Aisya, dan Nisa berjalan menuju kantin sekolah, mereka memesan dua porsi mie Ayam dan dua gelas es jeruk. Saat asyik menikmati makanan mereka, dari arah belakang terdengar suara.
"Hai, boleh gabung, gak." Kata seorang lelaki dari arah belakang, Aisya menoleh dan melihat Reno yang membawa makanan, Reno segera duduk di depan Aisya.
"Silahkan" jawab keduanya.
"Terima kasih" kata Reno, sambil memandang Aisya dengan mata berbinar.
" Makin cantik aja lo, Sya" kata Reno tanpa mengalihkan pandangannya dari Aisya.
Aisya, yang merasa terus dipandang oleh Reno merasa risih, ia memutar bola matanya dengan jengah.
"Lo, kesini mau makan, apa mau gombalin Aisya,sih." Kata Nisa
"Ya, mau dua-duanya. Sayang banget kan pemandangan indah yang berada didepan mata, untuk dilewatkan" kata Reno
"Geli, gue dengarnya" cibir Nisa
"Yey, lo mah sirik aja, Aisyanya aja santai-santai aja dianya" kata Reno, tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Aisya yang cute abis menurut Reno.
Sebenarnya, Reno sudah lama menaruh hati pada Aisya, tetapi Aisya gak pernah menggubrisnya, katanya dia gak mau pacaran, maunya nikah dulu, baru pacaran gitu prinsipnya. Tapi Reno gak masalah kok dia tetap berjuang untuk mendekati Aisya. Reno ini ganteng, putih, tinggi, cool, pokoknya perfect lah, dia juga jadi idola ciwi-ciwi di sekolahnya. Tapi biasa saja kalo menurut Aisya karena dia gak ada rasa sama si Reno. Bukan berarti dia gak suka cowok ya, dia suka kok, hanya saja Reno bukan tipenya.
"Sya, ntar malam jalan, yuk." Ajak Reno
"Sorry, Ren. Gue gak bisa, soalnya gue udah ada janji sama Abang gue" tolak Aisya.
"Oh, gitu, ya." Kata Reno lagi-lagi dia mendapatkan penolakzn untuk yang kesekian kalinya.
"Iya, sorry banget ya. Gue betulan gak bisa" kata Aisya, karena ia merasa kalo Reno kecewa dengan penolakannya.
"Ya, gapapa kok, santai aja lagi" jawab Reno
Aisya, dan Nisa sudah selesai makannya, sebelum bangkit dari duduknya mereka bilang " duluan ya, Ren" ucap keduanya berbarengan. Reno hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban, karena mulutnya masih penuh oleh makanan.
Mereka, berjalan beriringan meninggalkan kantin sekolah, yang mana si Nisa bilang begini " Kenapa, gak loe terima aja sih ajakannya, Reno.?" Tanya Nisa
"Ya, gue malas aja. Lagian gue juga udah ada janji betulan sama Abang gue" jawab Aisya
"Kan, cuma jalan aja, Sya"
"Gue, gak mau ngasih dia harapan. Kalo gue terima ajakan dia pasti dia berpikir bahwa gue ngasih dia kesempatan buat dekatin gue, padahal gue kan gak ada rasa sama dia, gue takut dia kecewa pada akhirnya" jelas Aisya panjang lebar.
"Apa susahnya, sih. Kasih dia kesempatan,menurut gue dia ganteng, kalo dikata dia itu udah perfect banget lah" puji Nisa pada Reno.
"Lagian ni ya, dia tu udah lama suka sama loe, kasian tahu anak orang dicuekin terus." Lanjutnya
"Ya, tapi dia bukan tipe gue" kata Aisya dengan bibir sambil mengerucut.
"Terus, tipe lo yang kaya gimana?"
"Tau ah" kata Aisya seraya meninggalkan Nisa yang tertinggal di belakangnya.
=======
Bell pertanda pulang sekolah sudah berbunyi, Aisya dan Nisa berjalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu jemputan masing-masing. Aisya menelepon Bang Dimas untuk menjemputnya, tetapi Abangnya itu gak bisa menjemputnya karena ada pekerjaan yang harus di selesaikan. Aisya menghampiri Nisa yang sedang duduk menunggu jemputannya.
