Share

Part 6, maaf

Davin's pov

Ketika aku sedang melajukan mobilku, aku sempat menelpon asisten pribadiku untuk mulai menyewa asisten rumah tangga untuk rumah ini.

Lagipula asisten lama telah pensiun dan harus digantikan dengan yang baru.

Tut!..

Ketika aku selesai menelpon, aku melihat istriku sendiri menaiki mobil orang lain dan bahkan hampir disentuh oleh pria lain.

Sontak aku pun mulai mengemudikan mobilku untuk mengikuti mereka berdua dengan diam diam.hatiku serasa mendingin dan agak kesal melihat Violetta bersama pria lain.

'Apakah ia telah memiliki kekasih sebelum menikah?'pernyataan itu terus melayang di benakku dan membuatku semakin geram. 

Aku pun terus mengikuti mereka dan mendapati bahwa mereka berhenti di depan perusahaan aku. Aku lalu segera memanggil dan memerintahkan orangku untuk memarkirkan mobil sedangkan aku pergi mengejar Violetta.

Ketika ia akan memasuki kantornya, aku dengan segera mencekal lengannya dengan penuh amarah dan menariknya ke dalam kantorku.

Aku merasa seolah olah diriku telah dikendalikan oleh kemarahan sehingga tanpa sadar membuatnya terluka.

"K-kau adalah laki laki terkejam yang pernah kutemui!"

Kalimat itu memasuki telingaku dan membuatku tersadar bahwa aku telah melukai Violetta, istriku..

Namun, semua terlambat karena ia telah keluar dan pergi dariku. Dengan segera aku menelpon Siska agar dapat menenangkan Violetta dan menjaganya.

"Woy, boleh ke rumah gua dulu gak.gua gak sengaja bikin Violetta terluka..bantuin jaga dia,"ujarku pada Siska dari telepon. 

"Ganggu aja, orang mau ngedate nih sama cogan kagek siang.."balasnya dengan nada malas.

"Plis, sekali aja..nanti gua kasih apa pun yang lo mau."

"Kenapa gak abang aja sih yang kesana? Kan gua yang jadi repot nih,"balasnya dengan kesal dan memberontak.

"..."

"Yodah..awas ya lo bang!"balasnya dan segera mematikan panggilannya.

Tut!

Aku pun mulai mengerjakan semua tugas dan file file yang berceceran dengan sistem kebut.aku berdoa agar Violetta tidak marah padaku dan tidak apa apa...

Violetta's pov

"Astaga...kamu kenapa??"tanya Siska, saudari dari Davin.

"Gakpapa kok,"balasku dan segera disambut oleh sumpah serapah Siska pada Davin...

"Dia itu memang kurang ajar.bukannya ngejer kamu malah telpon aku.kan jadinya aku kira kondisimu itu gak terlalu parah .."

Aku pun hanya menunjukkan senyumku padanya sebagai balasan atas ucapannya pada Davin. Ketika aku membandingkan mereka berdua, aku merasa bahwa mereka berbeda baik dari segi wajah maupun sikapnya. 

Aku tak terlalu mengambil pusing akan hal ini.setidaknya masih ada Siska yang mau membantuku.

Kalau Feysya sepertinya tidak akan kuberitahu.sudah cukup aku membuatnya kuatir terus menerus...

"Kak, jadi mau aku yang obati aja gak?"tanyanya padaku yang sedang sibuk mengoleskan obat pada lenganku yang memar.

"Makasih.."ucapku yang dibalas dengan cengiran ala anak kecil oleh Siska.

Akhirnya, setelah selesai memakai obat, kami mulai bermain main dan tentunya ia masih memperhatikan kondisiku yang telah agak membaik.

Tak terasa, hari telah larut dan ia mulai pulang ke rumah.aku merasa hampa di sini..

Aku pun teringat dengan note book milikku dan mengambilnya.aku mencoba menceritakan segala kejadian hari ini ke dalam buku itu hingga terdengar suara mobil.

Tap, tap, tap....

Ceklek!

Aku pun menatap ke arah luar dan mendapati bahwa suamiku, Davin masuk ke dalam dan ke dekatku untuk melihat kondisiku.

Aku agak menjaga jarak sebagai tanda bahwa aku masih terluka dan memintanya untuk menjauh..

"Maaf.."

Kupandangi wajahnya yang menawan itu dengan lekat lekat dan mulai menghela nafas. Aku pun mendekatinya dan menganggukkan kepalaku.

Ia pun segera membawaku ke sofa dan melihat kembali lenganku yang lebam dan memgoleskan obatnya kembali.

"Masih sakit?"tanyanya sembari masih mengoleskan obat.

"Nggak.."balasku dengan setengah meringis karena pengolesan obat. 

"Lo tadi nelpon Siska ya?"tanyaku padanya dengan agak penasaran. 

"Iya, soalnya kerjaan masih banyak.jadinya aku cuma bisa manggil Siska buat ngejagain lo,"balas nya dengan sedih dan seketika membuatku terkikik.

"Tau gak? Si Siska ngomong sumpah serapah ke kamu karna ngeliat kondisi aku,"ucapku sambil menahan tawa.

Ia pun ikut tertawa dan menggelengkan kepalanya.namun, dalam beberapa detik kemudian ekspresinya berubah dan membuatku merasa bingung. 

"Cowok tadi pagi yang nganter kamu siapa?"tanyanya dengan suara yang agak berat..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status