Share

Chapter 2 : Roofpark

MeganMarkus

Update 


Playlist:

Pink - Just Like Fire

••••

Megan melepas atasannya, membuang pakaian nya begitu saja dan mengeluh kasar saat tidak mendapati satu balasan pun dari Axel. Ia melempar ponselnya ke atas ranjang, dan mendadak mengerutkan kening, mencium aroma chocolate yang masih begitu kuat.

Dengan langkah kaki yang cukup cepat, Megan menarik handgun dari bawah bantal nya dan mengarahkan benda tersebut ke tiap ruangan. Sudut matanya berkerut, tampak sedang mencari sesuatu yang ganjil, Hingga ia mendapati sudut nakas nya tampak di acak. Letak flower pot nya bergeser.

"Siapa yang masuk ke kamarku?"pikir Megan, seraya kembali mengarahkan ujung handgun. Megan menuju kolam yang ada di depan kamarnya, meneliti tiap jejak yang mungkin tertinggal.

"Ah mungkin mommy?"gumam Megan mencoba berpikir rasional. "Tapi, mommy tidak suka aroma chocolate, lagipula, Mommy jarang pulang ke Penthouse,"elak Megan saat mengingat sesuatu hal yang tengah melawan pikirannya. Seketika, tangannya mencengkeram kuat handgun yang sejak tadi ada ditangan nya, mengintai hati-hati tiap pergerakan yang mungkin mencurigakan. Nihil! Tempat itu kosong, hanya ada dirinya sendiri dengan pikiran penasarannya.

"Ah aku terlalu sensitif,"gumam Megan kembali, seraya menurunkan dan menyimpan senjata api yang ia gunakan untuk berjaga-jaga selama ini.

Megan memijat keningnya, melepas sisa pakaiannya dan merebahkan diri di ranjang, naked hanya dengan balutan red underwear-nya. Warna favorit Megan.

"Kenapa Ax menunda pernikahan begitu lama, apa dia benar-benar serius dengan hubungan ini?"pikir Megan sambil menarik ponselnya kembali. Meneliti foto yang pernah mereka ambil satu tahun lalu.

"Kau bilang tahun ini, tapi kenapa harus menunggu satu tahun lagi? Apa aku penting, Ax?"tanya Megan, tanpa melepaskan pandangannya dari foto tersebut.

Tringgg!!

Mendadak ponsel Megan berbunyi, ia tersenyum simpul saat Axel menghubungi nya, mengirim kalimat yang selalu ia butuhkan.

"I love you, aku mengirimkan roses ke Penthouse mu, kurirnya akan sampai 10 menit lagi."

"Thanks, I love you too,"balas Megan, sembari mengirim emoticon love yang banyak.

Megan beranjak dari ranjangnya, melangkah menuju rak pakaian dan meraih bathrobe, sebelum kurir sampai, ia ingin mandi, agar aroma tubuhnya tidak terkalahkan dengan mawar pemberian Axel.

____________________

Markus menenggak segelas Whisky yang dituangkan Taylor sejak tadi. Ia menatap layar iPad begitu tajam, lantas, melempar benda tersebut saat melihat Megan tersenyum bahagia saat menerima ratusan mawar yang dirangkai khusus.

"Menjijikkan!"umpat Markus muak.

"Sir, apa aku bisa bertanya sesuatu hal denganmu?"tanya Taylor membuat sudut mata pria itu bergerak bebas, seakan mengiyakan.

"Selama enam tahun bekerja denganmu, aku tidak pernah mendapatkan tugas untuk melakukan pengejaran terhadap seorang gadis. Bahkan, aku nyaris tidak pernah melihatmu bersama wanita atau membayar wanita malam, Tapi Megan, kau memperlakukannya sangat berbeda. Setahuku, kau baru saja mengenalnya,"ungkap Taylor heran. Ia tidak tahan, ingin menanyakan hal tersebut pada Markus. Rasa penasarannya mengalahkan tingkat 'profesionalitas' nya selama ini. Taylor juga sama, ia bukan wanita sembarang, ia hanya bekerja, tidak pernah menjual tubuhnya demi uang.

"Sir, apa kau punya tujuan khusus?"sambung Taylor, saat Markus tidak menjawab pertanyaannya. Pria itu diam dan menarik iPad nya kembali.

"Beautiful,"ucap Markus sambil tersenyum tipis, menatap interaksi Megan lewat camera pengintai. Mungkin, ada manusia yang tidak percaya dengan adanya "jatuh cinta pada pandangan pertama", Namun, hal tersebut sangat tidak berlaku oleh Markus. Ia benar-benar merasakan sesuatu yang sulit untuk dipahami. Megan mampu menarik perhatiannya.

"Beautiful?"tanya Taylor sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Kau ada ide agar aku bisa lebih mengenalnya, Taylor?"tanya Markus membuat wanita itu terdiam sejenak.

"Tergantung keinginan mu, sir. Tema apa yang kau suka? Ingin memberinya mawar seperti itu atau-"

"Aku ingin sesuatu yang tidak bisa ia lupakan seumur hidupnya,"potong Markus seraya memberikan iPad tersebut pada Taylor.

"Baik, sir. Aku akan mengusahakan segalanya!"