" Eeh, lo pulang bareng siapa" kata Nisa
"Tadinya, sih. Gue mau di jemputin Abang gue, pas gue telpon dia sibuk, jadi gak bisa jemput" kata Aisya pada Nisa.
"Ya, udah pulang bareng gue aja kalo, gitu." Ajak Nisa
"Gak, usah,Nis. Gue naik angkutan umum aja deh. Lagian juga arah pulang kita berlawanan" tolak Aisya, ia gak mau merepotkan sahabatnya tersebut apalagi arah pulang mereka berlawanan arah.
"Ya gapapa, Sya."
"Makasih, Nis. Tapi gue mau naik angkot aja deh" katanya
" Benerin, neh. Gak apa-apa gue tinggal duluan" kata Nisa karena Mobil jemputannya sudah datang.
"Iya, gapapa"
"Ya, udah gue duluan ya. Hati-hati lo"
"Iya" jawab Aisya, Nisa pun masuk kemobilnya mereka saling berdadah melambaikan tangan.
Aisya, berjalan menuju halte untuk menunggu angkutan umum yang lewat. Entah kebetulan atau apa angkutan yang dia tunggu tak kunjung lewat juga. Sudah sejam dia berdiam diri duduk di halte sendirian. Tiba-tiba terdengar suara Motor yang berhenti di depan halte. Reno membuka helmnya dan menghampiri Aisya.
" Kok, belum pulang, Sya?" Tanya Reno
"Iya, gue lagi nungguin angkot lewat, tapi gak ada satu pun yang lewat" jelas Aisya.
"Ya, udah gue antarin aja kalo gitu, lagian kitakan searah" tawar Reno
Aisya, merima tawaran Reno, karena dia sudah lapar, dan capek duduk nunggu angkot yang tak kunjung lewat.
"Kok, lo baru pulang sih, Ren" Tanyanya sebelum naik ke atas boncengan Reno.
"Tadi, gue ada urusan sebentar" jawab, Reno.
"Oh"
Aisya, naik keatas boncengan Reno, yang mana Reno bilang "Pegangan, Sya" dan berujung mendapati pukulan Aisya dikepalanya yang dilapisi helm, tetapi Reno malah tertawa. Reno pun segera menyalakan motornya dan melaju perlahan membelah jalanan.
======
Aisya, dan Reno sampai di depan rumah Aisya. Ia segera turun dari motor Reno. "Makasih ya, Ren." Ucapnya
"Sama-sama, gue gak disuruh mampir dulu neh" celetuk Reno
"Eeh, lo mau mampir. Ya udah ayuk" ajak Aisya
"Gak kok, Sya. Gue cuma becanda. Serius betul nanggapinnya" seru Reno.
"Ya, betulan juga gapapa, Ren." Kata Aisya
"Gak, Sya. Ya udah gue cabut dulu, ya." Pamit Reno
"Iya, hati-hati, Ren." Sahut Aisya dan dijawab Reno dengang mengacungkan jari jempolnya. Reno berlalu meninggalkan pekarangan rumah Aisya.
Aisya, mengucapkan salam dan segera masuk kedalam rumahnya, yang mana di ruang tengah sudah ada Bang Andra.
"Cie dianterin siapa neh pulangnya" celetuk Bang Andra yang melihat Aisya berjalan menuju kamarnya.
"Teman" jawabnya singkat
"Teman apa teman, cie Adek gue dah besar sekarang" cicit Andra yang membuat Aisya cemberut.
"Apaan sih, Bang. Gak jelas banget deh"
"Bunda, Adek sekarang punya pacar" teriak Andra memanghil Bundanya
"Apaan, sih. Aisya gak ada pacaran tau"
"Bang Andra, bohong, Bun. Aisya gak ada pacar-pacaran kok" teriaknya.
"Apa, sih. Kalian ini teriak-teriak" ujar Bu Dewi dari arah dapur
"Bang Andra, neh,Bun. Yang mulai" adu Aisya
"Dasar, tukang ngadu" ejek Andra
"Biarin" sahut Aisya, ia belari masuk kedalam kamarnya. Ia meletakan tas sekolahnya, dan melepas seregam sekolahnya. Ia masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Aisya keluar dari kamarnya, karena perutnya yang lapar minta di isi. Ia berjalan menuju dapur mencari makan, syukur di meja makan sudah ada makanan yang dimasak Bundanya.
