Share

03.

Langit menguning, matahari sudah mulai mencumbu tanah. Neira menapaki jalanan taman dengan lesu. Bahunya merosot tajam seolah tak ada lagi semangat hidup.

Di bangku besi kosong bawah pohon beringin, akhirnya ia mengistirahatkan diri. Tubuhnya letih, begitupun dengan hatinya. Ia tidak tahu lagi harus pergi ke mana? Apa yang harus ia lakukan esok? Jangankan memikirkan itu semua, malam ini dia bisa tidur di mana? Dia tidak tahu.

Ia menerawang pada bangunan tinggi yang tak jauh dari tempatnya duduk, lebih tepatnya bangunan itu adalah apartemen yang baru saja ia tinggalkan. Ia menggeleng kepala perlahan, mengingat cek seratus juta di depan matanya yang sudah ia tolak mentah-mentah. Harusnya dalam kondisi seperti saat ini, cek itu adalah penyelamat bagi hidupnya. Tapi harga dirinya terasa tersakiti jika ia menerima seratus juta itu. Dia bukan pelacur yang setelah dipakai lalu dibayar dan urusan selesai.

Perlahan, ia membelai perutnya yang sudah sedikit membuncit, walau belum terlihat jelas. Apa yang harus ia lakukan? Sanggupkah ia merawat bayi ini kelak? Sedangkan untuk merawat diri sendiri saja ia belum mampu.

Bahunya serasa ditimpa ribuan ton beban. Gadis itu meremas bajunya di dada. Ingin rasanya ia meraung, menangis sekuat tenaga yang ia bisa, berteriak selantang mungkin dan menyumpahi dunia yang tidak adil kepadanya. Tapi ia sadar, di dalam tubuhnya ada yang harus ia jaga.

Neira terus meremas erat baju di dadanya, matanya terpejam rapat, dan mulutnya terus merapal.

"Kita berdua bisa, Sayang. Aku akan menjaga kamu. Kita akan melewati semua dan menertawakan dunia."

***

Tiga bulan lalu.

Langit malam masih setia menjatuhkan buliran airnya ke bumi. Gerimis yang enggan reda, membuat Neira terjebak di gerai fotocopy tempatnya bekerja hingga pukul 22.00 wib. Padahal, jam kerjanya telah selesai sejam yang lalu.

Biasanya, ia akan menumpang teman ataupun memesan ojek online untuk pergi ke terminal, lalu melanjutkan naik angkot hingga ke kontrakannya. Tapi sialnya malam ini gerai sedang lembur, hanya dia seorang diri yang tidak mengambil lembur. Lebih parah lagi saat ini adalah tanggal tua, ia tidak punya dana lebih untuk memesan ojek online.

"Mau gue anterin ke terminal, Nei?" tanya salah seorang teman sejawatnya. Gadis itu hanya menggeleng. Bukan tidak ingin merepotkan, tapi di tengah pekerjaan yang menggunung rasanya tak etis menculik rekannya untuk mengantar dirinya.

"Engga usah, Bang. Bentar lagi reda kayaknya, sisa gerimis kecil doang."

"Naik ojek aja, pakai Gopay gue. Mau gue order sekarang?"

"Engga usah, Bang. Mau jalan kaki aja, mau mampir ke toko depan gang beli titipan bapak." Jawabnya, seraya berjalan keluar melihat langit yang mulai terang dan gerimis yang mulai reda.

Gadis itu tersenyum, akhirnya cuaca bersahabat juga untuk dirinya.

"Tinggal rintik doang. Saya pulang duluan ya."

Neira meninggalkan gerai tempatnya bekerja. Gadis itu menyusuri trotoar yang dingin. Semilir angin malam berbalut bekas hujan, membuat ia berkali-kali menggesek telapak tangannya menahan dingin.

