"Wickley ... sebut namaku seperti itu, Sayang." Bisikan sensual itu bagaikan mantra yang menggerakkan bibir wanita itu terus menjeritkan nama sang pria.
"Yeah, begitu jeritkan terus, terus ...."
Alona memukul keras kepalanya, membawa tubuhnya beguling-guling di bawah selimut. Pemikiran macam apa itu tadi? Kenapa harus di ingat-ingat. Ia menyumbulkan sedikit wajahnya dari balik selimut, mengawasi keadaan kanan dan kiri, setelahnya kembali beguling-guling sambil menahan jeritan kecilnya, dia persis seperti orang gila saat ini.
Beberapa menit kemudian, dirinya mendengar suara bel. Meski merasa heran, Alona tetap berjalan keluar untuk membuka pintu. Seorang petugas apartemen berdiri lengkap dengan seragamnya.
"Permisi, Nona, seorang petugas rumah sakit menitipkan ini untuk anda,” ucapnya sopan.
"Apa ini?" Alona menautkan alis bingung seraya membolak balik box kecil berlogo rumah sakit Las Vegas di tangannya.
Alona akan mengatakan bahwa kiriman i
Di ujung sana, berdiri seorang pria dengan pandangan tajam ke arah Alona yang seakan mampu menghunus sampai kedalam jantung wanita itu, dan yang membuatnya hampir pingsan adalah dua orang pria yang sedang jatuh tersungkur di lantai dengan lebam dan bibir sedikit robek yang wajahnya terasa tidak asing baginya, sangat tidak asing malah."Sepertinya dia mengenalmu?" Suara Danu tepat di samping Alona.Wanita itu menoleh dan mendapati wajah penuh tanya milik Danu."A ... ak ... aku tidak tahu." Alona melirik ke sudut ruangan dan masih menemukan netra gelap itu tertuju padanya."Bisa kita pulang sekarang?" Lirih wanita itu takut-takut.Danu menatapya penuh selidik. “Makanannya bahkan belum habis,” jawabnya pelan.Alona menggeleng lemah. "Perutku rasanya tidak nyaman," keluhnya berpura-pura.Akhirnya Danu mengalah, bagaimanapun juga dia tidak mau terjadi hal buruk pada keponakannya yang meringkuk nyaman dalam perut Alona itu."Tung
Pertama-tama yang dilakukan oleh Alona adalah berselancar di dunia maya dengan kata kunci ‘Wickley Watson’. Tak banyak informasi yang Alona dapat selain fakta yang cukup mengejutkan yaitu pria tampan tersebut adalah seorang pelaku kriminal, dan yang paling mencengangkan sehingga membuat Alona merinding setengah mati adalah kejahatan yang dilakukan oleh seorang Wickley Watson yang tak lain adalah seorang pembunuh. Jari Alona gemetar setengah mati sehingga ponsel yang digunakannya untuk mencari informasi tentang Wickley nyaris terjatuh kala dia membaca bahwa korban pembunuhan dari pria berdarah dingin itu adalah isteri sahnya sendiri yang ia nikahi lima tahun yang lalu.Refleks Alona menyentuh perutnya dengan jemari yang masih bergetar, apa jadinya anaknya nanti jika ayahnya adalah seorang pembunuh. Dia bercita-cita mencari pria yang tertampan dan terbaik sehingga anaknya kelak lahir nyaris sempurna, tapi fakta yang ia dapat hampir saja membuatnya lupa bernapas. Apa i
Alona melirik sinis ke arah pria yang sedang begitu santai memainkan gadgetnya tanpa merasa bersalah sama sekali karena menarik paksa Alona untuk ikut dengannya. Wanita itu sangat kesal dengan sikap pemaksa pria itu."Wajahmu akan cepat keriput jika terus kau tekuk begitu," sindir Wickley.Alona mendengus, sekalinya berbicara ternyata isinya hanya hinaan. Wanita itu menautkan alis bingung ketika mobil mulai memasuki area rumah sakit. "Kenapa ke sini?" tanyanya heran.Wickley tak menjawab selain keluar begitu saja dari mobil. Lagi-lagi Alona ingin menjambak rambutnya sendiri saking kesalnya."Simpan dulu sumpah serapahmu itu dan sekarang turun!" titah pria itu.Alona terlonjak kaget, tak menyadari keberadaan pria itu yang sudah berdiri membuka pintu untuknya. Tapi, wanita itu tak mau repot-repot mengucapkan terimakasih karena yang dilakukan pria itu bukanlah sesuatu yang mengesankan.Ketika Alona berjalan jauh di belakangnya, Wickley berdecak tak s