=====
Setelah selesai makan, ia duduk dulu di ruang tengah sambil menikmati tontom yang ada di Tv. Lama-lama dia bosan sendiri dengan tontonnya, ia memutuskan untuk masuk kekamar Abang.
"Bang Andra" sapanya saat sudah berada dikamar Abangnya itu.
"Hmmm"
"Abang, lagi ngpain, sih."
"Hmm" jawab Andra lagi
"Iss, Abang sariawan, apa gimana sih, dari tadi hmm, hmm melulu jawabnya" sungutnya
"Lo, gak liat gue lagi ngapain"
"Emm, ya liat sih. Lagi baca Undangan"
"Nah, tu lo tau. Ngapain mesti nanya lagi. Dasar bocah" cicit Andra yang membuat adiknya itu cemberut.
"Yey, Aisyakan. Cuma nanya, Bang. Gitu aja sewot"
" Tau ah, pusing gue"
"Coba, liat undangan dari siapa tu, Bang" Aisya langsung mengambil kartu undangan yang berada ditangan Andra.
"Jessi, hmm kaya pernah dengar ini nama" katanya
"Apa, jangan-jangan ini jessi. Pacarnya Abang yang wakyu itu" lanjutnya
"Hmm" kata Andra lagi sambil nganggukin kepala
"Wah, pantesan. Abang sensi betul kaya cewek PMS aja"
"Ternyata, di tinggal kawin sama pujaan hatinya" olok Aisya sambil ketawa
"Diam, lo" kata Andra karena tidak terima di tertawakan Adiknya
" terus, Abang mau datang ke nikahannya si jessi-jessi itu" tanyanya lagi
"Gak tahu."
" kok gak tahu, sih. Abang tu harus datang, tapi harus bawa gebetan. Biar si jessi itu tahunya Abang sudah move on dari dia" papar Aisya memberi saran pada Abangnya.
"Hmm, tapi masalahnya gue gak punya gebetan"
"Hmm, gini aja Abang cari aja cewek yang bersedia jadi pacar pura-puranya Abang"
"Abangkan, banyak punya kenalan cewek, gitu aja gak tahu"
"Ya, tapi masalah teman-teman cewek Abang udah punya pasangan semua"
"Ya, cari aja siapa gitu" kata Aisya
"Gak ada" kata Andra, yang mana dia melirik dan memperhatikan Aisya sambil menyelidik. Dan tercetus lah ide gila dari otaknya.
"Apaan sih, Bang. Liatin Aisya sampai segitunya. Aisya tau kok kalo Aisya ini dah cantik" cibirnya karena dia jengah dipandang Bang Andra.
"Gimana, kalo lo aja yang jadi pasangan pura-pura Abang" dan Andra langsung mendapat pelototan mata dari adiknya.
"WHAT" katanya sambil melotot
"Biasa aja kali itu mata, gak usah sampe melotot segala. Kalo, dipikir-pikir ide lo ada benarnya juga, gue mesti bawa pasangan ke nikahan dia" kata Andra
"Mau, ya jadi pasangan Abang" bujuk Andra, ia malas kalau harus mencari cewek lagi yang mau di ajak pergi kepesta, kalau perginya sama Aisya kan dia gak mesti ngeluarin uang buat bayar jasa wanita yang ia sewa buat jadi pacar pura-puranya.
"Ogah banget gue" tolak Aisya dengan ide gila Abangnya itu, ia pikir Abangnya sudah tidak waras karena di tinggal nikah sama mantan pacarnya.
Bersambung...
Di tunggu kritik dan sarannya. Saya masih pemula masih banyak kekurangannya. Semoga suka.
