Selesai menikmati makan siang yang sengaja Dewa minta dari Cinta, ia tidak membiarkan istrinya itu pulang ke apartemen diantar oleh Pak Parjo, supir kantornya. Sejumlah rencana sudah bertengger cantik di isi kepalanya, dan kali ini harus terealisasi bagaimana pun caranya.
Hal tersebut tentu saja menjadi satu tanda tanya besar untuk Cinta, "Lho, Yah! Ini kan bukan jalan menuju ke apartemen kita."
Jadi mau tak mau Dewa harus menjelaskannya, daripada harus mendengarkan pertanyaan yang sama dari bibir Cinta terus menerus tanpa henti, "Iya, Bun. Kita ke dokter sebentar ya?"
"Ke dokter? Ngapain?" Namun, bukan kelegaan yang lantas diterima oleh Dewa setelah itu, melainkan pertanyaan lanjutan akibat rasa penasaran dalam diri Cinta.
Dengan ent
"Ini pasti Cinta ya? Apa kabarnya nih? Duh, cantik banget, sihhh... Pantesan si Dewa tergila-gila," ujar Padma ketika pertama kali berkenalan secara langsung dengan ipar cantinya itu."Ah, Mba Padma bisa aja. Jadi malu saya mah." Dan berhasil membuat kedua pipi putih Cinta merona merah, "Gimana kab-- Hoek hoekkk...!" Tetapi hal tersebut tak berlangsung lama, sebab rasa mual kembali muncul di sana seperti beberapa saat lalu.Tak urung Padma pun segera menuntun Cinta untuk keluar dari dapur menuju ke kamar mandi, membuat Dewa yang berada di ruang keluarga bersama Goris pun menjadi tersentak, "Ada apa, Pad?"Tanpa permisi Dewa meninggalkan Goris di sana sendirian, dan ia pun mendapatkan jawaban dari Padma, "Nggak kenapa-napa, Wa. Mual aja, biasa."Dewa pun berharap agar Padma segera menangani keluhannya tentang keanehan yang ada pada diri Cinta, dan kedunya obrolan kecil di depan pintu kamar mandi,"Habis ini tolong langsung diperiksa dulu dong, Pad. Aku kan
"Selamat ya, Mba Cinta. Kali ini memang perutnya sudah ada isinya," ujar Dokter Nurul dengan mata berbinar-binar."Alhamdulilah ... Serius ini, Dok?" Membuat Dewa menurunkan seluruh tubuhnya ke lantai dan segera bersujud disertai suara tanya yang menggelegar. Ia melakukan itu bukan tanpa alasan, sebab menurutnya ini adalah bukti bahwa sang penciptaasih berpihak padanya.'Terima kasih ya Robbb... Jadi kami nggak perlu berbohong lagi sama papa dan mama setelah ini.' Dan Cinta pun merasa demikian, karena memang selama ini hatinya selalu merasa tertekan tentang kebohongan yang telah mereka ciptakan.Membersihkan sisa ultrasonic gel di perut Cinta dengan menggunakan tisu, Dokter Nurul pun menjelaskan semuanya di sana.Sewa dan Cin
"Kenapa kamu nggak jujur sama papa selama ini, Dewa? Mau tahu apa? Sekarang si Haris sialan itu minta supaya jabatannya dinaikkan jadi direktur personalia!""Apa?! Enak aja! Nggak bisa gitu dong, Pa! Dia itu kan--""--Dia itu apa, hah? Dia mengancam akan menyebarkan semua cerita dan bukti-bukti berupa foto kalau Cinta pernah bekerja di rumah pelacuran! Muka papa ini mau taruh di mana? Mau taruh di mana, Dewa? Mau taruh di manaaa...?" Amarah Raja tak terkendali lagi, ketika meminta sang putra datang menemuinya di kediamannya.Sungguh ini bukanlah bagian dari semua yang telah Dewa pikirkan beberapa saat lalu saat berada di atas mobilnya, karena ia sama sekali tidak mengira jika Haris Denandra akan melakukan hal tersebut.Rona merah padam yang tergambar jelas di wajah Raja merupakan penggambaran betapa Dewa sudah sangat bersalah atas semua kebohongan ciptaannya, "Kalau gitu biar aku mundur aja dari kantor, Pa
"Oh, yesss...! Kamu masih sama enaknya kayak dulu, Cintaaa...! Yes, Baby! Ughhh... Aku kangen banget sama kamu. Ahhh...!" Suara desahan keras Dewa Djatmiko terdengar seantero ruangan berdiameter 3x4, tempat di mana Cinta Andini menjajakan tubuhnya selama ini. Ia memang adalah seorang pelacur yang sudah lima tahun berada di bawah bayang-bayang Mami Chika, mucikari kejam tanpa belas kasihan."Dewaaa... Ohhh...""Iya, Sayang... Enak, hm? Ugh, fuck! Sudah berapa lama nggak aku entot, Baby? Jawab, Cinta Andini! Ough, yesss...! Kamu masih sempit aja! Ughhh... Enakkk...!""Oughhh...!" Dan erangan bukan hanya terdengar dari pita suara Dewa semata, namun Cinta juga turut mengambil bagian yang tersaji.Dengan gaya bercinta missionary, keduanya saling mengejar gairah yang tercipta, diikuti serentetan kecup basah dan juga sentuhan milik Dewa.Dewa tak henti-hentinya memuja tubuh molek Cinta yang kini jauh berbeda sedari awal keduanya s