Alona berjalan sambil menggerutu, kakinya sudah terasa pegal karena berjalan sejauh ini. Niat hati ingin melarikan diri, tapi dirinya malah terdampar di tempat ini. Tiba-tiba langkah wanita itu terhenti karena melihat sosok pria tampan berdiri angkuh sambil menatap remeh ke arahnya.Wanita itu merasakan gemuruh di dada, merasa kesal karena saat ini Wickley pasti sedang mencemooh kebodohannya. Ternyata hari ini bukanlah hari peruntungannya."Bagaimana, My Apple? Sudah jera?" Pria itu buka suara dengan tersenyum lebar, kelewat lebar hingga Alona menyimpulkan bahwa itu senyum palsu yang sudah jelas menghina dirinya."Tampaknya belum, mengingat kau adalah wanita nakal yang keras kepala," imbuh Wickley lagi.What? Apa tadi katanya? Wanita nakal? Kurang ajar!"Itu bukan urusanmu Tuan Wickley yang terhormat," sahut Alona sengit."Hm … kau belum paham juga ternyata, Sayangku." Wickley berjalan mendekat. "Kau sekarang tahananku. Jadi, jangan main-main! Aku
"Kau berlebihan!" hardik Alona kesal karena sejak tadi Wickley tak berhenti membanting barang-barang di sekitarnya.Pria itu berjalan cepat menghampiri Alona. "Kau membelanya?" bentak pria itu.Wanita itu memejamkan mata karena terkejut. Sejak tadi, pria itu hanya marah-marah tak jelas seorang diri, tapi kali ini kemarahan pria itu tertuju padanya dan itu membuat wanita itu gemetar karena takut."Dengar sialan! Aku tak akan membiarkanmu menggoda laki-laki lain seperti yang sudah kau lakukan padaku!" ucap pria itu geram.Alona sontak membuka mata dan menggeleng tak percaya, apa Wickley berpikir dia wanita seperti itu?Oh, tentu saja. Mengingat buruknya cerita yang mereka miliki sudah barang tentu Wickley menganggap dirinya seorang wanita murahan. Biar saja, Alona akan bersabar menunggu hingga pria ini bosan dan melepaskan dirinya."Apa kau mengerti?" desis pria itu lagi.Alona ingin sekali memukul keras-keras wajah bengis itu dengan se
Alona bersungut-sungut ketika dengan tak punya hatinya Wickley malah membawanya ke sebuah club malam di tengah kota. Pria itu tetap menyeretnya meski ia sudah menolak sekuat tenaga. Apa dia gila membawa wanita hamil ke tempat tak sehat seperti ini?"Jangan gila, Brengsek! Aku sedang hamil." pekik Alona marah."Jangan berlebihan, Alona. Aku tak membawamu masuk dan beradegan tak senonoh di sana seperti yang kau lakukan padaku dulu," jawab Wickley santai yang jelas sedang menyindir kelakuannya dulu.Alona melotot kaget. Apa tadi katanya? Ingin Alona mejeritkan bahwa semua itu tidak akan terjadi jika si brengsek ini tak mendekati duduknya duluan. Tapi Alona merasa sia-sia jika membahas hal memalukan itu lagi sekarang."Tapi tetap saja, udara di sini tidak sehat, Wickley," sahut Alona memelas."Kau pikir aku tak memikirkan kesehatanku sendiri dengan membiarkan udara busuk memenuhi ruangan kerjaku setiap hari?""Tap--""Dengar Alona, aku tak
Alona menetralkan degup jantungnya yang tak wajar. Jelas saja, fakta bahwa Wickley memang benar kejam adanya membuat lututnya lemas seketika. Jemarinya masih bergetar hebat, tadi ia sempat berpikir bahwa dirinya tak akan punya kesempatan hidup lagi. Cekikan pria itu masih terasa kebas, bahkan pusing di kepalanya masih begitu terasa. Tapi, dengan begitu brengseknya pria itu malah pergi meninggalkan dirinya setelah memberi sumpah serapah yang begitu kasar untuknya.Dengan tertatih ia berjalan menjauhi dinding kaca, melangkah dengan lambat karena pandangannya terasa berkunang. Alona hanya bisa berdoa semoga Wickley tak mengurung dirinya di ruangan ini.Pria itu benar-benar tidak punya hati. Mungkin memang benar bahwa dia adalah seorang jelamaan iblis yang datang ke kehidupan manusia. Melakukan apa pun yang dia suka tanpa memikirkan orang lain, itulah Wickley Watson. Si penguasa berhati iblis.___Wickley meneguk wine yang tersisa setengah lagi
Alona duduk tegang di hadapan pria yang terlihat angkuh dan sombong itu. Banyak hal yang ingin wanita itu bahas, tapi sikap pria itu membuatnya jengah setengah mati."Aku ingin membuat kesepakatan," ucap Alona mantap.Wickley menaikkan sebelah alis. "Apa itu?" tanyanya."Aku akan memberikan anak ini nantinya padamu asal ... kau mau melepaskanku sekarang," ujarnya.