"Sya, cepatan dong" kata Bang Andra memanggil Aisya, karena Aisya yang tak kunjung keluar kamar. Ya, mereka mau pergi ke acara nikahan mantannya si Andra. Akhirnya Aisya, menerima tawaran Abangnya kemaren karena gak tega dia melihat muka Abangnya yang memelas. Jadi dengan berat hati dia iyain aja deh. "Bentar, Bang. Sabar napa" sahut Aisya, yang baru saja selesai mandi. "Cepatan, Abang tunggu di bawah, ya" katanya lalu ia berjalan ke ruang tamu di rumahnya meninggalkan kamar Aisya tanpa menunggu jawaban dari adiknya Aisya, keluar dari kamarnya dan menghampiri Bang Andra, di sana ada Bunda dan Ayahnya yang sedang duduk-duduk santai. "Hmm, cantiknya anak, Bunda." Puji bu Dewi pada Aisya yang nampak terlihat sangt cantik. "Iya dong, Anak siapa dulu??." Jawab Aisya "Anaknya Bunda dong" kata Bu Dewi yang membuat Pak Ali, ayahnya Aisya sewot "Anak, ayah juga kali, Bun. Kan bikin-biki
Pagi ini Aisya masih disibukan dengan rutinitasnya seperti biasa, bersiap-siap untuk pergi sekolah. Hari ini ia mengendarai motornya sendiri. Ia memarkirkan Motornya di parkiran seperti biasa, ia menuju kelasnya di sana ia belum menemukan sahabatnya Nisa. Ia duduk dan menaruh tasnya di laci bawah meja."Door" suara Nisa yang berusaha membuat Aisya kaget, tapi Aisya biasa saja Nisa kan jadinya kesel."Biasa aja kali itu bibirnya" cibir Aisya karena Nisa mengerucutkan bibirnya."Ngomong-ngomong, setelah lulus nanti lo mau kuliah jurusan apa" kata Nisa pada Aisya sambil menatap sohibnya itu"Belum tahu gue" jawab Aisya"Iih, yang mau kuliahkan lo masa gak tau" protes Nisa"Iya, belum ada bayangan soalnya""Dasar somplak lo" kata Nisa seraya melempar Aisya dengan gulungan kertas."Apa gue nikah aja kali yah, abis lulus langsung nikah" ucapnya dengan tangan bertumpu didagu"Gila lo, di kira nikah enak apa" jawab Nisa
Di sinilah Aisya dan teman-temannya berada yaitu di kantor Polisi. Bu Dewi yang merima telpon dari pihak kantor Polisi langsung lemas saat mendengar anaknya berada di sana, ia memutuskan untuk menelpon suaminya Ayah Aisya, dan memberi tahu suaminya bahwa anak gadisnya berada di kantor Polisi. Pak Ali pun segera pulang dan menjemput istrinya untuk pergi ke kantor Polisi.Betapa kagetnya Bu Dewi yang melihat anaknya babak belur, ia langsung menangis histeris."Ya Allah, Aisya." Pekik Bu Dewi.Aisya dan kedua orang tuanya sudah berada di rumah setelah menyelesaikan urusan di kantor polisi, mereka memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Andra dan Dimas melihat Adiknya yang terlihat kusut, acak-acakan muka juga biru-biru. Mereka langsung mendekat dan bertanya."Ada apa ini? Kenapa mukamu, Dek? Abis berantem sama siapa? Tanya Dimas langsung."Biasa, bang." kata Aisya dengan santainya"Biasa apan
Aisya hari ini sudah kembali bersekolah lagi, tanda-tanda memar di wajahnya sudah menghilang. Ia melajukan motor kesayangannya menuju sekolah. Kini ia sudah berada di parkiran sekolahnya, ia melepas helm dan bercermin sebentar di spion motornya seraya merapikan rambutnya yang agak sedikt berantakan karena tertiup angin. "Aisya." Panggil Nisa, sahabatnya. Aisya menoleh seraya melambaikan tangannya pada Nisa yang sedang berlari ke arahnya. "Gimana, kabar lo?? Udah sehatkan ?" ucap Nisa setelah ia berada di samping Aisya. Aisya mengaku izin sakit kemaren padahal emang sakit benaran sih, abis main baku hantam. Eh emang ada ya, permainan baku hantam. Ah, ya sudahlah. "Iyalah, makanya gue ada di sini," sahut Aisya cuek. "Ah lo mah." Kata Nisa. Mereka berjalan beriringan menuju kelas. "Hai, Sya. Udah masuk nih, kangen gue," itu adalah suara Reno yang baru saja datang. "Apaan sih, lo. Gue gak kangen sama lo," jawabnya jutek