"Ingat, aku tidak ingin penolakan sedikitpun, jika itu terjadi, maka akan ku gunakan cara terlicik yang akan membuatnya jatuh ke dalam pelukanku, selamanya!"ucap Markus penuh ancaman. Ia meremas sudut sofa, mengingat bagaimana Megan memutar bola matanya saat ia berusaha mendekat, dan Markus benci hal itu. Akan ia ingat sampai mati.

Taylor diam, ia tidak berkutik dan memerhatikan Markus menarik koin plat emas dengan Logo huruf B bergaris dua. Itu klan paling berbahaya di dunia, tertutup, terorganisir, penuh rahasia menakutkan dan Markus menjadi salah satu bagian utama sekaligus terkuat di dalamnya. Kelompok Elit Global yang penuh konspirasi, Blindberg.

________________

Miami, Florida.

Empat hari kemudian.

Megan mengeluh kasar, memandangi kota Miami dari sudut Roofpark. Axel baru saja membatalkan janji temu dengan alasan "sibuk". Ia mendadak banyak pekerjaan, Megan berpikir selama hubungannya, baru kali ini Axel membatalkan janji. Apalagi setelah perjalanannya ke Miami dari Naples yang memakan waktu satu jam, Megan terpaksa mengambil kamar untuk beristirahat di sebuah hotel standart yang ada di Kota tersebut. Ia tidak ingin mengambil risiko, untuk kembali ke Naples di jam malam. Berbahaya.

"Bill, please!"ucap Megan tegas. Membuat seorang pelayan segera mendekat dengan senyuman ramah.

"Sorry, nona tagihan mu sudah dibayar,"ucap pelayan tersebut, membuat kening Megan mengerut.

"Dibayar? Siapa?"

"Mr. Markus Gringer Grint,"jawab pelayan itu kembali, menunjuk ke arah sudut meja yang tidak jauh darinya. Megan menoleh, menatap sosok yang tidak terlalu asing untuknya. Markus sibuk dengan ponsel yang ada ditangannya. Entah apa yang sedang ia lakukan dengan benda kecil tersebut. Markus sendiri.

"Dia?"tanya Megan memastikan, membuat sang pelayan mengangguk ramah.

"Okay,"balas Megan pelan, gadis itu mengeluh kasar, lantas beranjak dari tempatnya dan menuju ke sisi meja Markus.

"Excuse me, benarkah kau yang membayar tagihan minumanku?"

Markus meletakkan ponselnya ke atas meja, lalu menyatukan keduanya dan menaikkan pandangan yang cukup tajam, saat mendengar suara Megan yang begitu dekat. Oh my godness, aroma Apple dari tubuh Megan membuat Markus tidak bisa lupa. Benar-benar menggiurkan.

"Yah! Kau benar,"balas Markus membuat Megan kembali memutar bola matanya malas. Ia menarik tas kecil yang menggantung di sudut bahu nya, mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.

"Aku kembalikan, sorry, aku tidak bisa menerima traktiran orang asing!"jelas Megan sambil meletakkan uang senilai 100 dollar, dan tanpa menunggu ucapan dari Markus, Megan langsung berputar dan mencoba menjauhi pria itu secepatnya.

Tap!!!

Markus menangkap pergelangan tangan Megan begitu erat, mencengkeram nya kuat hingga tubuh gadis itu berbalik. "Ambil uangmu!"perintah Markus.

"Lepas! Kau tidak dengar, aku tidak bisa-"suara Megan terhenti, saat Markus berdiri dan menariknya paksa hingga menuju pintu restauran, pria itu bahkan tidak memperdulikan setiap pandangan menohok untuknya. Syukurlah! Markus menjalani kehidupan tertutup, hingga tidak banyak orang yang tahu wajahnya.

"Lepas berengsek! Who are you?"teriak Megan sangat keras. Ia mencoba meloloskan diri dari cengkeraman Markus yang sangat kuat. Hingga pegangan pria tersebut lepas dan tubuh Megan menghantam sudut mobil milik Markus yang ada di belakangnya.

"Ah! Fuck!"ringis Megan, mencoba menjangkau bahu nya yang terasa tegang.

"Lepas! Don't touch me!"teriak Megan seraya menelan ludah, saat Markus mencoba menyentuh untuk membantunya.

"Megan!"sentak Markus tegas, membuat gadis itu diam dan menatap tajam sudut wajah pria tersebut.

"Wait, kau tahu namaku?"tanya Megan membuat Markus mengangkat kepalanya. Seakan ingin dikenal, hingga sudut mata Megan memicing tegap sejenak.

"Ah whatever, tidak penting sama sekali untukku!"celetuk Megan, ia berpaling dan dengan cepat mengambil langkah lebar untuk meninggalkan lokasi restauran, tanpa menunggu sepatah katapun dari Markus dan memberhentikan Uber.

"Sir,"tegur Taylor membuat Markus langsung menoleh ke arahnya.

"Berengsek!"umpat Markus, ia mengepal tangannya kuat dan meninju kaca mobil dengan sangat kuat hingga benda tersebut langsung retak. Markus geram, menerima penolakan yang tidak pernah ia perhitungkan sebelumnya.

"No! Gadis itu harus menjadi milikku, tidak boleh tidak! Tunggu saja Megan, aku akan merobek-robek 'leher rahim' mu dengan milikku,"batin Markus mempertegas sambil mengendurkan tali dasi yang bergantung di lehernya.

______________________

Bagaimana untuk part  ini?

Berikan Rate & Komentar yang membangun yah. Terimakasih. 

Follow shineamanda9 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status