Bersama sejuta kegelisahannya, Cinta Andini memantapkan hati menemui Mami Chika membawa segepok uang untuk melunasi sisa utangnya.Ketika sampai dan mengutarakan niatnya di depan Mami Chika, sudah dapat Cinta tebak jika sikap mucikari tua itu akan berubah menjadi kurang bersahabat dengannya, "Kamu beneran mau keluar dari sini, Cin? Mami pikir sudah betah karena utang seratus juta aja sampai lima tahun lebih dua bulan ini baru kamu lunasin efek kebanyakan main free sama pacarmu si anak ingusan itu. Siapa namanya, sih? De de... Dewa ya? Duh, teriakin nama pacarnya keras banget deh kemarin itu. Mami jadi pengen ngerasain juga batangnya dia seenak apa, sih, sampai bikin primadona di tempat Mami ini jadi kelojotan par—""—Ini sisa sepuluh jutanya, Mi. Masih suka duit nggak, sih, sebenarnya?!" Bahkan cenderung mengejek dengan membawa serta nama Dewa di sana, nyaris membuat Cinta melemparkan segepok uang yang ada di tangannya ke wajah Mami Chika."Hahaha... Ja
"Sampai juga kamu akhirnya, Cin. Aku pikir nggak jadi tinggal bareng kita," ujar Nona, setelah pintu taksi terbuka dan menampakkan wajah cantik Cinta di sana.Selembar rupiah pecahan seratus ribu berwarna merah pun berpindah ke tangan sopir taksi, lalu memeluk dan bercanda Cinta lakukan atas sambutan yang Nona berikan padanya, "Terus aku bakalan tinggal di mana kalau nggak di sini, Beb? Kamu itu ada-ada aja mikirnya. Udah ah. Bantuin aku dong."Sedikit terseok akibat dua koper besar miliknya, Cinta meminta bantuan pada Nona untuk meringankan bebannya.Dengan senang hati Nona menyanggupi, namun kelakar masih mewarnai di awal pertemuan itu, "Aduh-aduhhh... Belum apa-apa aja udah manja gini yes, Cin? Kerjaan yang bisa aku tawarin ke kamu itu OG lho. Siap nggak nanti?""Ya ampun, Non. Becanda gue!" Membuat tawa lepas Cinta terjadi dan Nona pun demikian.Sifat humoris milik office girl yang sengaja hari ini sengaja tidak masuk k
Memutari ibu kota negara untuk mencari keberadaan Cinta ke beberapa tempat yang pernah mereka sambangi ketika hari minggu tiba, Dewa dipusingkan dengan itu semua. Hal tersebut tentu saja karena keduanya lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyewa kamar hotel, bercinta bahkan makan pun dilakukan di dalamnya.Mengabaikan panggilan telepon yang sejak tadi berdering, sangat jelas Dewa telah lancang melanggar janjinya pada sang ayah mengenai rapat penting itu. Cinta berhasil mengacaukan segala sesuatu, membuatnya nyaris menelan seorang pengamen yang terus saja mengetuk kaca jendela mobil saat ia enggan membukanya.Di tengah rasa kesal yang menjalar menuju ke proses kegilaan tingkat nasional, tiba-tiba saja pikiran Dewa dilintasi kejadian saat mereka berdua berjumpa dengan sahabat Cinta, seorang wanita bernama Nona Marisa.Sayangnya Dewa tidak mengetahui nama lengkap wanita itu, tidak memiliki gambar wajahnya juga tak tahu di mana persisnya ia bertemp
Melewati banyak kendaraan hingga sampai di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir - Jakarta Selatan, Dewa menghentikan laju mobilnya untuk turun dari sana. Dewan menghampiri pedagang bunga yang lapaknya banyak berseliweran di dekat pintu masuk pekuburan, namun dari arah berlawanan kedua matanya tak sengaja melihat sosok itu. Cinta Andini sang pujaan hati. Niat pun buyar seketika, berganti dengan mengejar punggung berbalut kemeja kotak-kotak di depannya."Akhirnya, Sayang. Kamu muncul juga," gumam Dewa masih setia mengikuti dari belakang. Sejujurnya ia ingin berteriak dan membawanya langsung ke dalam dekapan hangat, namun satu kejutan mungkin saja lebih baik terjadi, sebelum mengutarakan apa yang sejak tadi menumpuk di hatinya.Pelan tapi ia melangkah mengikuti jejak kaki Cinta dan tujuan wanita itu memang adalah makam mendiang ayah kandungnya, tempat di mana Dewa yang memilih dan mengurus semuanya sesaat sebelum ia kembali ke New York untuk kedua kalinya.Ada pera