Di sinilah Aisya dan Reyhan duduk, di ruang tamu rumah Aisya dan di kelilingi oleh beberapa warga, mereka menuduh Aisya dan Reyhan telah berbuat mesum. Karena mereka hanya berdua saja di rumah, karena orang tua Aisya dan Abang-abangnya sedang tidak berada di rumah. Aisya sudah menjelaskan kalau dia hanya membantu Reyhan dan meminjamkan baju Abangnya sebab baju Reyhan basah terkena air hujan pas saat mengantarnya pulang. Tetapi para warga di sana tidak percaya dan tetap kekeh menuduh mereka berbuat yang tidak- tidak. "Saya, berani bersumpah. Bapak-bapak. Saya tidak mungkin melakukan hal sekeji itu," kata Aisya, ia tetap membela diri karena merasa tidak bersalah. Tetapi warga semakin gencar menuduhnya apalagi Pak Rudi semakin mengompori mereka dengan kata-kata yang menyudutkan Aisya. "Apa yang di katakan, Aisya semuanya benar. Saya hanya menumpang untuk meminjam baju dan berganti pakaian itu saja." Ujar Reyhan membenarkan perkataan Aisya. Tapi para warga
Reyhan duduk di tepi ranjang sambil meringis memegang sudut bibirnya yang berdarah, Aisya datang membawa kotak P3K. Ia mendekati Reyhan dan membantu mengobati luka suaminya itu dengan pelan. "Maafin, bang Andra ya, Bang." Ujarnya. Ia merasa tidak enak karena dia Reyhan sampai babak belur. "Hmm, gapapa, Sya. Mungkin kalo Abang jadi Andra akan melakukan hal yang sama," kata Reyhan sambil meringis menahan perih luka di sudut bibirnya. "Ya, sudah Abang istirahat saja di kamar, Aisya mau keluar sebentar," ujarnya setelah selesai mengobati Reyhan. Reyhan hanya menganggukkan kepala, dan berbaring di ranjang Aisya. "Bunda, sedang apa?" Tanyanya, kini ia berada di dapur untuk membuang air bekas membersihkan luka Reyhan. "Bunda, lagi masak Ayam kecap sama tumis kangkung," "Reyhan, bagaimana keadaan Reyhan?" Bu Dewi menanyakan keadaan menantunya. "Aisya, suruh Bang Reyhan istirahat di kamar, kayanya lukanya masih saki
Aisya terbangun dari tidurnya karena merasa perutnya lapar, ia melirik jam yang menempel di atas didinding, sudah jam 9.00 malam. Aisya mengedarkan pandangan tak ditemuinya Reyhan. Ia pun melangkah keluar dari kamar dan tetap sama, ia tak menemukan Reyhan.'Apa dia belum pulang sejak dari tadi' gumam Aisya.Aisya beranjak ke dapur, ia membuka lemari es yang berada didapur Apartement Reyhan, ternyata isinya kosong melompong, gak ada makanan yang bisa ia makan. Cacing-cacing di perutnya sudah pada protes minta jatah lagi. Reyhan juga kemana, jam segini belum pulang, gak tahu apa dia kalau istrinya lagi kelaparan dirumah.Aisya kembali masuk ke kamar, ia membuka tas kresek yang berisi jajanan yang dia dan Reyhan beli sewaktu di jalan tadi. Hmm makan ginian mana bakalan kenyang. Setelah habis memakan jajanannya, ia segera meneguk air mineral dalam kemasan yang sisa setengah.Ia memutuskan untuk menonton Tv saja, sambil menunggu Reyhan pulang
Lanjutan Bab 9 ya, kemaren langsung kepencet publish gara-gara batrei hp saya low. Mau mengedit layarnya kok gak bisa geser jadi ya sudah lanjutnya di sini saja. Eh malah curhat lagi. Ya udah nih lanjutannya.======="Sini, biar Abang bantu," Reyhan dengan sigap mengambil dan menyusun belanjaan mereka, sedangkan Aisya masih duduk di atas kursi ia kelelahan.Tak berapa lama Reyhan duduk di samping Aisya."Udah, selesai?" Tanya Aisya"Iya, sudah." Jawabnya sambil meminum air mineral dalam kemasan yang ada di atas meja."Kamu bisa masak, Sya??" Ia menatap Aisya."Gak bisa, Bang. Kalo mie instan bisa," jawabnya"Terus, bahan-bahan yang kita beli tadi, siapa yang mau masak?" Ia kira Aisya bisa masak jadi dia ambil-ambil aja itu, seperti ayam, ikan, daging, dan sayuran dia ambil."Hmm, nanti Aisya yang masak,"" Katanya, gak bisa masak. Gak usah di paksakan kalo gak bisa." Ujar Reyhan"Nanti, masaknya