membuka matanya dan menarik selimut untuk menutup seluruh tubuhnya.Hening mendengkus dengan sebal. “Ya udah, aku bisa kok pergi sendiri, beli es krim di mekdih!”Mulut Hening tidak berhenti menggerutu kesal sembari keluar kamar Usia kehamilannya kini sudah memasuki bulan ke lima. Tidak ada kendala yang berarti, hanya moodnya saja yang harus benar-benar dijaga, agar tidak mengalami stress.Genta yang mendengar hal itu sontak langsung bangkit mengejar istrinya yang sudah membuka pintu luar.“Ning, bukannya semalam masih ada 2 di kulkas?&r
Love is the first and most devious deceiver, the most seductive delusion― J. Earp--Meskipun Genta melarang istrinya untuk pergi ke tempat Esa, namun Hening bersikeras dan nekat pergi sendiri dengan menggunakan taxi, saat suaminya itu berangkat kerja.Asisten rumah tangganya, Ibu Mira dibuat kelimpungan sendiri. Wanita berumur 40 tahun itu segera menelepon Genta secepatnya saat Hening baru saja menutup pintu taxi untuk pergi dari rumah.Genta yang baru saja sampai, mendaratkan bokongnya pada kursi di ruang kerjanya. Sontak terkejut dan kembali berlari keluar berniat pergi ke rumah Esa, secepat mungkin. Jarak showroom Genta ke kontrakan Esa lebih dekat dari pada rumahnya sendiri, jadi otomatis Gentalah yang lebih dulu tiba di sana.Esa yang sedang memanasi motornya pun tekejut mendapati Genta yang tau-tau masuk ke perkarangan rumahnya,“Pak Genta ngapain?”“Adek lo belum datang kan?”&ldq
If you want the answer, ask the question― Lorii Myers--Sepulang kerja, Esa mendapati pintu rumahnya masih dalam keadaan terbuka. Ia berdecak dengan sebal, melangkahkan kakinya dengan berat untuk masuk ke dalam. Di dalam ia mendapati adiknya tengah asik memenuhi mulutnya dengan satu bucket ayam goreng dari restoran cepat saji.“Lo, makan semua sendirian?” Ucap Esa dengan manik yang terbuka lebar, lalu menggeleng. “Lama-lama jadi bola, tinggal ngegelinding aja kalau jalan.”“KAK ESA!” Bentak Hening dengan bibir mengerucut kesal. “Pantas aja gak ada yang mau sama elo, tu mulut kalau ngomong jelek banget!” sindirnya.Esa mengeluarkan satu tawa sinis. “Siapa coba yang gak mau sama gue, cakep gini! Gue nya aja yang gak mau sama mereka.”Esa sudah melangkah menuju ruang tengah namun ia memundurkan langkahnya saat menyadari rambut adiknya yang masih basah. Lalu ia berenti s