Jalanan sangat sepi malam ini. Ada sedikit rasa takut menyelimuti hati gadis itu. Neira mengetatkan ranselnya, lalu menarik resleting jaket birunya dengan tergesa. Dia harus berjalan cepat untuk mencapai ujung gang dan menemukan keramaian.

Terlalu sibuk memasang earphone untuk mendengarkan musik agar tidak diliputi kecemasan, membuat dirinya menjadi kurang awas dengan langkahnya. Neira tersandung dan tersungkur.

"Aduh .... " Keluhnya, dia terjatuh mendarat dengan lutut. Perlahan gadis itu bangun dan berjongkok. Membersihkan telapak tangannya yang basah dan sedikit sakit. Mulutnya berdesis saat menyibak rok sekolah panjangnya, ternyata lututnya terluka. Dengan meringis kesakitan Neira meniup pelan lukanya.

"Mata kamu buta?"

Gumaman tidak jelas itu mampir di telinga Neira. Gadis itu menoleh ke belakang. Dan dia langsung menutup mulutnya.

"Astaga ... Manusia?"

Ke mana saja gadis ini, hingga baru sadar yang dia injak tadi adalah manusia?

Neira langsung bangkit dan mendekat. "Maaf." Ucapnya tergesa. Namun, tak ada jawaban.

Alisnya mengkerut saat mengamati dengan jelas siapa pria yang tergeletak di trotoar ini. 

Neira memang tidak mengenal pria ini, tapi Neira sering melihat pria di hadapannya ini berkumpul dengan anak jalanan di ujung gang sana. Dulu, dia pernah berpikir pria ini adalah bandar anak jalanan, karena penampilannya yang selalu rapi dan bersih kontras dengan penampilan anak-anak jalanan yang mengerumuninya. Sampai suatu ketika pikiran buruk hilang oleh penjelasan kakek tua yang berjualan gorengan di sekitar situ.

"Dia orang baik kok, Neng. Suka borong gorengan di sini sama nasi di warteg ujung buat dibagiin ke bocah-bocah"

Pertanyaannya, sedang apa lelaki ini tidur di trotoar? Lebih tepatnya, duduk di trotoar dengan bersandar pada mobilnya. Kenapa tidak tidur di dalam mobil saja? Apa sengaja bermain hujan-hujanan?

Neira menggeleng perlahan, lalu berjongkok dan mendekatkan wajahnya.

"Iiuuuhhh .... " Gadis itu langsung mengipas tangannya di depan wajah saat mencium bau alkohol yang menyengat dari pria itu. "Mabuk?"

Gadis ini melongok ke kanan dan kiri, tidak ada seorang pun di jalan ini. Lalu dia harus meminta bantuan ke siapa?

Neira berinisiatif ke apartemen yang hanya lima ratus meter jaraknya dari tempatnya sekarang, dan meminta tolong pada siapapun yang ada di sana. Tapi baru beberapa langkah gadis itu kembali.

Ia memeriksa saku pria ini, berharap menemukan kunci mobil dan memasukkan pria ini ke dalam mobil. Paling tidak, itu lebih aman bagi si pria dari pada berada di luar mobil dengan keadaan basah kuyup. Pikir gadis itu. Tapi yang dia temukan justru cart key apartemen.

"Ck ... Dasar bego." Maki Neira. Gadis itu berkacak pinggang jengkel. Bagaimana tidak, jika yang dia temukan ternyata cart key apartemen yang akan dia tuju. Apartemen pria ini ada di dekat situ, lalu untuk apa dia malah tidur di trotoar bukanya pulang?

"Tunggu di sini, jangan ke mana-mana!"

Gadis itu melangkah meninggalkan tempat itu. "Bego. Memangnya orang mabuk ngerti diajak ngomong." Neira memukul kepalanya sendiri. Kenapa dia jadi ikutan bego?

________________________________________

FUNFACT : Aku suka banget sama bau tanah sesaat sebelum hujan. Neira juga :) cung yang sealiran sama kita. Berpelukaaan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status